Standar Kesuksesan Untuk Usia Kepala Tiga, Seperti Apa?

Standar Kesuksesan Untuk Usia Kepala Tiga, Seperti Apa?

Usia sudah kepala tiga tabungan di rekening hanya Rp 4 juta, apakah saya belum masuk dalam standar kesuksesan?

 

Summary

  • Kegagalan dan kesuksesan adalah sesuatu yang subjektif, bukan sesuatu yang bisa dipukul rata.
  • Fokuslah pada diri sendiri dan tetap berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

 

Tentang Kegagalan dan Kesuksesan

Sebuah pertanyaan diunggah di salah satu situs forum diskusi, dengan judul ‘Di usia yang 33 tahun ini tabungan saya hanya 4 juta. Apakah saya golongan orang yang gagal?’

Pertanyaan ini tentu menggelitik buat banyak orang. Terbukti dengan banyaknya komentar yang membanjiri forum tersebut, dengan sudut pandang yang berbeda-beda.

Begitupun dengan Finansialku, yang ingin memberikan pandangan subjektif sekaligus solusi untuk kamu yang mungkin sedang berada dalam fase yang sama.

Di dunia, banyak hal muncul secara tidak natural, melainkan hasil konstruksi sosial, seperti salah satunya, standar soal kegagalan dan kesuksesan.

Hidup puluhan tahun di dunia, kita sudah terbiasa dengan segala narasi soal standar kesuksesan yang entah siapa yang menciptakannya. 

Standar itu kemudian tanpa sadar jadi tenggat waktu buat kita, seolah menjadi orang yang gagal jika tidak mencapai standar itu dalam kurun waktu yang juga sudah ditentukan.

Usia 20 tahun harus sudah punya bisnis sendiri, 25 tahun, sudah punya aset Rp 1 miliar, dan sudah mampu pensiun dini di usia 40 tahun.

Banyak standar bermunculan dari orang yang sama sekali kita kenal, tapi seolah punya hak penuh untuk menyetir hidup kita.

Hal ini kemudian makin parah dengan masifnya perkembangan teknologi dan hal-hal lain yang beririsan, seperti media sosial.

Manusia berbondong-bondong membuat opini, menggiring orang secara paksa untuk menyetujuinya.

Tidak sedikit pula dari mereka yang membuat standar baru, membuat pandangan baru, yang sialnya, ternyata banyak yang setuju.

Masalah ini kemudian jadi berlarut-larut, hingga tumbuh masalah baru, menyatu dengan masalah sebelumnya, menjadi benang kusut.

Pertanyaan ini salah satu bukti nyata bahwa tidak ada satu hal pun yang bisa dibenarkan dari standar itu, yang ada hanya bikin energi negatif orang tersebut meningkat.

 

Standar Kesuksesan

Kegagalan dan kesuksesan adalah sesuatu yang subjektif. Bukan sesuatu yang bisa dipukul rata, apalagi kita datang dari latar belakang keluarga yang berbeda.

Tidak sedikit orang yang baru memulai karir di usia 25 tahun, lantas bagaimana dia bisa memenuhi standar untuk punya Rp 1 miliar ketika dia baru saja memulai langkah pertamanya?

Maka dari itu, rasanya tidak adil kalau kita harus memenuhi segala standar serta ekspektasi dari orang lain, yang bahkan sama sekali tidak punya andil.

Ingatlah bahwa hanya kita yang berhak dan mampu menentukan standar kesuksesan serta kegagalan untuk diri kita sendiri, bukan orang lain.

 

Jangan pula kita biarkan orang lain untuk mendikte hidup kita agar sesuai dengan keinginannya.

Pemeran utama di hidup kita, adalah kita, bukan mereka, jadi jangan biarkan mereka menyabotase segala sistem dalam hidup kita, apalagi kalau membiarkan mereka mengatur segala sesuatunya. 

Ingat bahwa tujuan kita hidup di dunia ini bukan untuk memuaskan rasa ketidakpuasan mereka dalam hidupnya.

Fokuslah pada diri sendiri, agar bisa bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Pengembangan diri kita bukan cuma bicara soal hal-hal mayor dalam hidup, misalnya tentang penambahan aset, perbaikan karir, atau hal-hal kompleks lainnya.

Pengembangan diri juga bicara tentang hal-hal yang luput dari perhatian, misalnya pola pikir.

Adalah sebuah perkembangan jika tahun lalu kita masih berfokus pada segala pencapaian orang lain, sementara tahun ini, kita memfokuskan seluruh perhatian kita pada diri sendiri.

Lalu, bagaimana dengan kamu? Perkembangan diri apa saja yang membuat kamu berbeda dari tahun lalu? Beri tahu Finansialku lewat kolom komentar, ya!

 

Bagaimana Kalau Memang Ada yang Salah?

Terlalu dalam kabur dari realitas dan sibuk memvalidasi diri sendiri kadang jadi sesuatu yang tidak baik, yang kita kenal pula dengan istilah toxic positivity.

Terlebih kalau kita tidak punya niat atau usaha untuk mengubah keadaan tersebut, dan malah sibuk tenggelam dalam sikap defensif yang tidak ada habisnya.

Jika kamu sendiri menilai bahwa ini bukan sesuatu yang benar, maka kamu perlu melakukan penelusuran untuk mendapatkan alasan di balik ini semua bisa terjadi.

Bagaimana caranya? Kamu mungkin bisa melakukannya sendiri dengan merunut semua kronologi di masa lalu, tentang bagaimana kebiasaanmu dalam mengatur keuangan, hingga apa saja yang sudah kamu lakukan.

Kamu juga bisa mempertimbangkan untuk meminta bantuan perencanaan keuangan tersertifikasi Finansialku untuk melakukan pemeriksaan secara objektif dan menyeluruh terkait keuanganmu.

Selain membantumu untuk membedah kondisi keuanganmu secara menyeluruh, perencana keuangan Finansialku juga akan membimbingmu untuk memiliki strategi mengatur keuangan yang tepat agar kondisi keuanganmu membaik.

Untuk memulai langkah baru ini, kamu bisa lebih dulu menghubungi Customer Advisory Finansialku melalui WhatsApp di nomor +6285158662940 atau dengan menekan banner di bawah ini!

 

Meski nantinya para perencana keuangan akan membantumu untuk memperbaiki kondisi keuanganmu, bukan berarti kamu bisa menyerahkan semuanya pada mereka.

Kamu perlukan usaha yang sepadan agar strategi yang kamu rancang bisa berhasil.

Misalnya, mulai mencari penghasilan tambahan jika ternyata salah satu permasalahan keuanganmu adalah kurangnya pendapatan bulanan.

Mencari penghasilan tambahan memang terdengar mudah untuk dilakukan, tapi nyatanya sulit untuk didapatkan.

Ketimbang berkutat pada permasalahan yang itu-itu saja, kamu bisa mempertimbangkan untuk mulai berpikir dari sudut pandang lain. Seperti misalnya mengetahui konsep menambah pemasukan itu sendiri.

Konsep ini bisa kamu temukan di e-book dari Finansialku berjudul Income Breakthrough yang bisa didapatkan secara GRATIS dengan menekan gambar di bawah ini sekarang!

 

Apakah kamu punya pandangan lain tentang pertanyaan yang anonim itu tuliskan? Yuk, diskusikan bersama-sama di kolom komentar!

Kamu juga bisa bertukar pendapat dengan teman-teman sejawatmu dengan membagikan informasi ini lewat pilihan media sosial yang tersedia di atas. Sampai jumpa di artikel berikutnya!

 

Editor: Ratna SH

Sumber Referensi:

  • Admin. 05 Juli 2022. Quora.com – https://bit.ly/3R94fYK

dilema besar