Konon katanya wanita lebih pandai mengatur uang, makanya tidak heran umumnya istri yang menjadi “menteri keuangan” dalam rumah tangga. Tapi bagaimana kalau kondisinya suami tidak mau sama sekali mengambil peran dalam pengaturan uang alias mau tau beres saja ?
Pengalaman dari jaman orang tua dulu, terdapat pembagian peran keuangan dalam rumah tangga. Bapak atau suami bertugas untuk mencari nafkah, sedangkan ibu atau istri lah yang mendapat tugas untuk mengatur keuangan dan mengatur segala sesuatu keperluan keluarga.
Seperti yang diungkapkan Ussy Suliastiawati saat ia mendapatkan kesempatan untuk me-roasting suaminya Andhika Pratama dalam sebuah acara Stand Up Comedy Academy 4. Ia mengungkapkan jika suaminya berada di rumah, tidak henti-hentinya Andhika memanggil Ussy mulai dari disediakan kopi, makan, jemput anak, sampai dengan urusan AC yang rusak. Kebayang ga Sobat Finansialku kalau istri harus mengurus semua itu, plus harus mengurus keuangan juga sedangkan suami hanya tahu beres.
Sifat wanita memang cenderung lebih cermat dan teliti ketimbang laki-laki, dirasa lebih mampu untuk melakukan banyak hal dan juga mampu membuat anggaran dan mengelola uang. Selain itu pada saat seorang wanita menjadi Ibu, pasti akan lebih memperhatikan dan mempersiapkan dana yang dimiliki sebaik mungkin untuk kebutuhan keluarga.
Tidak heran, wanita mampu menjadi pengelola keuangan yang hebat dalam rumah tangga.
[Baca juga: Suami Istri Bekerja, Perlu Gak Sih Untuk Rekening Keluarga?]
Persepsi tersebut juga yang seringkali membuat suami menyerahkan tanggung jawab mengelola uang kepada istri secara penuh. Banyak suami yang setelah menyerahkan “uang belanja” kepada istrinya untuk diatur dan dikelola dengan baik. Seolah setelah serah terima tersebut, beban suami dalam mengatur keuangan keluarga sudah selesai.
Masalah sering dimulai ketika istri membutuhkan rekan diskusi untuk membicarakan dan mengatur keuangan, sedangkan suami adalah tipe yang cenderung cuek atau hanya mau tau beres saja.
Lalu bagaimana mensiasitinya agar masalah yang tersebut tidak lebih besar dan menjadi pemicu pertengkaran dalam rumah tangga, mari kita simak artikel ini.
Apa Masalah Kamu Sayang ?
Pernikahan merupakan proses menyatukan dua individu yang berbeda. Termasuk berbeda dalam hal latar belakang dan kebiasaan mengatur uang.
Jika terjadi masalah langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah mencari akar dari masalah keuangan yang terjadi.
Bagi para istri (dan juga bagi suami) pertama kita perlu tau apa yang membuat pasangan bersikap tidak peduli dalam pengelolaan uang.
Apakah karena menganggap kegiatan budgeting itu ribet dan terlalu memusingkan untuk dilakukan? Atau karena pasangan termasuk ke dalam “Tim Minta Maaf” alias lebih baik minta maaf sudah belanja daripada minta izin karena takut disalahkan.
Sebelum kita bahas lebih mendalam soal membuat anggaran keuangan keluarga, alangkah baiknya untuk mencari waktu duduk bersama pasangan layaknya nge-date.
Sayang, Kita Ngobrolin Uang Yuk!
Kembali ke jaman pacaran dulu, nge-date bersama pacar bisa jadi adalah satu acara yang kita tunggu. Lalu setelah menikah, dating dengan pasangan tetap perlu dilakukan untuk mempererat hubungan.
Tapi karena sudah menikah, topik bahasan juga bisa lebih mendalam, misalnya soal keuangan atau bisa kita sebut dengan istilah money-date.
[Baca juga: Suami & Istri Bekerja, Dana Darurat Digabung atau Dipisah?]
Cari waktu dimana kita bisa ngobrol dengan leluasa dengan pasangan. Bisa dilakukan sepulang kantor atau sebagai obrolan sebelum tidur. Yang perlu diperhatikan adalah, tentukan waktunya dan sampaikan pada pasangan bahwa keuangan keluarga menjadi topik yang mau dibahas.
Dengan begitu, pasangan tidak merasa dihakimi dan sudah bersiap sebelum diskusi dimulai.
Mengelola Keuangan Keluarga
Seringkali mengelola keuangan dianggap sebagai satu keahlian yang sulit. Belum juga mulai, kita sudah membayangkan hitungan sulit dan penerapan yang juga tidak kalah ribetnya. Padahal tidak sesulit itu kok Sobat Finansialku.
Belajar mengelola keuangan bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan keluarga.
Umumnya yang menjadi tantangan pada mengelola keuangan keluarga, adalah kurangnya keterlibatan anggota keluarga dalam membuat rencana keuangan. Anggota keluarga disini tentunya yang memiliki peran terbesar dalam keuangan keluarga, yaitu suami dan istri.
Agar pengelolaan keuangan keluarga bisa terlaksana dengan baik, ini langkah yang bisa dilakukan:
#1 Membuat anggaran
Dalam mengelola keuangan keluarga, kita bisa mulai dengan membuat anggaran untuk pemasukan dan pengeluaran yang ada pada keluarga.
Caranya cukup mudah, pertama kita mencatat berapa penghasilan yang kita dapat dalam sebulan. Jika suami dan istri bekerja, maka penghasilan keduanya juga perlu dicatat dalam anggaran yang dibuat.
Kalau ada porsi uang kebutuhan pribadi dalam penghasilan tersebut, tidak masalah. Catat dulu saja semua penghasilan yang didapat.
[Baca juga: Rahasia dan Kunci Sukses Mengatur Keuangan untuk Suami & Istri]
Kalau penghasilannya tidak tentu, seperti pada pekerja lepas atau yang berpenghasilan harian. Bisa dibuat rata-rata penghasilan per bulan berapa yang dihasilkan. Nilai tersebut yang kita gunakan dalam anggaran.
Sebaiknya masukan juga penghasilan yang sifatnya tahunan seperti THR dan Bonus. Sehingga kita bisa mendapat gambaran besar, berapa penghasilan kita dalam setahun. Kita ambil contoh penghasilan yang dicatat oleh keluarga Bapak Alex dan istrinya seperti contoh dibawah ini:
Keterangan | Penghasilan Bulanan | Penghasilan Tahunan |
---|---|---|
Gaji suami | Rp 10.000.000 | |
Gaji istri | Rp 8.000.000 | |
THR Suami | Rp 10.000.000 | |
THR Istri | Rp 8.000.000 | |
Bonus suami | Rp 18.000.000 | |
Bonus istri | Rp 10.000.000 | |
Total penghasilan | Rp 18.000.000 | Rp. 46.000.000 |
#2 Catat pengeluaran bulanan
Dalam membuat anggaran, komponen kedua yang perlu dimasukan setelah pemasukan atau penghasilan adalah pengeluaran.
Yang kita buat disini adalah arus kas (cashflow). Dengan arus kas kita bisa mengetahui kemana uang yang kita miliki ini keluar. Bukannya menguap hilang begitu saja setiap selesai gajian.
Sebelum membuat anggaran, tentu harus tahu dulu berapa uang yang kita habiskan dalam sebulan. Jika tidak terbiasa atau belum pernah mencatat pengeluaran, hal ini menjadi tantangan yang cukup besar.
Mencatat pengeluaran bukan hal yang sulit, mulai dari pencatatan manual menggunakan buku sampai dengan aplikasi yang menyediakan fitur pencatatan keuangan.
Sobat Finansialku bisa juga lho memanfaatkan fitur pencatatan keuangan yang ada pada aplikasi Finansialku.
Sama seperti pada pendapatan, untuk pengeluaran juga bisa kita masukan pengeluaran tahunan, seperti dana liburan, Hari Raya, dan pembayaran PBB maupun pajak kendaraan bermotor.
Dengan melakukan pencatatan pengeluaran, kita bisa mengetahui pos pengeluaran mana yang terbesar. Sehingga nantinya Sobat Finansialku juga bisa memikirkan strategi apa yang terbaik untuk pengelolaan keuangan selanjutnya.
Berikut contoh contoh pencatatan sederhana untuk pengeluaran rumah tangga Bapak Alex:
Tanggal | Keterangan | Pengeluaran |
---|---|---|
20 Juni 2021 | Groceries | Rp 300.000 |
Iurang lingkungan bulan Juni 2021 | Rp 150.000 | |
Top up token listrik bulan Juni 2021 | Rp 500.000 | |
21 Juni 2021 | Jajan makanan via aplikasi | Rp 50.000 |
Isi bensin mobil | Rp 200.000 | |
Top up kartu tol dan parkir | Rp 200.000 | |
22 Juni 2021 | Beli hadiah untuk adik | Rp 300.000 |
Isi pulsa Handphone | Rp 200.000 | |
Adik jajan di minimarket | Rp 35.000 |
#3 Buat anggaran bulanan
Setelah mencatat penghasilan dan pengeluaran, langkah selanjutnya adalah menuangkan catatan yang telah dibuat tersebut ke dalam satu anggaran keuangan keluarga.
Untuk pencatatan pengeluaran, kita bisa membuat kategori pos pengeluaran seperti pengeluaran belanja bulanan (groceries), pembayaran listrik & air, pembelian bensin kendaraan, hingga pos hiburan untuk jajan makanan via aplikasi.
[Baca juga: Apa itu Anggaran Keuangan Keluarga dan Apa Manfaatnya?]
Pencatatan pengeluaran yang kita lakukan di awal tadi adalah untuk melihat berapa rata-rata pengeluaran. Sedangkan pada anggaran bulanan kita coba mengetahui batas atau jatah pengeluaran untuk tiap pos pengeluaran.
Agar lebih mudah dipahami, mari kita lihat contoh sederhana untuk anggaran keuangan keluarga Bapak Alex berikut ini:
Anggaran Keuangan Keluarga Alex tahun 2021
Pendapatan
Pendapatan | Bulanan | Tahunan |
---|---|---|
Gaji suami | Rp 10.000.000 | |
Gaji istri | Rp 8.000.000 | |
THR suami | Rp 10.000.000 | |
THR istri | Rp 8.000.000 | |
Bonus suami | Rp 18.000.000 | |
Bonus istri | Rp 10.000.000 | |
Total penghasilan | Rp 18.000.000 | Rp 46.000.000 |
Pengeluaran
Pengeluaran | Bulanan | Tahunan |
---|---|---|
Belanja bulanan | Rp 5.000.000 | |
Listrik dan Air | Rp 1.500.000 | |
Bensin, tol, dan parkir | Rp 1.000.000 | |
Bantuan keluarga | Rp 500.000 | |
Sedekah | Rp 2.000.000 | |
Jajan/hiburan | Rp 2.000.000 | |
Asuransi | Rp 10.000.000 | |
Hari raya | Rp 15.000.000 | |
Pajak mobil | Rp 5.000.000 | |
Liburan tahunan | Rp 20.000.000 | |
Tabungan | Rp 1.000.000 | |
Total pengeluaran | Rp 13.000.000 | Rp 45.000.000 |
Selisih (Pendapatan – Pengeluaran):
- Bulanan: Rp 5.000.000
- Tahunan: Rp 1.000.000
#4 Jangan lupa investasi dan tabungan
Dari contoh anggaran keluarga Bapak Alex diatas, bisa kita lihat kalau Bapak Alex sudah rutin mengalokasikan dana setiap bulan ke dalam tabungan.
Tapi pada saat Finansialku melakukan interview dengan Bapak Alex, ternyata Bapak Alex seringkali melewatkan pos tabungan tersebut karena dana sudah terlanjur habis terpakai.
Padahal kalau dilihat lebih detail, berdasarkan hitungan ada selisih pendapatan dikurangi pengeluaran sebesar Rp 5 juta sebulan. Angka tersebut sebenarnya bisa digunakan untuk menambah pos alokasi tabungan dan investasi.
[Baca juga: Investasi Keuangan Keluarga: Bagaimana Cara Berhasil Investasi]
Seringkali banyak yang baru memasukan alokasi tabungan dan investasi setelah semua pengeluaran lainnya. Sehingga yang terjadi adalah dana yang ada sudah terlanjur habis terpakai.
Sebaiknya, alokasikan dulu dana untuk tabungan dan investasi setelah kewajiban utama terpenuhi, seperti cicilan dan kebutuhan primer. Baru sisanya bisa kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya sekunder atau hiburan.
Sebelum mulai berinvestasi alangkah baiknya pelajari dulu instrumen apa yang cocok dengan tujuan keuangan yang akan dicapai, misalnya investasi reksa dana.
Anda bisa mendengarkan audiobook gratis dari Finansialku tentang bagaimana cara memilih produk reksa dana yang tepat dengan cara klik banner di bawah ini. Selamat mendengarkan..
Jalankan Sesuai Rencana
Yang paling sulit dalam mengelola keuangan sebenarnya hanya ada dua. Yang pertama adalah sulit pada saat memulainya, dan yang kedua adalah sulit untuk terus menjalankan rencana yang telah dibuat.
Mungkin saja pada bulan-bulan awal, kita masih semangat untuk menjalankan rencana keuangan yang dibuat. Namun seiring waktu, rasa malas bisa saja muncul. Karena itu yang utama dibutuhkan dalam mengelola keuangan bukanlah keahlian membuat perencanaan, namun komitmen untuk menjalankanya.
Gimana Sobat Finansialku, mudah kan mengelola keuangan keluarga. Manfaatkan fitur pancatatan keuangan di aplikasi Finansialku, untuk membantu Sobat Finansialku menjalankan pengelolaan keuangan keluarga. Bagikan juga artikel ini kepada teman dan saudara, agar mereka bisa mendapatkan informasi serupa. Selamat mengelola keuangan!
Editor: Nurdevi Noviana
Sumber Referensi:
- Admin. 18 Maret 2019. Wanita Lebih Pintar Mengatur Keuangan Ketimbang Pria, Mitos atau Fakta. Suara.com – https://bit.ly/3rlPQw9
- Admin. 7 Juli 2021. When Your Spouse Won’t Participate in Financial Plan or Budget. Thebalance.com – https://bit.ly/3wFLpgC
- Admin. 15 Januari 2020. 8 Tahun Menikah Andhika Pratama Hanya Mau Tahu Beres & Ngaku Tersiksa, Ussy Sulistiawaty: ‘Aku Istri Atau Pembantu?. Fame.grid.id – https://bit.ly/3wzY6cB
Sumber Gambar:
- Cover – https://bit.ly/3xFAMf0
dilema besar