Pebisnis UMKM, yuk simak artikel cara membuat bisnis naik kelas ini supaya pemasukanmu bisa naik juga!
UMKM di Indonesia tumbuh berkembang dan semakin meluas bidang usahanya. Banyak di di antaranya belum mempersiapkan diri untuk “naik kelas” bahkan mereka belum siap dengan era revolusi industri 4.0 ditandai dengan belum terbiasanya para UMKM menggunakan teknologi digital.
Bisnis yang sudah Anda mulai mungkin sudah Anda rasakan hasilnya, namun apakah Anda puas hanya dengan seperti itu, mengingat jika dikembangkan potensinya masih bisa semakin besar?
Rubrik Finansialku
Membuat Bisnis “Naik Kelas”
Banyak UMKM Indonesia belum menggunakan sistem komputer, internet dan berbagai aplikasi yang terhubung dengan ponsel pintar untuk operasional usahanya.
Masih banyak di antaranya bahkan masih sangat konvensional sehingga belum bisa melakukan efisiensi dalam penggunaan biaya-biaya usaha. UMKM yang masih belum bisa melakukan efisiensi akan sulit bersaing dalam harga jual.
Selain itu, karena beberapa UMKM tidak menggunakan teknologi digital, pemasaran usaha juga belum banyak menggunakan media pemasaran online, sehingga mulai terasa sulit bersaing dengan industri yang sudah menggunakan teknologi untuk operasional dan pemasaran usahanya.
[Baca Juga: Belajar dari Kegagalan, Ini 8 Tips Memaknai Kesalahan!]
Menurut Hermawan Kartajaya dalam buku Momentum 18 Kunci Utama Penggerak Bisnsi adalah era digital memang memudahkan kita menjangkau orang lain, tapi pada saat yang sama justru sulit menarik dan mempertahankan perhatian orang lain. Karena itulah kita harus mendapatkan momentum yang tepat.
Nah berikut ini adalah beberapa sikap yang dapat membantu Anda mengembangkan UMKM Anda.
#1 Prioritaskan Tugas Penting
Setelah mendapat hasil dari UMKM, Anda akan lebih mudah puas dan akhirnya terjebak dalam kenyamanan. Dengan sikap seperti ini, tentunya UMKM Anda tidak akan berkembang.
Daripada hanya untuk bersenang-senang, gunakan gadget yang Anda miliki untuk menulis daftar hal-hal penting yang harus dilakukan untuk dapat membantu Anda terus bergerak maju.
Penulis buku Tame Your Terrible Office, mengatakan bahwa pengusaha sukses meluangkan waktu sejenak untuk melihat prioritas yang lebih besar.
“Sangat mudah untuk melompat dan segera melakukannya ketika Anda mulai bekerja. Namun orang-orang sukses memilah tujuan yang lebih penting untuk membuat skala prioritas.”
Agar hari-hari bekerja dapat lebih produktif, maka sebaiknya tentukan hal-hal yang harus diprioritaskan untuk dikerjakan terlebih dahulu. Hal ini sangat membantu ketika suatu saat harus berhadapan dengan perubahan.
Saat perubahan terjadi, para pengusaha terbiasa untuk segera mengubah skala prioritas dalam pekerjaannya.
Pendiri Twitter dan Square, Jack Dorsey sudah sejak lama terbiasa dengan sebuah perencanaan matang. Dia membentuk sendiri rutinitas, lantaran enggan melakukan sesuatu di luar perhitungannya.
Dia memprioritaskan tugas-tugas selama berbulan-bulan, ketika membangun Twitter dan Square.
Perencanaan inilah yang membuatnya bisa bekerja normal selama 16 jam sehari, atau masing-masing 8 jam untuk satu perusahaan. Dia menjalaninya dari Senin hingga Jumat, dan benar-benar meliburkan diri dari hiruk pikuk pekerjaan di hari Sabtu.
#2 Cari Dukungan Mentor
Para pengusaha yang telah sukses biasanya memiliki kerendahan hati, mereka tidak mau beranggapan bahwa mereka adalah orang yang paling baik, paling hebat. Mereka justru merasa belum bisa apa-apa.
Mereka merasa hanya memiliki ide atau niat menjadi pebisnis. Jadi, mereka akan mencari mentor yang bisa membantu mereka memulai usahanya. Mereka ingin belajar banyak dari para mentor itu.
Sikap tidak merasa hebat itulah yang akhirnya membuat orang menghargai mereka.
Berbicara dengan orang yang Anda anggap lebih berpengalaman dalam usaha, dapat menjadi motivator tersendiri untuk Anda terus mengembangkan diri dan melakukan inovasi.
Dari mereka, Anda tidak hanya akan mendapatkan ide untuk dikembangkan, namun juga dukungan saat bisnis mengalami masalah.
Penting juga untuk Anda masuk dalam komunitas pengusaha dan saling berbagi informasi. Seorang mentor bisa memberikan saran terbaik bagi seorang pelaku usaha baru dalam mengakali setiap problem.
#3 Mengembangkan Tim yang Baik
Anda tidak mungkin bertumbuh dan mencapai tahap yang lebih tinggi tanpa melakukan perubahan dalam perilaku dan mendapatkan bantuan dari seseorang yang dapat mendukung kemajuan tersebut. Kita tidak bisa mengerjakan segala sesuatunya sendiri.
Warren Buffet adalah salah satu miliarder ternama yang dikenal gemar memuji timnya. Bahkan, banyak yang meyakini kebiasaan itu telah memudahkannya mencapai tujuan-tujuan tertentu.
[Baca Juga: Usaha Gagal? Mungkin Anda Belum Tahu 7 Seni Memulai Usaha Ini]
Pada tahun 2009, Buffett memuji Ajit Jain yang menjadi kepala Berkshire Hathaway Reinsurance dan sering diprediksi sebagai calon atau kandidat kuat yang akan menggantikan Buffett di Berkshire.
Pada tahun 2005, Buffet kembali menyanjung dan memberikan pujian pada Tony Nicely dengan mengatakan bahwa Tony Nicely telah menunjukkan hasil yang mengagumkan pada sektor asuransi dengan meningkatkan pangsa pasar, laba tinggi dan memperkuat brand.
Buffett memang menyadari bahwa keberhasilan dan kesuksesan dirinya adalah karena adanya dukungan orang lain.
“Maka di mana pun kita berada, kita harus meluangkan waktu untuk mengucapkan waktu untuk mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kita dalam menggapai sukses.”
Jack Ma juga memberikan saran kepada anak-anak muda untuk pada usia 30-40 tahun untuk mulai membangun bisnis. Dan ketika membangun perusahaan maka harus bentuk tim yang solid.
#4 Membuat Bisnis Naik Kelas Dengan Mengubah Pola Pikir
Daripada berkata: “Saya memiliki perusahaan web desain yang kecil”, katakan: “Saya memiliki perusahaan yang web desain yang dapat memberikan jaminan untuk meningkatkan penjualan perusahaan.”
Bisnis boleh saja masih terhitung kecil, namun agar menjadi lebih besar, maka pola pikir dan cara pandang kita terhadapnya juga harus besar terlebih dahulu.
Harv Eker adalah seorang pengusaha yang merintis bisnis dari titik terendah. Dia berhasil mengumpulkan jutaan dolar AS dalam waktu 2,5 tahun saja. Rahasianya, berani mengubah kebiasaan diri dan pola pikir.
Dari yang tadinya menikmati penghasilan pasti, menjadi seseorang yang terus mencari meski dalam ketidakpastian.
Eker, dalam bukunya Secrets of The Millionare Mind, mengungkapkan ada sikap yang sama di antara kebanyakan orang. “Kebanyakan orang memilih untuk bermain kecil,” tulisnya. “Mereka sudah puas dengan hidup pas-pasan dan tidak mau melakukan hal lebih untuk meraih yang lebih besar.”
Anda tidak bisa kaya dengan harapan yang rendah. “Jika tujuan Anda sekedar cukup untuk bertahan hidup, itulah yang Anda dapat, tidak lebih sepeser pun.” Tulis Eker lagi. Apa yang diungkapkan Eker ditegaskan miliarder lain, Steve Siebold.
“Manusia bergerak atas dasar ketakutan dan kelangkaan. Mereka takut kehilangan uang, di mana mereka tidak yakin untuk bisa mendapatkan uang lagi.”
#5 Mengatur Keuangan Perusahaan Anda
Memang tak semua orang peka terhadap istilah-istilah keuangan. Harus diakui pula, istilah-istilah itu bisa membuat para kepala pusing tujuh keliling. Namun para miliarder kerap mengontrol kondisi keuangan mereka secara berkala.
Mereka tak ragu bertanya kepada pihak bank, tentang berbagi hal terkait teknis yang berhubungan dengan aset dan kepemilikan.
Semua itu mereka lakukan demi paham di mana kaki mereka sedang berpijak, apakah di sebuah bangunan kokoh atau di ujung kebangkrutan.
[Baca Juga: Entrepreneur, Pahami 6 Prinsip Utama Negosiasi, WAJIB Hukumnya!]
Para miliarder tentu berangkat dari seorang yang tak terlalu paham tentang apa pun, termasuk seputar teknik mengontrol aset ataupun kondisi keuangan. Mereka pertama-tama akan mencari informasi terkait rekening bank yang dimiliki.
Dari sana, mereka bisa melihat berapa banyak pengeluaran mereka dalam sebulan. Pada akhirnya, para miliarder bisa memahami, selisih yang nantinya muncul hasil dari perbandingan pengeluaran dan pemasukan.
Dengan terus mengontrol kondisi keuangan secara berkala, seseorang bisa mengetahui kondisi finansial secara rinci. Apakah kondisi keuangan dia membaik, jalan di tempat, atau malah memburuk.
Dari sanalah, seseorang bisa menentukan langkah-langkah yang harus diambil. Contoh, ketika kondisi finansial mengalami penurunan, maka seseorang bisa menekan biaya pengeluaran yang sekiranya tak terlalu penting.
Terkadang para miliarder tidak ragu untuk mengeluarkan sejumlah uang demi mendapatkan saran terbaik dari pada ahli di bidangnya masing-masing.
Misal, untuk urusan pengelolaan keuangan, mereka mau menyewa seorang konsultan dengan bayaran yang tinggi. Hal ini memang membutuhkan pengorbanan finansial yang tidak sedikit.
Seorang penulis ternama asal Jerman, John Wolfgang von Goethe, pernah melukiskan betapa orang-orang pada umumnya tak sadar dengan apa yang sudah mereka miliki.
Orang-orang itu cenderung terlalu fokus untuk terus mengumpulkan uang dan juga menghabiskannya.
“Banyak orang tidak peduli dengan yang mereka sampai mereka nyaris kehabisan, dan orang lain melakukan hal yang sama dengan waktu mereka.”
#6 Menggunakan Teknologi untuk Mengembangkan Diri
Pengertian Internet of Things (IoT) menurut McKinsey Global Institute adalah sebuah teknologi yang memungkinkan kita untuk menghubungkan mesin, peralatan dan benda fisik lainnya dengan sensor jaringan dan aktuator untuk memperoleh data dan mengelola kinerjanya sendiri.
Sehingga, memungkinkan mesin untuk berkolaborasi dan bahkan bertindak berdasarkan informasi baru yang diperoleh secara independen.
UMKM 4.0 harus mempersiapkan diri pada perkembangan teknologi energi baru yang dapat menciptakan sumber daya murah, berlimpah dan berkelanjutan.
Kecerdasan buatan yang dapat menangani pekerjaan rumah tangga, membantu perawat, dan hal-hal yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya.
Banyak pengusaha yang menjadikan teknologi sebagai alat untuk melengkapi kemampuan mereka. Atau, alat untuk membuat pergerakan mereka dalam menggeluti bisnis menjadi lebih praktis.
Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengatakan bahwa di masa depan semua pekerjaan akan berhubungan dengan teknologi, pengetahuan teknologi tetap menjadi hal yang sangat penting, meski tidak bekerja dalam bidang teknologi.
UMKM Bisa Membuat Bisnis Naik Kelas
UMKM yang mampu menggali potensinya dengan menciptakan produk yang benar-benar baru atau mengembangkan produk lama, menjadi memiliki nilai tambah baru.
Hal itu membuat UMKM mampu menghasilkan produk baru yang kreatif.
Produk yang memiliki nilai tambah baru, yaitu seperti produk lebih efisien, lebih murah, atau memiliki dua fungsi baru akan membuat ketertarikan banyak konsumen.
Jadi, siap membuat bisnis Anda naik kelas? Yuk, tuliskan pemikiranmu mengenai artikel ini pada kolom komentar di bawah! Bagikan juga informasi ini pada sekitar Anda yang membutuhkan. Ayo naik level!
Sumber Referensi:
- Ayodya, Wulan. 2020. UMKM 4.0. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
- Budi Safa’at. 2016. 99 Perbedaan Kebiasaan Pengusaha vs Karyawan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
- Mira R & Linda Irawati. 2016. 99 Perbedaan Pola Pikir Pengusaha vs Karyawan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
- Kartajaya, Hermawan. 2019. Momentum 18 Kunci Utama Penggerak Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
dilema besar