When Life Gives You Lemons, Will It Be Lemonade?

CeritaLeave a Comment on When Life Gives You Lemons, Will It Be Lemonade?

When Life Gives You Lemons, Will It Be Lemonade?

When life gives you lemons, apa yang akan kamu lakukan? Apakah akan membuat lemonade seperti Dani?

Ini adalah perjalanan menyakitkan seorang Dani, yang berhasil keluar dari asamnya kehidupan dan mengubahnya jadi lemonade yang menyegarkan.

 

When Life Gives You Lemons, Make Lemonade

Dunia ini nggak cuma diwarnai momen-momen bahagia saja. Ada juga momen dimana dahi kita mengernyit ketika menghadapi asamnya kehidupan yang harus dilalui.

Makanya, muncul peribahasa:

When Life Gives You Lemon, Make Lemonade’.

Ketimbang berdiam diri, menyerah, dan pasrah dengan keadaan yang kurang mengenakan, kita diingatkan untuk berusaha mengubah keadaan. Mengubah asamnya lemon menjadi lemonade yang menyegarkan.

Seperti yang dialami Dani. Berhasil merangkak pelan dari keadaan serba kekurangan menjadi sosok panutan.

Kisah ini berawal saat dia mulai merintis karier pertama kali sebagai seorang sales dengan gaji UMR Jakarta. Mungkin kamu berpikir tidak ada sesuatu yang aneh, betul?

Atau sesuatu yang membuat Dani terlihat kesulitan, mengingat gaji UMR Jakarta sudah cukup untuk menghidupi satu kepala.

Ya, sayangnya, saat itu Dani harus menghidupi 6 kepala, yaitu orang tua, tiga adiknya yang masih sekolah, dan dirinya sendiri. Makanya, Dani merasa gaji UMR nggak cukup untuknya. 

ilustrasi pusing

Sumber: honestdoc

 

Tapi, mengeluh pun bukan solusi. Akhirnya dia lebih memilih untuk fokus bekerja dan hidup sederhana.

Sebisa mungkin pulang kerja tepat waktu, lanjut mengerjakan pekerjaan sampingan. Lelah? Jangan ditanya. Tapi keadaan yang memaksanya.

Tak terlintas dalam pikirannya untuk ikut nongkrong bareng teman-teman atau bahkan memulai hubungan romantis dengan lawan jenis.

Buat membiayai kebutuhan sehari-hari saja kurang, apalagi kalau harus berpacaran dan menyisihkan uang yang nggak seberapa untuk modal pacaran?

Meskipun dibilang kuper dan terlalu pelit pada diri sendiri, Dani nggak peduli. Dia hanya berpikir bahwa ada 6 kepala yang bergantung pada gaji UMR-nya ini.

Setahun terlewati, tidak banyak perubahan yang Dani rasakan. Semua masih serba terbatas dan pas-pasan.

 

Memasuki tahun kedua bekerja, salah satu adiknya akan melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Tepuk kening, Dani tertawa getir.

Uangnya sudah sangat ketat bahkan hanya untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Apa yang akan terjadi kalau adiknya sudah mulai kuliah?

Seketika, itulah momen seorang Dani ingin menjadi anak senja. Menyeruput kopi, sambil merokok, dan merutuk pada Tuhan lewat matahari yang terbenam di ufuk barat.

Sayangnya, dia nggak punya banyak waktu untuk sekedar membiarkan dirinya tenggelam dalam perasaan itu. Dani harus tetap berpikir logis. Mengambil keputusan serba cepat agar adiknya bisa melanjutkan kuliah.

Bahkan beberapa kali, dia terpaksa mengajukan pinjaman karena penghasilannya sempat menurun.

Jika dianalogikan, semakin hari lemon yang dirasakannya semakin asam. Karena terlalu banyak tuntutan yang tidak sejalan dengan keadaan.

Beruntungnya, Dani bukan orang yang mudah menyerah begitu saja. Dia dan Ibunya sepakat untuk membuka usaha warung nasi di depan rumah.

Singkat cerita, masakan tersebut ditawarkan ke tetangga sekitarnya. Termasuk teman-teman kantor Dani.

Seiring berjalan waktu, lemonnya mulai terasa manis dan segar berkat kegigihannya.  

Bersamaan dengan usaha Ibunya yang semakin berkembang, Dani dihubungi kembali oleh mantan atasannya dulu yang menawarkan pekerjaan di kantor barunya saat ini untuk membawahi sebuah divisi.

Inilah buah dari kinerjanya selama ini. Dengan take home pay Rp 15 juta, sepertinya Dani nggak perlu berpikir dua kali untuk menerima tawaran tersebut.

Apalagi keluarganya nggak lagi sepenuhnya bergantung pada Dani, karena usaha sang Ibu semakin berkembang.

Akhirnya, Dani bisa menghela napas sejenak. Melonggarkan otot-otot tubuhnya yang tegang sepanjang merintis karir. Sekarang, dialah pemeran utama dalam hidupnya.

 

Fokus Membangun Masa Depan

Meski keadaannya sudah jauh lebih baik, Dani nggak mau besar kepala dan menyia-nyiakan momen untuk hal-hal yang nantinya bisa merugikan.

Belajar dari asamnya kehidupan yang pernah dilalui, membuatnya terus mengasah skill dan meminta bantuan perencana keuangan Finansialku untuk memperbaiki pengelolaan keuangannya.

Akhirnya setelah diskusi, Dani mendapat nasihat tentang asuransi. Bahkan bisikan estimasi biaya yang harus dialokasikan untuk mewujudkan mimpinya, yaitu punya rumah.

Selain itu, dia juga diajarkan cara berinvestasi, agar ke depannya bisa mengandalkan dirinya sendiri untuk meraih mimpi.

So, inilah Dani sekarang. Tinggal di rumah impian di usianya yang masih 32 tahun. Dia berhasil mengubah lemon yang super asam menjadi lemonade yang manis dan menyegarkan.

Jika kamu mengalami cerita yang sama seperti Dani, atau punya masalah keuangan lainnya, yuk, ikuti langkah Dani untuk fokus membangun masa depan.

Mulai dari memperbaiki cara mengatur keuangan yang bisa didiskusikan bersama perencana keuangan Finansialku!

Kamu bisa hubungi perencana keuangan kami melalui Aplikasi Finansialku atau membuat janji konsultasi melalui whatsapp ke nomor 0851 5866 2940, kami tunggu!

Banner Iklan Konsultasi via Apps - PC
Banner Iklan Konsultasi Apps - HP

 

Apa pesan yang bisa kamu dapatkan dari kisah Dani? Beritahu kami di kolom komentar, ya!

Kamu juga bisa membagikan kisah ini lewat pilihan media sosial yang tersedia di samping. Terima kasih. Sampai jumpa di kisah selanjutnya!

 

Editor: Ismyuli Tri Retno

dilema besar

Leave a Reply

Back To Top