Begini Hukum Kepemimpinan Wanita Dalam Islam. Mau Tahu?

Begini Hukum Kepemimpinan Wanita Dalam Islam. Mau Tahu?

Sebenarnyaseperti apa sih kepemimpinan wanita dalam islam? Apakahsudah sesuai dengan yang diperbolehkan?

Simak artikel Finansialku berikut untuk mendapat jawabannya!

 

Rubrik Finansialku

 

Bagaimana Kepemimpinan Wanita Dalam Islam?

Pada tanggal 21 April yang lalu kita baru saja memperingati Hari Kartini yang juga sekaligus mengingatkan kita akan bangkitnya kodrat perempuan di Indonesia.

Adanya emansipasi wanita juga memungkinkan para wanita untuk menjadi seorang pemimpin di Tanah Air, baik pemimpin dalam pemerintahan ataupun dalam organisasi atau perusahaan.

Namun meskipun demikian, masih saja ada yang memandang wanita dengan sebelah mata. Mereka merasa bahwa wanita merupakan manusia second class sehingga tidak pantas untuk memimpin.

 

[Baca Juga: 8 Dasar Kepemimpinan dalam Islam Untuk Berumah Tangga]

 

Banyak yang masih memiliki anggapan bahwa hanya kaum pria saja lah yang pantas untuk memimpin, dan wanita harus tunduk kepada pria.

Terlepas dari semua anggapan tersebut, bagaimana pandangan Agama Islam tentang kepemimpinan seorang wanita? Apakah Islam melarang hal ini?

Sesungguhnya kita tidak dapat memungkiri bahwa dalam Islam sendiri terdapat pro maupun kontra akan kepemimpinan seorang wanita.

Memang masih ada beberapa yang pernah mengatakan bahwa wanita tidak layak untuk menjadi pemimpin.

Salah satu contoh yang bisa kita ambil ialah ketika pada tahun 1999 Megawati Soekarno Poetri terpilih untuk menjadi Presiden Indonesia, ada beberapa tokoh yang pada awalnya menentang, termasuk tokoh dari PDI-P kala itu.

Namun, semuanya berubah dan kemudian mendukung Megawati untuk menjadi Presiden Indonesia.

Hal ini dimungkinkan kerena sesungguhnya dalam Islam tidak terdapat perbedaan derajat antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.

Yang artinya, bahwa di dalam Agama Islam, seorang wanita memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pemimpin, khususnya untuk posisi pemimpin dalam organisasi maupun dalam pemerintahan.

Hal sebaliknya akan berbeda jika kita berbicara soal kepemimpinan dalam keluarga, sebab seorang wanita tentu harus dipimpin oleh suaminya.

 

Dalam An Nahl: 97, tertulis:

 

“Barangsiapa yang megerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

 

Di sana dikatakan bahwa kehidupan yang baik akan diberikan sebagai balasan kepada siapa yang mengerjakan amalan shalih, tanpa adanya pembedaan antara seorang pria ataupun wanita.

Jadi selama seorang wanita mau berusaha, maka ia juga akan memiliki peluang yang sangat besar untuk mencapai kesuksesan, bahkan untuk menjadi seorang pemimpin.

 

Selain itu, dalam surat At – Taubah ayat 71 dijelaskan:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

 

Dari surat ini, kita bisa mengambil sebuah makna bahwa sesungguhnya Islam tidak membedakan kedudukan seseorang berdasarkan jenis kelamin ataupun fisiknya, tetapi bahkan mengajarkan agar setiap manusia, baik pria maupun wanita mampu saling bekerjasama agar saling melengkapi antara satu dengan yang lain.

 

Kisah Kepemimpinan Wanita dalam Islam

Sesungguhnya dalam Islam sendiri terdapat kisah-kisah yang bercerita tentang wanita yang menjadi pemimpin.

Misalnya ialah Ratu Balqis yang memimpin di Saba’ dengan begitu luar biasa dan memiliki kekuasaan yang besar.

Sang Ratu mampu membuat rakyat yang dipimpin olehnya menjadi makmur dan sejahtera, sehingga membuat Nabi Sulaiman akhirnya tertarik untuk memperistrinya dan menyatukan kedua kerajaan mereka.

Ratu Balqis menjadi sebuah contoh yang membuktikan bahwa wanita bisa menjadi pemimpin yang ulung dan melewati batasan-batasan yang membuat mereka seakan tak mampu.

Memang betul bahwa terdapat hadis yang menjadi dasar dari pandangan sekelompok orang untuk menganggap bahwa wanita tidak pantas untuk menjadi pemimpin, yaitu hadis yang mengatakan:

 

“Tidak akan sukses suatu kaum jika urusan mereka dikuasai oleh perempuan.”

(HR. Al-Bukhari, an-Nasa’i. Al-Tirmidzi, Ahmad).

 

Dari hadis tersebut maka muncul pandangan yang mengatakan bahwa seorang wanita tidak dapat memimpin, karena tidak akan mampu mengurusi urusan orang banyak (umat) karena ia lemah dan juga kurang memiliki kecakapan.

Namun sebenarnya ini tidak bisa menjadi alasan untuk melarang perempuan sebagai pemimpin, pasalnya dalam konteks lain, hal ini lebih merujuk kepada orang yang tidak memiliki kemampuan.

 

Gender vs Kemampuan

Sesungguhnya kita bisa melihat bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, gender bukanlah satu hal yang menjadi tolak ukurnya, tetapi kemampuan orang tersebut dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin.

Maka, apabila seorang perempuan memiliki kecakapan, ia pun juga memiliki peluang besar untuk menjadi seorang pemimpin.

 

Wanita pintar harusnya pintar juga dong dalam mengelola keuangan? Gunakan aplikasi Finansialku untuk membantu Anda!

 

Simak video dari Finansialku untuk Anda si wanita independen!

 

Nah… bagaimana pendapatmu tentang kepemimpinan perempuan? Apakah emansipasi perempuan di Indonesia sudah Anda rasakan?

 

Sumber Referensi:

  • Yuminah R. Januari 2018. Kepemimpinan Perempuan dalam Islam. researchgate.net – https://bit.ly/2VXKKGN
  • Admin. 02 September 2019. Kepemimpinan Perempuan dalam Islam. teraslampung.com – https://bit.ly/3azmuAk
  • Ratna Adining Tyas. 24 Juni 2015. Kepemimpinan Wanita dalam Islam. kompasiana.com – https://bit.ly/2Y1YdA3

 

Sumber Gambar:

  • Wanita 01 – https://bit.ly/2KX2U6p
  • Wanita 02 – https://bit.ly/2WcBsqI

dilema besar