Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masuk sebagai konstituen MSCI Global Standard Index yang akan berlaku pada 26 Februari mendatang.
Ketahui selengkapnya dalam artikel Finansialku di bawah ini!
Rubrik Finansialku
Saham ANTM Masuk MSCI
Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masuk sebagai konstituen MSCI Global Standard Index yang akan berlaku pada 26 Februari mendatang.
Seiring pengumuman tersebut, saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) langsung melesat pada awal perdagangan sesi I Rabu (10/02) kemarin.
Melansir dari CNBCindonesia, saham ANTM berhasil melesat 2,93% ke level Rp 2.810/unit.
Nilai transaksi saham ANTM pun sudah mencapai Rp 573 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 206 juta lembar saham.
Tak ketinggalan momen, investor asing pun masuk melalui pasar reguler sebanyak Rp 40,3 miliar.
Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu menjelaskan secara operasional pencapaian di tahun lalu cukup memuaskan dan pada tahun ini pun diprediksi masih akan mengalami pertumbuhan.
Dessy memprediksi produksi bijih nikel atau nickel ore ANTM tahun 2020 sebesar 4 juta wm.
“Secara operasional, pencapaian di 2020 cukup di atas ekspektasi kami terlebih realisasi nickel ore yang naik seiring tingginya permintaan domestik,” jelas Dessy, sebagaimana mengutip dari kontan.co.id.
Dari sisi produksi, sepanjang 2020 ANTM mencatatkan volume feronikel sebesar 25.970 ton nikel dalam feronikel (TNi) yang merupakan produksi tertinggi sepanjang sejarah ANTM.
Produksi ini mengalami kenaikan 0,9% dari realisasi produksi di tahun 2019 yang sebesar 25.713 TNi.
[Baca Juga: Prospek Diversifikasi Bisnis PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)]
Dari sisi penjualan, ANTM menjual 26.163 TNi feronikel sepanjang tahun lalu. Penjualan ini turun 0,18% dari tahun sebelumnya yang sebesar 26.212 TNi.
Sementara itu produksi bijih nikel yang digunakan sebagai bahan baku feronikel ANTM dan pelanggan domestik tercatat sebesar 4,76 juta wmt, turun 45,2% dari tahun sebelumnya yaitu 8,69 juta wmt.
Adapun penjualan bijih nikel sepanjang 2020 tercatat sebesar 3,29 juta wmt, atau turun 56,39% secara tahunan (yoy) dari 7,55 juta wmt.
Dessy memproyeksikan ANTM tahun 2020 akan membukukan pendapatan sebesar Rp 26,1 triliun dan laba bersih sebesar RP 1,5 triliun.
Pada kuartal ketiga 2020, ANTM telah membukukan pendapatan Rp 18,04 triliun dan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 835,78 miliar.
“Prospek di 2021 kami perkirakan berpotensi tumbuh sekitar 10%-15% terutama penjualan nickel ore,” kata Dessy.
Sebagai informasi MSCI Inc. yang dulunya bernama Morgan Stanley Capital International dan MSCI Barra adalah pembuat indeks dari mulai pasar saham, pasar obligasi, pasar hedge fund, dan perangkat analisis pasar keuangan lain.
Posisi saham ANTM di indeks MSCI tersebut mendepak posisi yang sebelumnya diduduki oleh PT Ace Hardware Tbk (ACES), sehingga per 9 Februari 2021, ACES tak lagi menjadi saham yang terdaftar di MSCI Global Standard Index di Indonesia.
Di kawasan Asia, penambahan terbaru paling banyak di MSCI Global Standard Index tersebut adalah China, di mana 14 saham baru masuk ke dalam indeks tersebut dan 3 saham keluar dari indeks tersebut.
Secara lebih rinci di kawasan Asia, update terbaru dari MSCI Global Standard Index diantaranya penambahan 1 emiten di Indonesia, penambahan 1 di Taiwan, dan 14 di China.
Sedangkan yang didepak antara lain 1 di Indonesia, 1 di Taiwan, dan 3 di China.
Bagaimana menurutmu, Sobat Finansialku tentang artikel di atas? Kamu bisa berbagi komentar lewat kolom komentar di bawah ini.
Sebarkan informasi ini seluas-luasnya lewat berbagai platform yang tersedia, agar kawan atau sanak-saudaramu tahu apa yang kamu ketahui. Semoga bermanfaat, ya.
Sumber Referensi:
- Benedicta Prima. 10 Febuari 2021. Aneka Tambang (ANTM) masuk MSCI Global Standard Index, begini prospeknya. Kontan.co.id – https://bit.ly/3jKRtQ8
- Chandra Dwi. 10 Febuari 2021. Gokil! Masuk Indeks MSCI, ANTM Tancap Gas & Diborong Investor. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/3jCZTbY
Sumber Gambar:
- 01 – http://bit.ly/3tQ7oRU
- 02 – https://bit.ly/2Z467bo
dilema besar