Dalam mengatasi Covid-19, pemerintah menerapkan peraturan pembatasan mobilitas yang bernama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala 1-4.
Bagaimana dampak pembatasan sosial ini terhadap kinerja PWON? Simak analisis berikut ini!
Artikel ini dipersembahkan oleh:
Kinerja PWON Terdampak Negatif?
Sebagai konteks awal, perlu Anda ketahui bahwa PWON merupakan salah satu dari top 4 perusahaan properti di Indonesia, bersama dengan BSDE, CTRA, dan SMRA.
Yang membuat PWON unik dibandingkan perusahaan properti lainnya adalah strategi bisnis PWON yang memfokuskan ke recurring income dibandingkan penjualan properti.
Ya, komposisi pendapatan PWON pada kondisi normal terdiri dari setengah recurring income dan setengah penjualan properti, berbeda dengan komposisi pendapatan emiten properti lainnya yang cenderung fokus pada penjualan properti.
Dari gambar tersebut, kita dapat melihat beberapa properti PWON di Jakarta, Surabaya dan Jawa Tengah.
Fyi, portfolio di Jawa Tengah (Hartono Mall, Mariott Hotel, etc) merupakan portfolio baru yang dimiliki PWON, yang baru dibeli sekitar akhir tahun lalu dengan harga yang terdiskon karena pandemi.
Dari list portfolio sebelumnya, kita dapat melihat bahwa lebih banyak portfolio yang mendatangkan pendapatan melalui pendapatan sewa tenant–tenantnya, seperti mall (Jakarta: Kota Kasablanca, Gandaria City, Surabaya: Tunjungan Plaza, Pakuwon Mall, dan lain-lain), dan hotel.
Dalam bisnis model PWON ini, yang dilakukan PWON adalah membuat superblock di dalam area tertentu, dimana para calon customer bisa mengakses semua kebutuhannya.
Bagaimana Dampak PPKM Terhadap Bisnis PWON?
Coba lihat pada gambar sebelumnya. Gambar tersebut adalah komposisi pendapatan PWON, yang not surprisingly, mengalami penurunan sejak 2Q20. Yang ingin di-highlight adalah komposisi pendapatan PWON yang >50% bersumber dari recurring income (sewa tenant).
Berdasarkan beberapa sumber berita dikatakan bahwa PWON memberikan diskon tenang sebesar 50% ketika masa pandemi, sebelum melonggarkan sedikit demi sedikit seiring dengan pembukaan perekonomian.
Hal inilah yang mempengaruhi kinerja PWON mengalami penurunan, karena pendapatan yang harusnya diterima pun dipotong setengah untuk membantu meringankan para tenant di tengah situasi sulit seperti sekarang.
Belum ada pemberitahuan jelas dari PWON tentang kebijakan yang diambil terhadap PPKM terbaru, tapi, apabila kita menggunakan worst case scenario dari kebijakan yang diambil sebelumnya, dapat kita asumsikan bahwa diskon yang diberikan adalah 50%.
Post Covid-19, Apakah PWON Bisa Recovery?
Tentu masih menjadi pertanyaan sejuta umat tentang kapan Covid-19 akan berakhir. Namun demikian, setidaknya kita bisa mengetahui bahwa by then kinerja-kinerja perusahaan harusnya sudah mulai membaik.
Dari sisi PWON sendiri, secara historis, bisnis PWON tergolong merupakan salah satu yang paling stabil dan konsisten di antara emiten properti lainnya.
Tidak heran, mengingat tingginya level okupansi dari properti-properti PWON, dengan rata-rata di atas 80-90%. Artinya, banyak tenant yang menyewa di properti-properti PWON dan menghasilkan pendapatan yang rutin setiap periode.
Selain dari sisi recurring income, PWON juga mencatatkan pemulihan yang cukup ciamik dari tren pre-sales-nya yang ketika 1Q21, bisa dibilang sudah kembali ke level pre-covid.
Strategi bisnis PWON yang mampu mengimbangi fokus di recurring income dan penjualan properti, mampu menjadikan PWON sebagai salah satu perusahaan properti paling top di Indonesia.
Tidak lupa juga bahwa PWON sedang dalam fase konstruksi Bekasi Superblok- yang merupakan superblock ke-5 milik PWON. Superblock ini diekspektasikan akan menyelesaikan fase 1 pembangunannya pada 2024/2025.
Nantinya, superblock ini akan memiliki:
- 4 kondominiun
- 2 hotel
- 1 mall retail
Perjalanan masih panjang, tetapi setidaknya progress pemulihan dari Covid-19 sudah terlihat. Bagaimana prospek PWON menurut Anda? Apakah dapat menjadi salah satu pegangan investasi Anda?
Ingin diskusi lebih mendalam mengenai fundamental emiten untuk menunjang investasi saham Anda? Bergabunglah bersama grup belajar saham Finansiaku bersama saya dan Melvin Mumpuni, CFP beserta ratusan anggota lainnya.
Editor: Eunice Caroline
dilema besar