PT Adi Sarana Armada Tbk. atau ASSA menjadi salah satu saham di sektor logistik yang naik daun terutama dalam 1-2 tahun belakangan ini. Penyebabnya, karena ada peningkatan transaksi e-commerce melalui layanan Anteraja.
Kira-kira bagaimana kinerja ASSA ke depannya? Simak pembahasan berikut ini!
Artikel ini dipersembahkan oleh
Bisnis Model PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA)
Perkembangan perilaku masyarakat semakin mengarah pada digitalisasi. Salah satunya terlihat pada proses transaksi jual beli yang banyak dilakukan melalui e-commerce.
Potensi inilah yang dilihat oleh PT Adi Sarana Armada Tbk. dengan kode saham ASSA, sebagai perusahaan publik di bidang layanan jasa penyewaan dan pengangkutan barang.
Emiten saham sektor logistik ini, memiliki 3 business pilar, diantaranya:
- Transportation – ini merupakan bisnis legacy milik ASSA yang sudah dioperasikan dari tahun 2004.
Terdapat bisnis-bisnis yang stable tapi hanya single digit growth seperti car rental dan driver services. Car sharing merupakan bisnis yang masih di develop.
- Sale of used vehicle – ASLC. Ini merupakan pilar ke-2, yakni penjualan mobil bekas. Di sini, ASSA merupakan pemegang saham terbesar dari ASLC, perusahaan yang juga baru listing.
Ada 3 bisnis yang dijalankan, yakni JBA sebagai automotive auction, Caroline sebagai O2O used car dealer, dan juga Cartalog sebagai car price engine.
- End-to-end logistics – ini merupakan pilar ke-3, dimana ASSA memiliki bisnis logistik dan juga pengantaran yang terintegrasi dengan sistem satu sama lain. Dari bisnis ASSA logistik yang B2B, sampai dengan Express Delivery melalui Anteraja.
[Baca Juga: Analisis Prospek Bisnis PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA)]
Kinerja PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA)
Secara pertumbuhan bisnis, kinerja ASSA sudah tidak perlu diragukan lagi. Korelasi dengan harga sahamnya yang sempat melonjak sangat tinggi, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Contohnya di tahun 2021, pendapatan perusahaan tumbuh signifikan dari Rp 3 triliun di 2020 ke Rp 5 triliun di 2021.
Secara QoQ, dapat terlihat bahwa di 1Q22, ASSA mencatatkan kinerja yang sangat positif dengan profitability yang lebih baik.
Net profit di level Rp 73 miliar vs Rp 62 miliar di kuartal sebelumnya, meskipun top line masih flat.
Pertumbuhan yang atraktif juga dapat dilihat dari jumlah pengiriman parsel yang dilakukan oleh Anteraja.
Angka pengirimannya pun tumbuh pesat, dari hanya 100k di akhir 2019, tumbuh 10x ke 1mn di akhir 2021.
Inilah yang menyebabkan peningkatan di kinerja ASSA di 4Q21 lalu. Selain itu, dapat dilihat juga bahwa ada sedikit penurunan parcel di 1Q22 ke level 900k.
Tapi berdasarkan analisis, hal tersebut hanya seasonality factors saja, dan seharusnya parcel delivery dapat meningkat di 2Q-4Q.
Baca Juga: Anteraja, Bisnis Logistik yang Naik Daun. Gimana Cara Joinnya?]
Data di 1Q22 menunjukkan bahwa Anteraja merupakan contributor terbesar bagi bisnis perusahaan dengan 59% contribution top line, disusul dengan car + driver rent di bisnis ASSA Rent yang telah dijalankan sejak 2003.
Sehingga, penting untuk melihat pertumbuhan e-commerce dan online shopping sebagai salah satu benchmark terpenting bagi growth ASSA.
Selain itu, menarik juga untuk melihat Autopedia (ASLC) yang memiliki potensi sebagai salah satu growth driver perusahaan melalui bisnis di mobil bekas.
Perlu diketahui bahwa hampir 100% dari market mobil bekas masih berada di market tradisional dan dealer-dealer tradisional, belum ada big players yang menguasai pasar ini.
Meskipun butuh waktu untuk menguasai marketnya, hal ini membuka peluang bagi perusahaan untuk dapat memiliki growth driver baru di segment mobil bekas.
Saat ini ASSA di transaksikan di harga Rp 1.975 per lembar saham dan divaluasikan di PER 23x, PBV 4.2x, dan PCFR -177x. Apakah Sobat Finansialku tertarik untuk berinvestasi di ASSA?
Jika Sobat Finansialku ingin menambah referensi seputar investasi saham, yuk, ketahui detail-nya melalui ebook Petunjuk Praktis Dapat Keuntungan di Saham dari Finansialku.
Klik gambar dan download gratis sekarang, ya!
Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa bagikan kepada rekan-rekan investor lainnya, ya. Terima kasih.
Editor: Ismyuli Tri Retno
Sumber Gambar: RK Team
dilema besar
