Pandemi tidak menjadi alasan bagi pelaku UMKM untuk menyerah. Berbagai UMKM membagikan strategi dan pengalaman mereka melawan pandemi dalam Finansialku Creative Economy Conference (FCEC).
JAKARTA – Berdasarkan survei Bank Indonesia, sebanyak 87,5% UMKM terkena dampak pandemi Covid-19. Dilansir dari Bisnis.com, sekitar 93,2% dari UMKM yang terdampak menunjukkan penurunan penjualan.
Bahkan, beberapa diantaranya terpaksa menutup usahanya karena bisnis yang terus merugi. Di tengah situasi seperti ini, sinergi antara pemilik bisnis, UMKM, pemerintah, dan berbagai pihak terkait sangat dibutuhkan guna mewujudkan pemulihan ekonomi nasional.
Di sisi lain, masih ada banyak pengusaha dan UMKM yang berhasil mempertahankan bisnisnya. Tidak hanya bertahan dari waktu ke waktu, tetapi juga menghasilkan profit dan berkembang. Strategi dan inovasi dari survivor ini tentu saja dapat dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis lainnya untuk beradaptasi, belajar, dan bertumbuh.
Finansialku melihat hal ini sebagai kesempatan mewadahi para pegiat bisnis dan UMKM untuk bahu membahu mengembalikan perekonomian seperti semula. Finansialku Creative Economy Conference (FCEC) hadir dengan tema “Wajah Baru Bisnis Kreatif Indonesia Selama Pandemi” dengan harapan dapat memberikan inspirasi bagi sesama pelaku UMKM.
Acara ini diselenggarakan pada Kamis, 5 Agustus 2021 pukul 19.00 WIB. FCEC menghadirkan berbagai narasumber, mulai dari pemilik UMKM, e-commerce, hingga lembaga keuangan.
Putra Aspin Rahmatullah, selaku Senior Manager Divisi Mikro PT Pegadaian, mengatakan, UMKM hampir mendominasi segala sektor di Indonesia dengan jumlah mencapai 65,4 juta UMKM di tahun 2019.
Salah satu penyebab UMKM kesulitan untuk bertahan di tengah pandemi selain daya jual yang menurun adalah kurangnya pembiayaan.
Putra menuturkan sebanyak 74% UMKM belum mendapatkan pembiayaan sehingga mereka hanya mengandalkan modal pribadi, 48% diantaranya kesulitan mendapatkan pembiayaan, dan 32% pelaku usaha terhambat dalam urusan perbankan yang mengakibatkan mereka tidak bisa mendapatkan modal.
Cara lain untuk mendapatkan pinjaman usaha selain dari bank, yaitu dengan menggadaikan aset atau mengambil pinjaman dari lembaga keuangan lain seperti Pegadaian.
Selain permodalan, penjualan yang menurun pun menjadi masalah utama dalam masa pandemi. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi dan inisiasi lebih agar produk yang dijual tetap eksis dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Meika Hazim, pemilik Coklat N’dalem membagikan 3 tips agar bisa bertahan di masa pandemi, yaitu riset, adaptasi, dan kolaborasi. Pembatasan mobilisasi masyarakat memaksa pemilik usaha untuk melakukan segala sesuatu secara daring.
“Tim kita juga melakukan adaptasi, belajar lagi digital itu seperti apa, bagaimana algoritma di dunia digital termasuk marketplace, dan bagaimana cara berjualannya”, ujar Meika.
Pendapat ini pun disetujui oleh Co-founder #Markamarie, CEO Marka Fashion Accelerator, sekaligus Global Head -Council of Modest Fashion, Franka Soeria.
“Ya, memang (bisnis) yang bertahan yang mau beradaptasi, yang mau belajar dari nol lagi”, ujar Franka.
Franka pun menambahkan bahwa agar lini fesyen bertahan di tengah pandemi ini sebaiknya membuat produk yang dibutuhkan pasar, bukan lagi semata-mata idealisme desainer.
Bagi Randy Nugraha, CEO & Co-Founder Entrepreneurs.id, masalah-masalah yang muncul saat pandemi justru bisa memberikan peluang lebih untuk usaha.
“Kalau melihat sekarang PPKM, aku melihat ini bisa menjadi peluang atau opportunity. Kalau di bisnis kita ngomongin entrepreneur/ bisnis, setiap ada masalah di sana ada opportunity atau peluang.”, jelas Randy.
Penguasaan teknologi pun akan sangat membantu pemilik usaha untuk bisa bertahan di tengah pandemi. Randy mengatakan bahwa penggunaan teknologi menjadi sumber utama agar bisa bertahan di situasi sekarang.
Penurunan penjualan hingga mencapai 30% membuat Fajar Abdillah, Founder HNMD, lebih mengoptimalkan pemanfaatan teknologi.
Dengan teknologi digital yang berkembang pesat memudahkan Fajar dalam mengoperasikan bisnisnya dan penjualan bisnisnya kembali bangkit.
“Sebenarnya dalam hal apapun itu, tidak ada alasan untuk kita tidak berani mencoba hal-hal baru”, ujar Fajar.
Peran serta e-commerce dalam membantu meningkatkan penjualan UMKM pun sangat besar. Blibli, salah satu e-commerce ternama Indonesia mewadahi para UMKM untuk bisa menjajakkan produknya secara online dengan segmentasi pasar nasional.
Wili Yatno selaku SME Channel Specialist Blibli mengatakan bahwa di Blibli menyediakan fasilitas pendampingan untuk para pegiat UMKM.
“Kenapa sih di Blibli ada officer yang mendampingi UMKM? Karena kita percaya bahwa UMKM ini selain menjadi tonggak perekonomian Indonesia, tapi mereka belum bisa kita tinggalin sendiri. Makanya, Blibli membentuk satu tim khusus untuk membantu teman-teman UMKM berjualan di Blibli, bahkan kita bikin kategori khusus ‘Galeri Indonesia’. Di mana teman – teman UMKM bisa mempromosikan produknya”, ungkap Wili.
Poin terakhir yang juga menjadi aspek penting dalam mempertahankan UMKM adalah pengelolaan keuangan bisnis yang baik.
Mario Lasut, selaku CMO Finansialku membagikan tips keuangan agar bisnis bisa tetap berjalan meski disaat pandemi. Diantaranya, rajin mencatat keuangan, memisahkan rekening pribadi dan bisnis, memperhitungkan cash convertion cycle, dan menyiapkan dana darurat minimal 12 x biaya produksi.
Untuk lebih lengkapnya mengenai mengelola keuangan bisnis, Sobat Finansialku bisa mendengarkan audiobook berikut ini.
Finansialku Creative Economy Conference merupakan wujud komitmen Finansialku untuk membantu masyarakat Indonesia agar terliterasi secara keuangan demi mencapai kesejahteraan hidup tertutama di situasi pandemi saat ini.
Jika Anda memiliki visi yang sama dan ingin berkolaborasi bersama kami, hubungi tim Finansialku di nomor 0812 1459 4195 (Hicary) atau email ke hicary@finansialku.com.
Mari bersama wujudkan masa depan dan raih kesuksesan dengan perencanaan keuangan yang baik bersama Finansialku.com.
Editor: Eunice Caroline
dilema besar