Anda penyuka olahraga baseball atau bisbol? Tahukah Anda bahwa menjadi investor serupa pemukul (batter) dalam permainan bisbol?
Situasi pasar yang belakangan ini terjadi nampaknya cukup menjadi penguji kesabaran bagi sebagian besar investor. Nah berhubungan dengan itu, kira-kira pernahkah Anda menonton pertandingan Baseball?
Olahraga yang populer di Amerika Serikat ini adalah olahraga yang dimainkan dua tim, terdiri dari pelempar (pitcher) dan pemukul (batter).
Pertandingan Baseball ini akan Penulis jadikan sebagai analogi ketika berinvestasi saham. Pertanyaannya, apa yang sekiranya bisa dijadikan contoh baik dari pertandingan Baseball dalam menjalankan investasi saham?
Pertandingan Baseball
Baseball atau bisbol adalah jenis olahraga yang dimainkan oleh dua tim, terdiri dari tim pelempar (pitcher) yang berusaha melempar bola yang disebut bola bisbol, dan tim pemukul (batter) dari tim yang memukul berusaha memukul bola dengan menggunakan tongkat pemukul (bat).
Permainan Baseball ini terdiri dari 9 babak yang disebut inning. Di dalam satu inning, tim yang bertanding masing-masing mempunyai kesempatan memukul (batting) untuk mencetak angka.
[Baca Juga: Fokuskan Investasi Jangka Panjang! Cari Tahu Alasannya Di Sini]
Bagian terpenting dari permainan bisbol ini terdapat pada pertarungan antara pelempar yang melawan pemukul. Bola harus dilempar sekencang mungkin dan sesulit mungkin oleh pelempar agar tidak dapat dipukul oleh pemukul.
Namun, tahukah Anda bahwa di dalam permainan baseball terdapat peraturan, jika pelempar melempar bola di luar bidang sasaran home plate sebanyak 4 kali, dan pemukul hanya mendiamkan bola tersebut, wasit akan berteriak “ball four!“.
Itu artinya pemukul boleh bebas berjalan (“walk”) ke base pertama. Sebaliknya, jika pemukul berusaha memukul bola yang dilempar di luar bidang sasaran home plate sebanyak 3 kali, pemukul lah yang akan dinyatakan mati (out) oleh wasit.
Wait for The Right Pitch dalam Investasi Saham
Lalu apa hubungan nya antara baseball dengan investasi saham? Warren Buffett menggunakan analogi baseball untuk menggambarkan kedisiplinan seorang value investor.
Seperti seorang pemukul dalam olahraga baseball, seorang value investor harus melihat secara jeli, bola mana yang harus dipukul dan bola mana yang sebaiknya tidak dipukul. Karena tidak semua bola yang dilemparkan harus dipukul.
Di dalam pasar saham, sering kali kita melihat sebuah saham yang bahkan kita sendiri tidak tahu itu perusahaan apa dan bagaimana kinerja laporan keuangannya, namun kita tergoda untuk memukul (baca: membeli) saham tersebut.
Padahal saham yang dibeli tadi ternyata adalah bola liar yang sedang dilemparkan. Kita hanya ikut memukul tanpa mengetahui bahwa ternyata bola yang sedang dilempar tersebut adalah bola liar.
[Baca Juga: Investor Pemula, Gunakan Metode Ini Untuk Memvaluasi Saham]
Akibatnya, kita panik ketika harga sahamnya turun. Sebaliknya, apabila Anda mengetahui bahwa saham yang Anda beli ini adalah saham yang kinerja laporan keuangannya bagus.
Anda juga bisa menghitung bahwa harga saham tersebut sedang dihargai murah oleh pasar, maka sebagai value investor Anda tahu betul bahwa itulah bola yang harus Anda pukul.
Ketika Anda yakin untuk memukulnya, bola tersebut memiliki kemungkinan untuk melambung jauh sampai anda mencetak home run.
Sebaliknya, jika Anda memukul bola yang dilemparkan dengan ragu-ragu atau tidak yakin (karena Anda tidak tahu saham apa yang sedang ada di hadapan Anda dan bahkan Anda tidak tahu kinerja laporan keuangannya), maka besar kemungkinan bola yang Anda pukul tadi akan meleset.
Dengan kata lain, Warren Buffett ingin mengatakan bahwa seorang Value Investor adalah seorang pemukul bola yang jarang. Atau bahkan tidak akan memukul bola apabila bola yang dilempar adalah bola liar.
Sementara investor lain yang berorientasi jangka pendek adalah seorang pemukul bola yang sering atau bahkan selalu berusaha memukul bola sekalipun bola yang dilempar adalah bola liar.
[Baca Juga: Belajar Dari Seth Klarman, Value Investor “Unik” yang Berhasil]
Banyak investor yang tidak dapat membedakan bola mana yang harus dipukul dan bola mana yang liar sehingga sebaiknya tidak dipukul.
Lebih jauh lagi, seorang Value Investor tidak terpengaruh dengan profit yang dihasilkan oleh investor lain.
Mereka hanya fokus terhadap hasil yang mereka peroleh sendiri. Mereka memiliki tingkat kesabaran dan bersedia untuk menunggu sampai ada kesempatan yang tepat untuk mereka memutuskan untuk membeli saham yang tepat di harga yang tepat.
Terkadang, lusinan “bola” dilempar ke arah investor di saat market sedang mengalami panic selling. Sehingga begitu banyak saham-saham yang dihargai begitu murahnya.
Namun, seorang Value Investor akan tetap duduk dengan tenang, dan melihat saham mana yang paling menarik dan menawarkan margin of safety yang paling menarik.
Tips Investasi Saham: Wait for The Right Pitch
Lalu, bagaimana cara kita mengetahui apakah bola yang sedang dilempar itu adalah bola yang harus kita pukul atau sebaiknya tidak dipukul? Tentu saja, Anda harus mengetahui bola (baca: saham) apakah yang ada di depan mata Anda.
Pertama, Anda perlu memahami dahulu saham apa yang hendak Anda beli tersebut. Seorang Value Investor tidak akan menginvestasikan uangnya di bisnis yang mereka tidak mengerti dengan baik.
Kedua, Anda perlu mengetahui kinerja laporan keuangan saham tersebut. Seorang Value Investor tidak akan menginvestasikan uangnya di bisnis yang laporan keuangannya jelek sekalipun bisnis nya mereka mengerti dengan baik.
Ketiga, Anda perlu mengetahui apakah saham tersebut sudah berada di harga yang undervalued atau di bawah harga intrinsik nya.
Ya, seorang value investor tetap saja tidak akan menginvestasikan uangnya di saham yang dihargai terlalu mahal (overvalued) sekalipun mereka memahami bisnis tersebut dan laporan keuangannya juga baik.
Singkatnya, seorang Value Investor hanya akan mengayunkan tongkat pemukul nya ke saham yang 1) mereka mengerti betul bisnis nya dengan baik, 2) laporan keuangannya menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan sebelumnya 3) harga sahamnya masih undervalued atau dihargai di bawah nilai intrinsik nya.
Untuk menutup artikel ini, saya ingin mengutip quotes dari Jess Livermore:
“Money is made by sitting, not trading”
Ya, profit dalam berinvestasi di saham bukan ditentukan dari kuantitas transaksi, namun dari kualitas transaksi. Keuntungan dalam berinvestasi di saham akan lebih banyak didapat, ketika kita setelah membeli saham yang tepat.
Kemudian kita mau sabar dan duduk manis menunggu trend harga bergerak naik sampai tren tersebut berakhir.
Kabar baiknya, Anda hanya perlu menemukan beberapa saham yang memenuhi 3 syarat di atas tadi. Kemudian duduk manis dan let the profit runs.
Anda menyukai artikel ini? Cari tahu lebih banyak tips investasi saham lainnya dengan bergabung dalam komunitas belajar saham Finansialku bersama Melvin Mumpuni, CFP®, Rivan Kurniawan, dan ratusan rekan lainnya.
Klik banner berikut untuk bergabung.
Mari berinvestasi yang menguntungkan!
Artikel ini merupakan hasil kerja sama Finansialku.com dengan Rivankurniawan.com
Editor: Eunice Caroline Trijadi
Sumber Referensi:
Sumber Gambar:
dilema besar