Sobat Finansialku, sedang merencanakan pernikahan?
Kamu ada di artikel yang tepat. Cek dulu beberapa kriteria keuangan ideal yang perlu diketahui. Simak baik-baik, ya.
Summary:
- Merencanakan pernikahan bukan hanya memerlukan kesiapan fisik dan mental, tapi juga keuangan.
- Saling terbuka dan mencari titik tengah soal keuangan adalah hal yang harus dilakukan setiap pasangan yang akan menikah.
- Ada beberapa kriteria keuangan ideal jelang pernikahan, agar kehidupan rumah tangga lebih stabil secara finansial.
Pernikahan dan Kesiapan Keuangan
Sobat Finansialku, menjalani hubungan yang lebih serius yakni melangkah ke jenjang pernikahan adalah impian bagi kebanyakan pasangan.
Setelah menikah, tentu banyak perubahan yang akan terjadi. Mulai dari status, tanggung jawab, keseharian, hingga kebutuhan pun ikut bertambah.
Selain biaya hidup meningkat, kamu juga akan dihadapkan pada pilihan untuk segera memiliki momongan dan kebutuhan memiliki tempat tinggal tetap.
Entah keduanya diusahakan bersamaan atau tidak, tetap saja memerlukan biaya yang cukup besar.
Oleh karena itu, kamu dan calon pasangan harus merencanakan pernikahan sebaik mungkin. Bukan hanya kesiapan fisik dan mental, tapi juga keuangan.
Sebab, masalah ekonomi memiliki andil besar dalam kehidupan pernikahan.
Melansir Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2021, 30% dari 291.667 kasus perceraian di Indonesia yang tercatat di Pengadilan Agama pada tahun 2020 disebabkan oleh masalah ekonomi.
Masalah yang dimaksud, umumnya tidak jauh dari biaya pendidikan yang terus meningkat. Ketidakmampuan pencari nafkah mencukupi kebutuhan keluarga, hingga gaya hidup konsumtif yang menuntut peningkatan penghasilan.
Memang, rendahnya tingkat literasi keuangan di Indonesia berimbas pada kurangnya kemampuan dalam mengelola keuangan pribadi.
Akibatnya, banyak pasangan yang melangkah ke jenjang pernikahan tanpa kesiapan secara keuangan.
[Baca Juga: Pra Pernikahan: Saatnya Matangkan Rencana Keuangan]
6 Kriteria Keuangan Ideal untuk Pasangan yang Akan Menikah
Sobat Finansialku, terdapat 6 kriteria keuangan yang idealnya dimiliki oleh setiap pasangan yang akan menikah.
Tujuannya, untuk membangun pondasi finansial yang kuat saat menjalani kehidupan rumah tangga kelak. Apa saja kriterianya?
#1 Memiliki Penghasilan dan Potensi Meningkatkan Penghasilan
Sebagai manusia dewasa yang akan membangun keluarga, tentunya kamu dituntut untuk mandiri secara finansial dengan mampu membiayai kebutuhan pokok sendiri. Semua itu akan terpenuhi jika punya penghasilan yang cukup.
Meski standar cukup setiap orang berbeda, setidaknya penghasilan tersebut bukan hanya mencukupi biaya hidup bulanan saja. Tapi juga bisa untuk menabung dan berinvestasi.
Untuk apa?
Jawabannya untuk mempersiapkan tujuan-tujuan keuangan keluargamu kelak. Seperti biaya persalinan, biaya pendidikan, dan memiliki tempat tinggal.
Sebagai catatan, data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) rata-rata kenaikan biaya pendidikan per tahun adalah sebesar 10%-15%.
Sementara, dilansir dari Rumah.com Indonesia Property Market, kenaikan harga rumah tapak sepanjang tahun 2021 sebesar 4,39%.
Eits, bukan berarti kamu jadi terburu-buru membeli properti atau punya anak, karena takut harga rumah dan biaya pendidikan semakin mahal, ya.
Maksudnya, dengan biaya hidup, harga beli properti, dan biaya pendidikan yang selalu ada kenaikan. Maka kamu dan calon pasangan harus terus mengusahakan peningkatan penghasilan.
Sehingga bisa terus meningkatkan kemampuan untuk menabung dan berinvestasi guna mencapai tujuan keuangan bersama.
[Baca Juga: PENTING! Bicarakan Keuangan Sebelum Memutuskan Pernikahan]
#2 Dua Sumber Penghasilan
Jika kamu dan calon pasangan sama-sama bekerja, tentunya dua sumber pemasukan dapat meningkatkan porsi tabungan dan investasi per bulannya.
Harapannya, Sobat Finansialku akan lebih siap secara keuangan untuk berumah tangga dan saling support dalam mencapai tujuan keuangan bersama.
Tapi, jangan lupa untuk membicarakan kemungkinan hanya bergantung pada salah satu penghasilan. Baik sementara waktu maupun permanen. Misalnya ketika salah satu diantaranya harus berhenti bekerja untuk membesarkan anak.
#3 Utang Terkendali
Jika dari sisi penghasilan sudah dirasa siap, jangan lupa saling terbuka mengenai utang.
Ada beberapa kasus klien Finansialku yang saya temui, dimana penghasilan tidak jadi masalah utama keuangan keluarga, melainkan utang.
Terutama utang bawaan sebelum menikah, baik itu utang pribadi maupun utang keluarga yang ditanggung oleh sandwich generation.
Jika utang per bulan sudah menggunung, ditambah peningkatan pengeluaran bulanan, porsi gaji untuk tabungan dan investasi akan semakin tergerus.
Belum lagi kalau memaksakan diri menambah utang dengan mengambil KPR. Bisa-bisa penghasilan bulanan cuma numpang lewat hanya untuk membayar utang, cicilan KPR, dan biaya bulanan.
[Baca Juga: CATAT! Begini Cara Alokasi Gaji Bulanan yang Tepat]
Lalu, bagaimana utang bisa dikatakan terkendali?
Sebaiknya total cicilan utang per bulannya (termasuk cicilan KPR, kartu kredit, kredit kendaraan bermotor, dan sebagainya) tidak lebih dari 35% penghasilan bulanan.
Sehingga masih ada 65% penghasilan untuk biaya hidup dan alokasi menabung.
#4 Punya Tabungan
Tingginya biaya hidup dan besarnya biaya-biaya yang harus disiapkan, pasti akan jauh lebih ringan jika kamu dan calon pasangan, masing-masing telah memiliki tabungan sebagai “modal” memulai bahtera rumah tangga.
Tabungan yang dimaksud berarti tabungan untuk persiapan DP rumah, biaya persalinan, hingga dana darurat.
#5 Dana Darurat
Dana darurat juga menjadi faktor kunci dalam kesiapan keuangan, lho. Cadangan kas ini sifatnya stand by di rekening khusus dan hanya digunakan pada kondisi darurat saja.
Dalam berumah tangga apalagi sudah punya tanggungan dan utang, akan lebih banyak kemungkinan terjadi pengeluaran tak terduga.
Kalau penghasilan bulanan yang terpotong cicilan saja sudah hampir tak bersisa, bagaimana keluargamu dapat bertahan saat ada kondisi darurat yang membutuhkan biaya lebih?
Jadi sebelum berkeluarga, sebaiknya kamu dan calon pasangan telah memiliki dana darurat masing-masing sebesar 6x biaya pengeluaran bulanan.
Nantinya, setelah menikah, targetkan untuk memiliki 9-12x biaya pengeluaran bulanan.
Khusus untuk yang memiliki utang, wajib mempunyai dana darurat lebih. Sebab kamu dan calon pasangan harus memikirkan kemungkinan terburuk kehilangan penghasilan bulanan yang biasa digunakan untuk membayar cicilan.
Seputar dana darurat juga bisa kamu pelajari lewat ebook “Cara Selamatkan Keuangan dari Pengeluaran Dadakan (Dana Darurat)”. Klik gambar untuk download ebook-nya.
#6 Money Habit dan Tanggungan
Selain penghasilan dan utang, ada kriteria yang harus dipertimbangkan dari sebelum menikah, yaitu soal money habit alias kebiasaan dalam menggunakan uang dan tanggungan keluarga.
Kenali bagaimana gaya hidup calon pasangan dan bagaimana cara menggunakan uang.
Apakah calon pasangan adalah tulang punggung keluarga intinya? Apakah kamu dan calon pasangan sudah terbiasa menabung dan berinvestasi untuk kepentingan di masa depan? Atau justru menghindari diskusi soal keuangan?
Jangan salah, banyak pertengkaran keluarga karena money habit yang terlalu berbeda. Hingga sulit ditoleransi satu sama lain atau tidak terbuka mengenai kondisi sandwich generation.
Ada yang merasa calon pasangannya terlalu boros hingga sulit menabung, atau terlalu hemat dan dianggap tidak menikmati hidup.
Ada juga calon pasangannya yang sandwich generation jadi kesulitan untuk membiayai keluarga barunya.
Oleh karena itu, jika sebelum menikah kamu berpikir “ah nanti juga berubah”, padamkan ekspektasi tersebut. Sebab, mengubah kebiasaan dan kondisi sandwich generation tidaklah semudah itu.
Komunikasi dan Titik tengah
Lantas, untuk dikatakan siap menikah secara keuangan, apakah sebelum menikah sudah harus punya seratus dua ratus juta pertama, lunas properti pertama, kendaraan bermotor, dan sederet checklist yang sempat viral di media sosial?
No, tidak seperti itu. Semua kembali pada kesiapan kamu dan calon pasangan untuk saling memahami kondisi satu sama lain dan mencari jalan tengahnya bersama.
Standar kesiapan setiap pasangan berbeda-beda.
Ada yang siap merintis bersama sedari nol. Ada pula yang siap menanggung beban biaya hidup masing-masing keluarga dan berjuang bersama.
Tidak sedikit juga yang memulai kehidupan rumah tangga dari minus, karena utang bawaan sebelum menikah.
Semuanya bisa kamu pertimbangkan dengan baik sambil membayangkan konsekuensi dari setiap pilihan yang akan diambil.
Ingat, yang paling penting yaitu lakukan diskusi sehat dan komunikasi secara terbuka tentang keuangan sejak masa penjajakan. Agar tidak ada pihak yang merasa ekspektasi jomplang dengan realita.
Selain membangun kesiapan keuangan dari sebelum menikah, jangan lupa untuk merencanakan dana pernikahannya dengan matang.
Jika Sobat Finansialku ingin berdiskusi tentang rencana dana pernikahan, berbenah keuangan sebelum menikah, atau cara mengelola keuangan setelah berkeluarga.
Silakan hubungi saya maupun perencana keuangan tersertifikasi lainnya melalui fitur Konsultasi Keuangan di Aplikasi Finansialku.Atau, kamu juga bisa ngobrol secara private dengan buat janji melalui whatsapp +62 851 5866 2940.
Eits, ngobrol bertiga dengan calon pasanganmu juga bisa banget, lho!
Itulah informasi mengenai kriteria keuangan ideal jelang pernikahan. Sudah berapa poin yang kamu dan calon pasanganmu penuhi? Yuk, share jawabannya di kolom komentar.
Jangan lupa untuk bagikan artikel ini kepada teman atau saudara yang akan merencanakan pernikahan. Agar mereka bisa membangun kesiapan keuangan, sama sepertimu.
Editor: Ismyuli Tri Retno
Sumber Referensi:
- Redaksi. 26 November 2021. Pandemi, Harga Properti Justru Naik. Antaranews.com- https://bit.ly/3KxdjT8
- Cindy Mutia Annur. 28 Januari 2022. “Layangan Putus” Potret Penyebab Perceraian di Indonesia. Katadata.id- https://bit.ly/3hRYcHI
dilema besar