Berpikir Banting Setir Pekerjaan? Siapkan 6 Hal Ini Terlebih Dulu

Berpikir Banting Setir Pekerjaan? Siapkan 6 Hal Ini Terlebih Dulu

 

Apa Anda sedang berpikir untuk beralih profesi karena pekerjaan Anda tidak sesuai dengan passion? Atau karena sedang masa sulit, Anda berpikir untuk banting setir?

Banting setir memang berisiko, tetapi menjalankan profesi yang sekarang tidak menjamin akan membuat Anda terus bertahan hingga akhir masa pensiun. Nah bila Anda ingin membanting setir, maka berikut ini banting setir yang mulus.

Yuk simak dalam artikel Finansialku ini.

 

Rubrik Finansialku

 

Banting setir yang mulus

Meski teorinya sepertinya mudah, sering kali ketika benar-benar akan melakukannya, kemudian muncul rasa takut dan tidak percaya diri. Apa yang harus dilakukan untuk memantapkan langkah berpindah pekerjaan/profesi?

Tidak semua orang menyukai pekerjaannya. Tidak sedikit yang tetap melakukan pekerjaannya karena terpaksa, karena mereka merasa tidak punya pilihan lain. Keterpaksaan membuat seseorang melakukan sesuatu yang tidak disukainya.

Jika dibiarkan terlalu lama, bukan tidak mungkin hal ini akan membuatnya merasa stres, bahan depresi, yang bisa berujung pada timbulnya suatu penyakit.

Banyak karyawan yang memilih banting setir menjadi seorang pengusaha karena merasa tidak menyukai apa yang mereka lakukan saat masih berstatus karyawan.

[Baca Juga: Kenali Tanda dan Cara Mengatasi Burn Out Setelah WFH]

 

Shenan Reed  tadinya bekerja sebagai karyawan perusahaan dan kemudian keluar dari tempat kerjanya karena sesuatu hal. Ia dan Alex Golimbu juga Jamie Driver mendirikan Morpheus Media, di sinilah ia bisa lebih bebas dalam bekerja.

Pekerjaan menjadi sesuatu yang menyenangkan baginya. Kini, perusahaannya telah beromzet jutaan dolar Amerika Serikat.

Berikut 6 persiapan pindah pekerjaan/profesi, agar proses pindah ini berjalan baik dan sukses.

 

#1 Kenali Passion

Apa gunanya pindah pekerjaan/profesi kalau hanya lagi-lagi “terpaksa kerja”? Ingat bahwa Anda akan menghabiskan separuh dari hidup Anda di aspek yang satu ini, jadi pastikan diri benar-benar berada di tempat di mana Anda merasa nyaman dan dapat berkembang.

Ketika Anda mencintai apa yang Anda kerjakan, Anda sebenarnya tidak sedang bekerja, namun menikmati hobi yang bukannya menghabiskan uang, namun menghasilkan uang.

Passion itu akan membuatnya merasa nyaman ketika harus melakukan tugas-tugas yang mungkin selama ini bukan bidangnya.

Dia akan lebih tertarik dan serius untuk mempelajarinya. Dengan passion, semua tugas dan pekerjaan akan terasa semakin ringan. Passion berhubungan dengan kenyamanan dalam bekerja.

Menurut CarrerNews, hanya 34% orang yang merasa nyaman ketika harus melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan job desc-nya. Mereka itu adalah orang yang memang memiliki passion di bidang tersebut.

Adam Fridman, pendiri dan CEO Mabbly, sebuah agensi digital marketing, selalu mengajarkan hal ini pada para karyawannya, karena cara itulah yang membuatnya berhasil menjadi seorang pengusaha.

Sebelum mendirikan perusahaan, Adam mencoba mengerjakan suatu proyek di tempat kerjanya dulu. Karena mengerjakan proyek itu, dia terinspirasi untuk mendirikan sebuah perusahaan.

Kini, Adam ingin agar buahnya juga selalu mencari passion yang baru agar mereka juga sukses seperti dirinya.

GRATISSS Download!!! Contoh Surat Pengunduran Diri Kerja

 

#2 Anda Mau Ke Mana?

Mendapatkan pekerjaan/profesi idaman, yang segala sesuatunya sesuai dengan harapan memang sedikit mustahil.

Bagaimanapun pasti ada hal-hal yang tidak sesuai harapan. Meski demikian, tidak ada salahnya juga menetapkan apa yang sebenarnya Anda mau.

Tanyakan pada diri Anda, profesi apa sebenarnya yang Anda mau? Seperti apa pekerjaannya? Kantornya bagaimana? Bidangnya apa? Apa saja aktivitasnya? Bagaimana jam kerjanya? Bagaimana suasana kerjanya? Orang-orang seperti apa yang mereka Anda ingin bekerja sama? Income-nya berapa?

Jon Morrow CEO dari Boostblogtraffic.com mengatakan bahwa ia memiliki tujuan ia adalah membuat dunia menjadi lebih baik.

Ia berkata ,”Jika kita dapat menemukan sesuatu yang bisa berguna bagi orang lain, maka saat itu kita sudah melangkah menuju kemajuan.”

[Baca Juga: Belajar dari Kegagalan, Ini 8 Tips Memaknai Kesalahan!]

 

Sedangkan Kristin dan Shannon pemilik dari (r)volution Apparel memiliki tujuan untuk bisa menggerakkan masyarakat. Mereka berkata, “Dengan apa yang aku lakukan sekarang, aku ingin masyarakat mau bergerak demi kebaikan mereka sendiri. Saya ingin mereka lebih berbahagia dan tidak melakukan sesuatu yang bisa merugikan orang lain.”

David Hagenbuch, seorang profesor bidang marketing di Messiah College yang juga merupakan pendiri mindfulmarketing.org, mengatakan bahwa selain untuk keberhasilan dirinya sendiri, para pengusaha juga memiliki tujuan untuk keberhasilan.

Selain itu, para pengusaha juga tidak berfokus pada diri sendiri ketika berusaha mencapai tujuannya itulah yang membuat pengusaha lebih mudah untuk mencapai kesuksesan.

 

#3 Tetapkan Deadline

Banyak orang ingin pindah tapi pada praktiknya tidak pernah benar-benar ingin pindah. Ketika ditanya, misalnya, kapan mau pindah, jawaban mereka tidak pasti, seperti “Nanti deh, belum dipikirkan” atau “Someday…”, atau “Kalau ini dan kalau itu…”

Jika Anda memang ingin pindah, segera tetapkan deadline, sehingga persiapan yang Anda lakukan juga dapat terencana dengan baik.

Howard Schultz, CEO dan Chairman Starbucks, merupakan contoh miliarder yang sangat sibuk, tetapi selalu berusaha menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan penting yang menjadi tanggung jawabnya pada pagi hari, sebelum waktu makan siang tiba.

Menurutnya, semakin ia optimal memanfaatkan waktu yang dimilikinya, akan semakin banyak pekerjaan yang ditanganinya selesai tepat waktu.

 

#4 Pelajari Lebih Dini

Jika lahan baru yang Anda tuju benar-benar baru dan sangat berbeda dengan bidang pekerjaan yang Anda tekuni sekarang, tidak ada salahnya mulai mencicil mempelajarinya sebelum Anda benar-benar pindah.

Hal ini dilakukan agar pada saat nanti sudah pindah, Anda minimal sudah menguasai sebagian dari bidang baru tersebut.

Meski demikian, tetap junjung profesionalisme. Jangan sampai karena ingin belajar hal baru, lantas Anda melupakan tanggung jawab dan kewajiban Anda terhadap perusahaan yang sekarang.

[Baca Juga: YUK Tiru! Ini 5 Cara Ampuh Mengatur Waktu Ala Miliarder]

 

Waktu Jeff Bezos belum menjadi pengusaha, ia berusaha untuk belajar mengenai dunia komputer dan sistem jaringan.

Dia memang memiliki minat dalam bidang tersebut. Keterampilannya itu membuatnya bisa diterima untuk bekerja di perusahaan-perusahaan ternama.

Seseorang dengan keterampilan atau keahlian khusus tentu akan diminati untuk direkrut menjadi karyawan. Tentu saja, keahlian atau keterampilannya itu harus sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan.

Jadi, tidak heran kalau ada beberapa jurusan di perguruan tinggi yang menjadi jurusan favorit, karena jurusan-jurusan itulah yang dianggap masih dibutuhkan oleh dunia kerja, seperti akuntansi, manajemen, IT dan lain-lain.

 

#5 Tuntaskan Tanggung Jawab

Setiap pekerjaan pasti membutuhkan tanggung jawab, perhatian, dan kontribusi. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan berarti memenuhi semua yang tercantum dalam job desc.

Setiap karyawan wajib bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya dan sebaiknya tidak melampaui batas tanggung jawab yang ada, maka bisa menimbulkan masalah dalam hal kontrol internal dan juga melanggar etika bisnis.

Agar proses pindah kerja/profesi tidak terkendala, pastikan Anda segera menyelesaikan segala tanggung jawab di pekerjaan yang lama.

Tugas dan tanggung jawab yang belum selesai, yang pada akhirnya harus Anda kerjakan saat sudah menekuni pekerjaan/profesi yang baru hanya akan membuat proses adaptasi Anda di lingkungan pekerjaan yang baru menjadi semakin sulit.

 

#6 Jangan Ambil Hati

Andai kata kepindahan Anda dipersulit, jangan pernah memasukkannya dalam hati dan perasaan. Lakukan dan jalani saja pengunduran diri sesuai prosedur yang berlaku dengan sabar.

Tindakan seperti boikot, penghapusan data, perusakan aset perusahaan sebagai manifestasi kejengkelan hanya akan berefek negatif kepada Anda sendiri.

Industri di mana Anda berprofesi adalah dunia yang sangat kecil, sehingga semua orang akan tahu hal-hal buruk yang Anda lakukan.

 

#7 Zona Nyaman yang Berbahaya

Salah satu pola pikir orang sering membuatnya sulit untuk banting setir adalah zona nyaman. Di mana zona nyaman ini justru membuat ia menjadi sulit untuk berkembang. Seorang bernama Rob Thompson pernah mengatakan, “There is nothing more dangerous than the moment you become a hostage to yesterday’s comfort zone.”

Mereka yang terlena dengan zona nyaman, kadang-kadang menjadi tidak menyadari bahwa di dalam dirinya masih ada potensi lain yang bisa dikembangkan.

Para pengusaha justru berpikir bahwa kenyamanan justru bisa membunuh potensi terbesar dalam diri mereka. Mereka selalu memikirkan inovasi-inovasi baru. Sebuah inovasi memiliki risiko masing-masing.

Dengan membuat inovasi, ada 2 kemungkinan yang bisa diraih oleh seseorang. Berhasil atau gagal. Karena ada kemungkinan gagal itulah, para pengusaha selalu menyiapkan langkah-langkah antisipasi.

 

Banting Setir Sesuai Passion

Mengerjakan sesuatu yang disukai akan lebih mudah membawa ke gerbang kesuksesan. Hal ini karena ketika melakukan sesuatu yang disukai, seseorang akan lebih bersemangat dan gembira dalam bekerja.

Dia akan bekerja dengan lebih antusias. Masalah dan kesulitan tidak akan menjadi hambatan baginya, justru menjadi sebuah tantangan.

Warren Buffet pernah berkata, “Seandainya Anda merasa berada di sebuah kapal yang terus menerus bocor, mengerahkan energi untuk mengganti kapal mungkin lebih produktif daripada menghabiskan energi untuk menambal kebocoran.”

 

Nah, bagaimana keputusan Anda? Mantapkah Anda banting setir pekerjaan Anda? Atau malah berpikir ulang untuk tetap pada pekerjaan Anda?

Bagikan kisah atau komentar Anda terkait artikel ini dan bagikan artikelnya pada rekan-rekan Anda supaya semakin banyak orang bisa memutuskan lebih baik dalam pekerjaan mereka.

 

Sumber Referensi:

  • Wood, Wendy. 2019. Good Habits, Bad Habits. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
  • Budi Safa’at. 2016. 99 Perbedaan Kebiasaan Pengusaha vs Karyawan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
  • Mira R & Linda Irawati. 2016. 99 Perbedaan Pola Pikir Pengusaha vs Karyawan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
  • Monica Anggen & Erlita Pratiwi. 2015. 99 Perbedaan Cara Mengelola Waktu Miliarder vs Orang Biasa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

 

dilema besar