Meski Jadul, Gaya Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara Ini Baik Kamu Tiru!

Meski Jadul, Gaya Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara Ini Baik Kamu Tiru!

 

Bagaimana gaya kepemimpinan seorang Ki Hadjar Dewantara memimpin Indonesia kala itu? Kepemimpinan seperti apa yang bisa kita tiru dari beliau?

 

Rubrik Finansialku

 

Ki Hajar Dewantara

Mengenal sosok Ki Hajar Dewantara, ia adalah seorang yang rendah hati.

Dengan nama lengkap Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara adalah putra dari GPH Soerjaningrat dan cucu dari Pakualaman III.

Beliau dibesarkan di lingkungan keraton Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), Sekolah Dasar pada zaman Belanda.

Kemudian beliau melanjutkan sekolah di STOVIA.

Sekolah Dokter Bumiputra yang merupakan sekolah yang dibuat untuk pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda.

Tetapi beliau tidak lulus di sekolah ini, karena sakit.

Di usia 40 tahun, dalam penanggalan Jawa, beliau resmi mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara tanpa menggunakan gelar lagi. 

Dengan tujuan agar ia dapat bebas, mudah sosialisasi dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.

 

Kesadaran Ki Hajar Dewantara Mengenai Pendidikan

Perjuangan Ki Hajar Dewantara menuju kebangkitan bangsa Indonesia, tidak dapat terlupakan.

Beliau telah jejak-kan langkahnya dalam memerangi kebodohan yang kala itu ditanamkan oleh para penjajah, agar bangsa ini dapat terus dimanfaatkan.

Sebagai pahlawan pendidikan, Ki Hajar Dewantara telah berhasil membawa bangsa Indonesia memiliki hak atas kesetaraan dalam memperoleh pendidikan.

Sehingga bangsa ini memiliki wawasan dan pengertian akan berbagai hal.

Dimasa muda, perjuangannya dalam pendidikan, beliau yang dilahirkan di Yogyakarta, 2 Mei 1889 ini bekerja menjadi penulis di berbagai surat kabar terkemuka.

Seperti, Poesara, Sedioutomo, Kaoem Moeda, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia dan Tjahaja Timoer.

Beliau juga merupakan seorang yang aktif sebagai seksi propaganda dalam mensosialisasikan kesadaran rakyat tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.

[Baca Juga: Simak Serba Serbi Gaya Kepemimpinan Empowerment, Di Sini!]

 

Tak hanya itu, Ki Hajar Dewantara juga menjadi anggota organisasi Insulinde yang merupakan organisasi multi-etnik guna memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda.

Organisasi ini dipengaruhi oleh Ernest Douwes Dekker yang kemudian mendirikan Indiche Partij.

Ketertarikan-nya dalam dunia jurnalistik, rupanya juga mengasah sosok beliau untuk bersuara dan kritis pada pemerintahan kolonial saat itu.

Salah satu tulisan beliau yang paling terkenal adalah Als ik een Nederlander was (Seandainya aku seorang Belanda) yang termuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker pada tanggal 13 Juli 1913

Kutipan tulisan itu adalah:

Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya.

Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.

Ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya.

Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu!

Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaan-ku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.

[Baca Juga: Gaya Kepemimpinan Egaliter: Pengertian, Contoh, dan Tokoh]

 

Tulisannya yang lugas dan berani ini, rupanya kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Belanda saat itu, yang membuat Ki Hajar Dewantara ditangkap, lalu beliau diasingkan ke pulau Bangka.

Namun kedua kerabatnya yakni Tjipto Mangoenkoesoemo dan Douwes Dekker memprotes keputusan tersebut dan akhirnya ketiganya turut diasingkan ke Belanda pada tahun 1913.

Ketiga tokoh ini dikenal dengan nama Tiga Serangkai.

Tak putus harapan, sekalipun terasing di negeri Belanda, Ki Hajar Dewantara tetap aktif dan menjadi anggota organisasi para pelajar yang berasal dari Indonesia yaitu Indiche Vereeniging (Perhimpunan Indonesia).

Lewat organisasi inilah beliau bercita-cita untuk memajukan kaum pribumi lewat ilmu pendidikan.

Download Sekarang! Ebook PERENCANAAN KEUANGAN Untuk USIA 30-an, GRATIS!

 

Taman Siswa

Sekembalinya ia dari pengasingan di 1919, Ki Hajar Dewantara bergabung dengan sekolah yang dikelola oleh saudaranya.

Ijazah yang berhasil ia dapatkan saat di Belanda dikenal dengan nama Europeesche. Akta ini adalah ijazah pendidikan yang bergengsi di belanda.

Melalui ijazah inilah yang membantu beliau dapat mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang ia buat di Indonesia

Pada tanggal 3 Juli 1922 beliau mendirikan sebuah perguruan dengan nama National Onderwijs Institute Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa).

Taman siswa adalah lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan untuk orang-orang pribumi agar dapat memperoleh hak pendidikan layaknya kaum ningrat dan orang-orang Belanda.  

Tiga semboyan pendidikan yang dipakai dan di cetus-kan dalam bahasa Jawa berbunyi “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”.

Semboyan ini telah mewarnai semangat pendidikan rakyat Indonesia bahkan hingga saat ini.

 

3 Gaya Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara dalam Semboyan Pendidikan

Meski Ki Hajar lebih banyak berperan dalam dunia pendidikan bukan berarti gaya kepemimpinan-nya tidak dapat kita tiru dalam hal di luar pendidikan.

Oleh karena itu mari kita simak bersama bagaimana gaya kepemimpinan beliau.

Ebook Panduan Sukses Atur Gaji Ala KARYAWAN

Download Sekarang, GRATISSS!!!

#1 Tulodho

Ing Ngarsa Sun Tulodho yang diartikan dalam bahasa Indonesia adalah Di Depan Menjadi Teladan.

Menjadi Teladan, sebuah prinsip luhur yang selalu ditanamkan sebagai budi pekerti atau jiwa bangsa Indonesia.

Kita tahu betul, dalam hal menjadi teladan artinya ada orang lain yang akan melihat, memperhatikan dan mengulangi apa yang kita lakukan.

Entah sebagai guru dalam ruang kelasnya, entah sebagai Ayah di depan anak istrinya, mungkin juga sebagai pemimpin atau atasan dalam lingkungan organisasi dan pekerjaan.

Segala tindak tanduk kita akan diperhatikan bahkan ditiru oleh mereka yang kita pimpin sebab kita nampak di depan mereka.

Jika orang-orang yang kita pimpin, kita ingin mereka menjadi seorang yang unggul, berdaya guna, berdampak baik bagi organisasi dan perusahaan maka berikanlah teladan yang sama terhadap mereka.

Teladan yang salah adalah sebuah arahan yang salah. Meniru sesuatu yang salah tidak dapat di koreksi lewat sebuah perintah.

Menjadi pemimpin bukanlah sebuah posisi di mana memberi perintah dan yang lainnya melaksanakan. Keteladanan bukan sebuah teori yang diperintahkan.

Sekali lagi, mereka meniru Anda. Kepemimpinan dapat digambarkan sebagai sebuah amanah, di mana orang-orang yang dipimpin percaya pada pemimpin mereka.

Rasa percaya, rasa hormat, rasa segan, rasa kagum lahir dari sesuatu yang mereka lihat, dengar dan mereka amati tentang Anda.

Jika Anda telah memperoleh dukungan dan kepercayaan kawan sekerja Anda, maka keberhasilan mereka adalah keberhasilan Anda.

Visi dan nilai-nilai yang hendak Anda bangun akan didukung oleh tim Anda.

 

#2 Mangun Karsa

Dalam frasa Ing Madya Mangun Karsa yang artinya adalah Di tengah Membangun Semangat. Karsa dapat diartikan juga sebagai kemauan, kehendak dan niat.

Sekarang kita melihat nilai kedua ini semakin jelas. Teladan yang Anda berikan akan terlihat dari karsa atau niat yang terbangun.

Bayangkan diri Anda yang terbangun di pagi hari dan memikirkan apa yang akan Anda lakukan di hari itu. Baik Anda sebagai pemimpin atau pun bukan. Semangat apakah yang muncul?

Rasa dan gairah Anda yang muncul itu adalah gambaran karsa yang Anda miliki. Itulah api semangat Anda.

Yah! Seperti Api. Jika Anda berada di tengah-tengah mereka yang Anda pimpin. Api akan menghangatkan mereka yang dingin.

Menjaga api yang Anda miliki untuk tetap menyala, tidak hanya sekadar menyala seperti bara yang sebentar akan padam.

Tetapi sebuah api yang membakar semangat, memberi dorongan, menimbulkan motivasi, menular-kan inspirasi. Anda berada di tengah mereka.

Mengapa harus berada di tengah jika Anda sudah berada di depan?

Seperti yang dapat kita contoh-kan dari kisah perjuangan Ki Hajar Dewantara yang merelakan gelar ningrat-nya demi bergaul dengan orang-orang yang perlu mengerti pentingnya nilai pendidikan dan visi kemerdekaan yang hendak dibangun.

Anda perlu hadir di tengah mereka untuk memberi Karsa

Di zaman ini, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk membangun niat dan semangat. Dimulai dari ke harmonis-an hingga pelatihan.

Ke harmonis-an akan membangun sinergi dari peran-peran atau bagian-bagian dari organisasi dan orang yang kita pimpin.

Sebab setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan, perlu diselesaikan dengan tepat. Apa yang dikerjakan seorang akan berpengaruh terhadap aspek lainnya.

Untuk dapat mengerjakan tugas itu dengan tepat adalah sebuah proses yang memiliki unsur-unsur seperti pelatihan, pengulangan, ujian, pelaksanaan dan mentoring.

Sebagai seorang pemimpin Anda tidak perlu mengerjakan semuanya seorang diri.

Percayakan tugas-tugas itu pada orang yang Anda percaya atau karyawan Anda. Sebab Anda perlu membangun pemimpin-pemimpin lainnya yang dapat membantu Anda.

Tanpa menghilangkan kehadiran Anda di antara mereka.

GRATISSS, Yuk Download SEKARANG!!!

Ebook Pentingnya MENGELOLA KEUANGAN Pribadi dan Bisnis

 

#3 Tut Wuri Handayani

Dalam bahasa Indonesia semboyan ini bermakna, Di Belakang Memberi Dorongan.

Anda tidak perlu bingung, Anda harus berpindah-pindah posisi sebagai pemimpin.

Tiga semboyan yang di cetus kan oleh Ki Hajar Dewantara, adalah sebuah keselarasan yang bertumbuh bersama dan saling mendukung satu sama lain.

Dorongan tanpa niat tidak akan menjadi sebuah dorongan, jika Anda memaksakannya, itu dapat dikatakan sebuah tarikan.

Apakah Anda sekarang membayangkan sedang menarik seekor keledai? Begitulah gambarannya.

Orang-orang yang Anda pimpin bukanlah kendaraan yang Anda pakai, asalkan sampai pada tujuan.

Mereka sama seperti Anda. Ada kalanya rasa lelah datang, rasa malas muncul, ketidak maju-an menimbulkan putus asa.

Namun dari apa yang telah terbangun sebelumnya Anda tetap tampil sebagai teladan. Jika lelah mereka adalah lelah Anda, maka sebaliknya giat Anda adalah giat mereka juga.

Pantang menyerah Anda adalah pantang menyerah-nya mereka. Dalam hal dorongan perlu kita per-jelas.

Sebuah dorongan yang efektif akan semakin mudah jika Anda mendorong pada hal yang tepat. Bukan seperti mendorong sebuah tembok yang kokoh.

Sementara tembok tidak bergeming, namun Anda telah menghabiskan banyak upaya untuk melakukan hal yang sia-sia.

Dorongan yang efektif adalah sebuah strategi.

Miliki rencana, agar apa yang hendak Anda dorong dapat bergerak sesuai harapan. Sebagai seorang ayah, Anda mendorong anak agar dapat lebih mandiri sebagai anak rantau.

Tentu sebagai orangtuanya ada kecemasan tersendiri, barangkali sang anak menghadapi kesulitan.

Namun selagi anak Anda masih dalam bimbingan Anda, di balik itu Anda tekun melakukan tugas Anda sebagai orang tua.

Dengan melatih anak Anda untuk terbiasa menemukan solusi dalam situasi sulit.

Dalam situasi-situasi tertentu anak Anda mungkin memerlukan bantuan Anda untuk mendorongnya kembali agar dapat bergerak.

Hal ini juga dapat Anda terapkan pada siswa atau tim kerja Anda, dengan mendorong nilai ter kuat yang mereka miliki.

Potensi yang terbesar ini yang Anda bangun, sehingga mereka terdorong untuk mengembangkan diri dan berdaya guna bagi lingkungan sekitar mereka.

Maka, ini seperti sebuah roda gigi, satu potensi yang bergerak akan menggerakkan potensi lainnya. Itulah efektivitas dorongan dengan strategi.

 

Mari Kita Tiru!

Luar biasa bukan? Sebuah gagasan hebat dapat di definisikan dalam tiga semboyan sederhana.

Keteladanan, semangat dan dorongan yang diberikan Ki Hadjar Dewantara, telah mempersatukan bangsa Indonesia untuk mencapai mimpi bersama. Sebuah kemerdekaan!

Sekarang kita sudah merdeka, tapi bukan berarti kita tidak bisa meniru apa yang telah Ki Hadar Dewantara lakukan.

Justru apa yang telah beliau lakukan dalam membangun bangsa Indonesia ini, sangat bisa kita tiru, terapkan untuk memimpin sebuah tim, tim apapun itu. 

Masih mengenai kepemimpinan atau leadership. Silakan juga Anda menonton video berikut, untuk Anda semakin menambah wawasan mengenai kepemimpinan.

 

 

Demikian ulasan kita hari ini mengenai Ki Hajar Dewantara. Bagaimana pendapat Anda mengenai gaya kepemimpinan Ki Hajar Dewantara ini?

Bagian apa yang sangat menarik menurut Anda? Silakan beri pendapat Anda pada kolom di bawah ini. 

Jangan lupa juga untuk berbagi artikel ini kepada kenalan Anda, agar mereka dapat menerapkan gaya kepemimpinan ini dalam hidup mereka. Terima kasih.

 

Sumber Referensi:

  • Admin. 2020. Konsep Gaya Kepemimpinan Dari Ki Hajar Dewantara. Mditack.co.id – https://bit.ly/30CY4mz 
  • Johny Rusly. 23 Mei 2013. 3 Prinsip Dasar Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Kompasiana.com –
    – https://bit.ly/2WNthT0 
  • Riki Frindos. 22 Maret 2018. Tut Wuri Handayani…Sebuah Prinsip Kepemimpinan ‘Jadul’. Frindosonfinance.com – https://bit.ly/3hpzjB1
  • Admin. Sejarah Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Nasional. Sejarah.id – https://bit.ly/2Bqv2xM 
  • Dosen Pendidikan 3. 9 Juni 2020. Ki Hajar Dewantara – Biografi, Pendidikan dan Semboyan. Dosenpendidikan.co.id – https://bit.ly/30ft9h2

dilema besar