Kepemimpinan profetik ternyata sangat erat dalam keseharian kita sebagai umat beragama lho! Yuk kita pelajari selengkapnya.
Rubrik Finansialku
Kepemimpinan Profetik
Menurut Echols dan Shadily (1996), prophetic berasal dari kata prophet yang berarti nabi atau rasul.
Prophetic sendiri berarti bersifat kenabian. Jadi, kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang bersifat kenabian.
Sebenarnya tujuan utama dari tugas kenabian ialah untuk mengajarkan kepada manusia bagaimana cara mendapatkan kebahagian dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat (Moedjiono 2002: 34).
Dalam kamu besar bahasa Indonesia (KBBI) kata profetik/pro·fe·tik/ /profétik/ berkenaan dengan kenabian atau ramalan: semangat — sastra sufi dalam dunia modern dipandang masih relevan.
Istilah profetik di Indonesia diperkenalkan oleh Kuntowijoyo (1991: 45) melalui gagasannya mengenai pentingnya ilmu sosial transformatif yang disebut ilmu sosial profetik.
Pilar-pilar ilmu profetik sendiri dirumuskan dalam tiga nilai penting yaitu : Humanisasi, liberisasi, transedensi.
- Humanisasi artinya memanusiakan manusia, menghilangkan “kebendaan”, ketergantungan, kekerasan dan kebencian dari manusia.
- Liberisasi yang ditekankan oleh Kuntowijoyo memfokuskan pada empat sasaran yaitu sistem pengetahuan, sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem politik yang membelenggu manusia sehingga tidak dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang merdeka dan mulia.
- Transendensi hendak menjadikan nilai-nilai transendental (keimanan) sebagai bagian penting dari proses membangun peradaban.
Transendensi menjadi dasar dari humanisasi dan liberasi dengan memberi arah kemana dan untuk tujuan apa humanisasi dan liberasi itu dilakukan.
5 Kualitas Pemimpin Profetik
Merangkum laman mentoringleaders.com, seorang pemimpin profetik memiliki lima kualitas di dalam dirinya.
#1 Extraordinary Spirit atau Spirit of Excellence
Kualitas seorang pemimpin yang efektif adalah gairah atau semangat mereka dalam melayani.
Bukan sekedar kualitas pelayanannya, melainkan juga meliputi semangat yang mereka pelajari, yang mereka ajarkan, yang mereka ucapkan, yang mereka doakan dan bagaimana mereka mengkomunikasikan konsep atau pemahaman mereka akan sesuatu.
Gairah dan semangat yang luar biasa inilah yang tersampaikan dengan orang-orang di sekitarnya.
#2 Pengertian akan ‘mimpi’
Dapatkan Tuhan memberi tanda dalam mimpi? Tentu saja, kuasa-Nya tidak terbatas. Tetapi apakah Tuhan secara ekslusif selalu berbicara melalui mimpi? Tidak.
Tuhan dapat berbicara dalam elemen-elemen proses, dalam pengertian lainnya. Tuhan dapat bebicara melalui seseorang, Tuhan dapat mengingatkan melalui tanda-tanda yang lain.
[Baca Juga: Pengertian dan Sifat Kepemimpinan Inovatif. Apa Kamu Tipe Ini?]
Tuhan dapat memakai apa pun yang dapat digunakan-Nya untuk menyapa Anda. Kepekaan akan suara Tuhan dalam berbagai bentuknya dapat dimaksudkan memiliki pengertian akan ‘mimpi’.
Pemimpin profetik peka akan suara dan kehendak Tuhan-nya.
#3 Berpengetahuan dan berwawasan
Seseorang pemimpim yang memiliki kualitas ini, maka ia memiliki penalaran yan baik, arif, bijak dalam memberi keputusan, mereka mampu mengambil hikmah atau makna dari fenomena yang terjadi.
Yang berpengetahuan dan berwawasan dapat dikatakan adalah orang yang terampil atau ahli.
Namun ini berarti tidak hanya seorang pemimpin agama saja yang wajib menggali pengetahuan, melainkan setiap umat atau jamaah perlu menjadi terampil, mengembangkan pengetahuan.
#4 Explanation of Enigmas
Enigma adalah teka-teki, misterius atau ucapan yang tidak dimengerti, yang tidak dapat dijelaskan – sesuatu yang sulit untuk dijelaskan.
Penjelasan Enigma artinya mampu memecahkan teka-teki dengan mengambil konsep yang awalnya sulit menjadi sederhana.
#5 Solve Difficult Problem
Seringkali manusia maupun utusan Tuhan, akan menghadapi situasi yang sulit.
Masalah yang rumit, atau mungkin yang dikenal dengan pencobaan. Seorang pemimpin yang efektif mampu memecahkan masalah yang terumit sekalipun.
Karena Tuhan tidak akan mengirim Anda ke medan pertempuran dengan tujuan misi bunuh diri.
ISLAM
Kepemimpinan profetik dalam ajaran Islam diwakilkan oleh Rasulullah SAW dengan mencerminkan firman Allah seperti tertulis dalam Surat Ali Imran ayat 159 dengan tafsiriyah-nya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Dapat disimpulkan ciri kepemimpinan Profetik yang dicontohkan nabi pada umatnya dengan memiliki sikap lemah lembut, saling memaafkan, meminta ampun dan bermusyawarah.
Raharjo (2011: 67) dalam bukunya menjelaskan sosok pemimpin teladan harus memenuhi 4 pilar suri teladan para Nabi dan Rosul, yakni:
- Siddik, yaitu jujur, berintegrasi dan benar dalam bertindak berdasarkan hukum dan peraturan.
- Amanah, yaitu dapat dipercaya, akuntabel dalam mempergunakan kekayaan/fasilitas yang ada.
- Tabligh, yaitu senantiasa menyampaikan tentang kebenaran, transparan dan berterus terang.
- Fathonah, yaitu cerdas, memiliki intelektual secara emosional dan spiritual, serta cerdik dalam memecahkan masalah.
BUDDHA
Sementara kepemimpinan profetik yang diajarkan Sang Buddha bagi umat manusia ada terekstrasi dalam dua nilai.
Pertama, keseimbangan adalah kunci. Buddha percaya pada keseimbangan, jalan tengah, tidak memanjakan diri sendiri, atau memalukan diri sendiri.
Dia mencoba cara penderitaan, dan kemudian cara memanjakan dan dia menyimpulkan bahwa keduanya bukan jalannya.
Cara keseimbangan adalah kuncinya, katanya. Di dalam kepemimpinan kita perlu memahami keseimbangan dalam kelembutan dan ketegasan.
[Baca Juga: Mengenal Gaya Kepemimpinan Soekarno, Presiden Penuh Karisma]
Dan terlebih sang pemimpin harus menemukan keseimbangan roh, jiwa dan tubuh kita dalam gaya hidup sehari-hari. Kedua, mencari jawaban di dalam.
Buddha percaya bahwa semua jawaban yang kita cari dalam hidup kita dapat ditemukan di dalam diri kita, bukan di luar.
Seorang pemimpin melatih dan terlatih untuk menemukan kebenaran pada hati, intuisi, indra mereka.
Ini merupakan sebuah proses perjalanan menuju kematangan sebab terkadang tidak ada jawaban yang benar, maka naluri sang pemimpin akan menuntun untuk melakukan hal yang benar.
HINDU
Sekalipun tidak mengenal kata profetik atau kenabian dalam ajaran Hindu. Namun Hindu sebagai agama tertua di dunia telah memiliki pemikiran yang cemerlang tentang kepemimpinan.
Tipe pemimpin ideal yang direkomendasikan oleh Arthasastra adalah Rajarshi. Secara harafiah Rajarshi terdiri atas dua kata, Raja dan Rshi.
Raja berarti seorang pemimpin tertinggi dalam system monarki atau kerajaan. Sementara itu Rshi menunjuk pada seseorang yang berkedudukan sebagai pendeta agama, atau orang yang memiliki pengetahuan mendalam di bidang keagamaan.
[Baca Juga: Mengenal Gaya Kepemimpinan Soekarno, Presiden Penuh Karisma]
Pemimpin yang baik menurut Hindu adalah pemimpin yang mampu memberikan teladan, selalu mengusahakan kesejahteraan rakyat (sukanikangrat), dan menghindari kesenangan pribadi (agawe sukaning awak).
Dalam Arthasastra ditegaskan bahwa kebahagiaan Pemimpin/kepala Negara terletak pada kebahagiaan pengikut/rakyatnya.
Apapun yang membuat rakyat bahagia itulah yang terbaik bagi seorang raja, sebaliknya apapun yang menyebabkan dirinya senang janganlah beranggapan bahwa itu yang baik.
Dalam menjalankan kepemimpinannya seorang pemimpin wajib menjalankan konsep-konsep kepemimpinan Hindu yang telah dituangkan dalam kitab suci.
Berbagai kitab yang berisi tentang konsep-konsep kepemimpinan seperti: Nitisastra, Arthasastra, Manawadharmasastra, Kakawin Ramayana, dan sebagainya memberikan petunjuk-petunjuk tentang cara mengelola Negara dengan baik dan berorientasi pada tercapainya kesejahteraan rakyat.
KEKRISTENAN
Baik Katolik maupun Kristen akan menjadikan sosok Yesus Kristus sebagai kiblat akan perilaku orang-orang beriman, baik sebagai umat ataupun pemimpin.
Seperti yang diajarkan Kristus dalam injil Lukas:
“Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankan dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan”
Dalam hal ini, sang Guru mengajarkan bagaimana memiliki kerendahan hati dan kesanggupan untuk merendahkan diri.
Baik itu pemimpin maupun pelayan, hendaknya saling merendahkan hati. Selain itu semasa hidupnya, Yesus memimpin para pengikutnya dengan menjadi teladan dalam perilaku, melatih karakter para murid, membangun potensi mereka dan memelihara kasih akan sesama.
Bagaimana? Sudah paham kan mengenai kepemimpinan profetik?
Yuk ajak teman-teman Anda untuk membaca artikel ini, supaya ilmunya bermanfaat bagi banyak orang!
Sumber Referensi:
- Pastor Wayne. Qualities of A Prophetic Leader. Mentoringleaders.com – https://bit.ly/36P6GKT
- Machsun Rifaudin. Konsep Kepemimpinan profetik dalam Membangun Sumber Daya Manusia Berbasis Islam di Perpustakaan. Media.neliti.com https://bit.ly/3qBeIPl
- Admin. Arti Kata Profetik. Kbbi.web.id – https://bit.ly/3ou1su7
- Muhammad Muhibbuddin. Profetik Leadership. Badilag.mahkamahagung.go.id – https://bit.ly/3gjyEBA
- Admin. Ilmu sosial Profetik. Wikipedia.org – https://bit.ly/39Snwum
- Admin. 10 Agustus 2016. Buddha Leadership Profile . Leadershipgeeks.com https://bit.ly/3oAkNtx
- Admin. Kepemimpinan dan Kepemimpinan dalam Hindu. Phdi.or.id – https://bit.ly/3mSZ93t
- Admin. Jesus Leadership Style Ten Perspectives for Christian Leaders. Christian-leadership.org – https://bit.ly/37JlFFr
Sumber Gambar:
- Profetik 01 – https://bit.ly/3h8gQtJ
- Profetik 02 – https://bit.ly/3mz5lwD
- Profetik 03 – https://bit.ly/38jiEfj
- Profetik 04 – https://bit.ly/34rafp8
dilema besar