Wajib Tahu! Ini Istilah Toxic Positivity yang Benar dalam Kesehatan Jiwa

#Finansialku #FinansialkuPress Event Finansialku Kesehatan Jiwa Sehatjiwa Toxic PositivityLeave a Comment on Wajib Tahu! Ini Istilah Toxic Positivity yang Benar dalam Kesehatan Jiwa

Wajib Tahu! Ini Istilah Toxic Positivity yang Benar dalam Kesehatan Jiwa

Ada yang tahu istilah toxic positivity? Apakah itu? Bagaimana perlakuannya yang benar dalam kesehatan jiwa?

Kali ini Finansialku.com dan Sehatjiwa.id akan membahas mengenai toxic positivity yang benar dalam kesehatan jiwa.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik-Finansialku-Finansialku-Press

 

Finansialku Bahas Toxic Positivity dan Kesehatan Jiwa Bersama Sehatjiwa.id

Bandung, 10 September 2020 – Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat untuk berdiam diri di rumah dalam beberapa bulan.

Dengan kebiasaan baru berdiam diri di rumah, tanpa bertemu dan berkomunikasi dengan banyak orang, menimbulkan rasa emosional yang baru dirasakan, seperti depresi, takut, sedih dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, Finansialku hadir membahas mengenai kesehatan jiwa pada Kamis, 03 September 2020.

Diskusi ini dibawa oleh Melania Adelia selaku Finansialku Pioneer, beserta Puspita Alwi selaku Co-Founder @sehatjiwa.id & Positive Psychology Practitioner melalui Facebook Page Finansialku.

Wajib Tahu! Ini Istilah Toxic Positivity yang Benar dalam Kesehatan Jiwa (1)

Finansialku.com X Sehatjiwa.id membahas Toxic Positivity

 

Melania Adelia menjelaskan alasannya mengangkat topik ini, karena melihat dari berbagai pengalaman di sekitarnya.

Ketika kita mencurahkan semua emosi dan masalah pribadi kepada teman terdekat, terkadang kita diberikan respon positif yang kurang tepat bagi diri kita. Istilah yang sering kita dengar, yaitu toxic positivity.

Puspita Alwi pun memaparkan bahwa hal itu dibahas dalam ilmu kesehatan jiwa.

Kesehatan jiwa adalah kondisi di mana individu mampu mengenali potensi dirinya, dapat mengatasi tekanan/stres yang ditemui sehari-harinya, dapat bekerja secara produktif, dan berkontribusi untuk komunitasnya.

“Kebanyakan orang berpikir positif adalah ketiadaan emosi negatif dan bahkan menjadikannya tujuan hidup. Sedangkan, realitanya, kita membutuhkan banyak kegagalan dan kesedihan dulu untuk mencapai kebahagiaan,” tutur Puspita Alwi kepada audiens Facebook Live.

 

Puspita Alwi menjelaskan bahwa positif bukan hanya sekedar label, tetapi positif memiliki jangkauan yang lebih luas.

Dengan berbagai pengertian itulah, Ia menegaskan tidak ada dengan istilah toxic positivity, tetapi diganti istilahnya dengan Inappropriate Positivity, atau positif yang tidak sesuai dan disalahgunakan.

“Jangan sampai ketika isu ini (tocix posivity) semakin naik, kita malah jadi memusuhi istilah positif. Tapi, ganti istilahnya menjadi Inappropriate Positivity,” jelas Puspita Alwi.

 

Contoh kasus dari inappropriate positivity ini adalah jika orang sedang bersedih ditinggal oleh orang yang disayang, kemudian Ia mendapat nasihat oleh temannya dengan perkataan, “Coba deh dicari sisi positifnya apa? Mungkin ada yang bisa disyukuri” atau “Semua akan baik-baik saja, pasti ada hikmah di dalamnya”.

Kalimat-kalimat positif ini tidak cocok disampaikan kepada orang yang sedang bersedih. Sehingga, Puspita Alwi memberikan pengertian bahwa kita perlu membedakan kapan kalimat positif harus dikeluarkan dan kapan tidak.

Lalu, bagaimana kita bisa berlatih memunculkan sifat positif yang sesuai?

 

Cara Memunculkan Sifat Positif Bagi Diri Sendiri

Berikut Puspita Alwi memberikan cara memunculkan sifat positif yang sesuai bagi diri sendiri.

 

#1 Flexibility

Melihat dan mencari inti masalah dengan pikiran yang terbuka. Karena, sebenarnya masalah yang kita hadapi, pernah dirasakan juga oleh orang lain. Sehingga, dengan terbukanya pikiran, kita tidak akan merasa sendiri.

 

#2 Acceptance

Menerima segala pikiran dan emosi yang sedang dirasakan, meskipun hal itu bukanlah sesuatu yang diinginkan.

 

#3 Write 3 Good Things About Yourself

Ketika sedang bersedih dan depresi, kita cenderung sensitif dengan sifat negatif yang ada dalam diri sendiri. Oleh karena itu, setelah kita menerima diri sendiri, seimbangkan dengan mensyukuri tiga kelebihan yang ada di diri kita dengan menulisnya.

 

#4 Find The Productive Side in Yourself

Kita mengetahui keinginan dan tujuan hidup berbeda dengan orang lain, tetapi jangan sampai kita jahat kepada diri sendiri dengan membandingkan kehidupan orang lain dengan diri kita. Temukan kesibukan dan fokus dengan tujuan diri sendiri.

 

#5 Keep Tracking Your Progress

Selalu melihat progress apa saja yang telah kita lalui. Karena, banyak orang selalu melihat tujuan akhirnya tanpa melihat proses apa saja yang pernah dijalani. Hal ini berguna untuk memunculkan sifat bersyukur bahwa kita lebih baik daripada hari sebelumnya.

 

#6 Self Reward

Beri hadiah kepada diri sendiri sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada diri sendiri, bahwa kita sudah berproses melewati segala rintangan. Banyak cara untuk memberi hadiah kepada diri sendiri, seperti jalan-jalan, menonton film/drama yang disukai, membeli makanan favorit, dll.

 

#7 Don’t Forget to Stop

Kebanyakan, orang sulit untuk melihat dirinya berharga, karena dia lupa untuk berhenti dan hanya sibuk melakukan rutinitasnya. Oleh karena itu, berhenti dan istirahat sejenak untuk mengenal diri sendiri lebih dalam.

 

 

Cara Memunculkan Sifat Positif Bagi Orang Lain

Setelah kita bisa menerima diri sendiri, kita bisa berpindah untuk membantu memunculkan sifat positif bagi orang lain.

Berikut Puspita Alwi memberikan cara-caranya.

 

#1 Validasi Apa yang Ia Rasakan

Memberitahu apa yang Ia rasakan itu adalah sesuatu yang normal dan wajar. Kita sebagai kerabat jangan langsung memberi solusi dari masalahnya, tapi dengarkan dulu apa yang Ia keluhkan kepada kita.

 

#2 Jadilah Pendengar, Bukan Komentator

Dari penjelasan sebelumnya, banyak orang berlomba-lomba untuk memberikan solusi dan komentar yang paling menarik. Tetapi, tidak semua orang membutuhkan hiburan dari komentar, mereka hanya butuh untuk didengarkan.

 

#3 Latih Empati, Bukan Bersimpati

Melatih empati bisa dengan cara tidak menilai perasaan orang lain, tetapi memahami perasaan yang orang lain rasakan.

 

#4 Masalah Bukan Untuk Dikompetisikan

Karena, dengan meremehkan masalah orang lain dan menganggap masalah kita lebih besar bukan menjadi solusi bagi orang lain.

Dengan hal ini, menyebabkan banyak orang lain di luar sana sulit terbuka menceritakan masalahnya dan sulit pula mendapatkan bantuan untuk menyelesaikan masalahnya.

 

Bagaimana, Sobat Finansialku? Apa Anda belajar sesuatu sari paparan di atas?

Tidak hanya mengedukasi dan memberikan literasi finansial, Finansialku juga berusaha untuk selalu memberikan edukasi yang membangun lainnya seperti kesehatan mental dan pengaruhnya dalam kesuksesan.

Namun demikian, Finansialku pun tetap berupaya untuk mengedukasi keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat agar mereka dapat meraih kesuksesan dan kesejahteraan dimulai dengan perencanaan keuangan yang baik.

Anda punya topik yang ingin Finansialku bahas? Silakan tuliskan hal tersebut dalam kolom komentar di bawah ini.

Ayo mulai kehidupan yang sehat dan sukses bersama Finansialku.com, your personal finance assistant!

 

dilema besar

Leave a Reply

Back To Top