Raup Laba Bersih Hingga 19%, Telkom Cetak Rp 24,7 Triliun pada 2021

Raup Laba Bersih Hingga 19%, Telkom Cetak Rp 24,7 Triliun pada 2021

Belum lama ini Telkom merilis Laporan Keuangan Full Year 2021.

Emiten BUMN ini sukses mencetak laba bersih ditengah era digitalisasi dan rencana pembangunan satelit HTS.

Bagaimana kinerjanya? Yuk, kita bahas!

 

Business Profile PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. atau PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) merupakan Market Leader di industri telekomunikasi.

Emiten Big Capitalization pelat merah ini bersama anak usahanya Telkomsel, memiliki jumlah pengguna terbesar diantara operator lainnya yang ada di Indonesia.

Berdasarkan data yang diambil dari Kominfo, terlihat pengguna Telkomsel mencapai 170 juta orang.

Telkom Indonesia memiliki BTS terbanyak yang diketahui mencapai 212.000 BTS dan sebagian besar sudah 4G.

Telekomunikasi Indonesia masih menjadi primadona bagi penggunanya.

Berdasarkan data portal, ada 171 juta orang dari 264 juta penduduk yang menjadi pengguna internet.

Sehingga menjadi pasar potensial untuk bisnis online, pembelajaran jarak jauh, kerja dengan remote control dan kegiatan digital lainnya yang sangat menjanjikan.

Telkomsel diketahui memiliki subscribe base yang High Value subscriber, yang lebih bersaing dari pesaingnya.

Infrastruktur yang kuat pun membuat Telkom jadi primadona di sektor ini.

 

Pesatnya transformasi digital yang terjadi di dunia saat ini, membuat kebutuhan big data semakin tinggi.

Tidak hanya korporasi swasta, instansi pemerintah pun sudah beralih ke era digitalisasi dalam operasional bisnisnya. 

Kesempatan inilah yang dilirik oleh Telkom. Perseroan tengah mendorong pengembangan lini bisnis big data demi menguasai pasar big data di tanah air. 

Selain itu, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. juga memperkuat bisnis data center dengan menjalin kerja sama strategis dengan Singtel, perusahaan telekomunikasi terkemuka di Asia.

Telkom dan Singtel menjajaki kerja sama implementasi integrasi bisnis fixed dan mobile broadband.

Integrasi bisnis ini sudah mulai dijalankan Telkom melalui sinergi layanan IndiHome dengan Telkomsel.

 

Rencana Pembangunan Satelit HTS

Guna mendukung keberlangsungan bisnis kedepannya, Telkom berencana membangun next satelit mereka.

Satelit Telkom paling baru yang berhasil mengorbit pada 15 Februari 2017 lalu adalah Telkom 3S, yakni satelit komunikasi geostasioner milik Indonesia.

Satelit geostasioner adalah satelit buatan yang ditempatkan pada posisi di atas khatulistiwa dan bergerak mengelilingi bumi dengan lintasan berbentuk lingkaran yang memiliki sumbu rotasi sama dengan bumi.

Satelit Telkom 3S ini diluncurkan di Guiana Space Center, Kourou, Guyana Prancis.

Satelit ini akan membantu meningkatkan kualitas jaringan komunikasi di Indonesia.

Mulai dari kualitas siaran televisi berkualitas tinggi, layanan komunikasi seluler, komunikasi bisnis, jaringan ATM, dan broadband internet.

Perusahaan BUMN ini rencananya bakal menggandeng Thales Alenia Space yang merupakan perusahaan satelit asal Prancis untuk membangun satelit khusus internet.

Dilansir melalui Bisnis.com, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan bahwa Telkom melalui anak perusahaannya di bidang satelit, Telkomsat dan Thales Alenia Space akan terlibat dalam pembangunan satelit milik Telkom dan Satelit Satria-1.

Jika satelit ini nantinya berhasil, Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) menilai bahwa kehadiran satelit dengan kapasitas data besar atau High Throughput Satellites (HTS) milik Telkom akan membuat akses internet di Indonesia makin luas.

HTS Telkom juga akan memangkas kesenjangan digital di seluruh pelosok Nusantara.

Keuntungan lainnya jika proyek ini berhasil, HTS Telkom akan membuat ketergantungan Indonesia terhadap HTS milik asing berkurang.

Saat ini, sekitar 70% kebutuhan HTS Indonesia masih disuntik oleh HTS milik asing.

Demi melancarkan proyek ini, VP Investor Relations Telkom Andi Setiawan menuturkan:

“…pembangunan satelit ini diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp 3,8 triliun”.

Rencananya, pendanaan akan dilakukan melalui ekuitas Telkomsat 50% dan pinjaman 50%, yang sebagian berasal dari shareholder dan sebagian lainnya dari pihak ketiga.

Harapannya, satelit HTS dapat mulai beroperasi pada 2024 mendatang.

[Baca Juga: Butuh Dana Rp 3,8 Triliun, TLKM Akan Bangun Satelit HTS]

 

Kinerja Keuangan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

Berdasarkan data terbaru rilis laporan keuangan 2021, kinerja keuangan Telkom  menunjukkan nilai yang baik atas revenue dan net profitnya terus bertumbuh sejak 2011.

Revenue Telkom Indonesia. Sumber: RK Team

 

Pendapatan tahun 2021 sebesar Rp 143,21 triliun yang meningkat dibanding tahun 2020 sebesar Rp 136,4 triliun atau meningkat +5,14%

Jika dibuat lebih detail mengenai sumber pendapatan Telkom, terdiri dari pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informatika yang meningkat hingga Rp 82,2 triliun atau 9,3%.

Lalu, pendapatan kedua datang dari layanan IndiHome sebesar Rp 26,32 triliun atau 23,8%.

Pendapatan telepon pada 2021 mengalami penurunan 23,8% jika dibandingkan periode sebelumnya

Laba bersih TLKM naik sebesar Rp 24,76 triliun sepanjang tahun lalu, meningkat +19% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 20,8 triliun 

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Selasa (19/4/2022), laba bersih per saham ikut terkerek menjadi Rp 249,94 pada 2021, dibandingkan dengan Rp 210,01 pada 2020. 

NPM Telkom Indonesia. Sumber: RK Team

 

Jika selama pandemi beberapa bisnis mengalami hambatan, Telkom justru memandang pandemi sebagai peluang untuk mempercepat akselerasi digital.

Melalui layanan dan solusi di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

Kebutuhan masyarakat akan akses internet dan layanan IndiHome semakin tinggi permintaannya.

Terlebih saat Work from Home membutuhkan meeting secara daring, sekolah daring, dan ini yang meningkatkan permintaan di berbagai daerah.

Dari sisi ekuitas, perusahaan juga bertumbuh selama 10 tahun ini. Selain itu Telkom juga berhasil mencetak laba bersih.

Ekuitas Telkom Indonesia. Sumber: RK team

 

Telkom merupakan salah satu perusahaan yang terdaftar dalam index LQ45 dan Index IDX High Dividen 20.

Dengan rasio pembagian dividen yang lumayan besar, diketahui ROE (Return on Equity) Telkom mengalami pertumbuhan selama 3 tahun terakhir ini.

Pada 2021 lalu, Telkom membagikan dividen senilai 168/lembar saham, 4.290 saat tulisan ini dibuat, dan dividen yield telkom berada pada 3,91%.

ROE Telkom Indonesia. Sumber: RK team

 

Dari sisi kesehatan keuangan, utang Telkom memang mengalami peningkatan selama 10 tahun ini.

Liabilitas jangka pendek emiten juga lebih tinggi daripada aset lancarnya.

Sekilas memang rasio solvabilitas emiten tidak terlihat baik. Namun ternyata, utang yang dimiliki oleh perusahaan merupakan utang usaha untuk operasional perusahaan.

Liabilitas Telkom Indonesia. Sumber: RK Team

 

Telkom mencatatkan total beban sebesar Rp 95,6 triliun, naik 2,8%.

Beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi mencapai Rp 38,13 triliun pada 2021, naik 10,2% dari Rp 34,59 triliun pada 2020.

Melihat kinerja keuangannya, bagaimana pendapat Anda tentang TLKM ini?

Untuk menambah referensi seputar investasi saham, yuk perbanyak literasi lewat ebook gratis Petunjuk Praktis Dapat Keuntungan Di Saham.

Klik gambar di bawah ini untuk dapatkan ebook-nya, sekarang!

 

Valuasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

Pergerakan saham TLKM sejak 2021 bergerak menguat, jika dilihat YTD TLKM menguat +16,3%, selama 1 pekan +2,4%.

Hingga pembukaan market sesi I pada 19 April 2022, saham ini berada di harga 4,710/lembar. 

Pergerakan Harga Saham TLKM (3M). Sumber: Investing.com

 

Titik support 4600-4650, dan saat ini harga Telkom sudah menyentuh All time high-nya.

Kemungkinan untuk berlanjut penguatan masih ada jika laporan keuangan, pembagian dividen dan proyek Telkom masih menarik di market.

Jika melihat valuasi dan harga wajar Telkom, kita bisa membandingkannya dengan perusahaan lini bisnis yang sama seperti Indosat dan XL Axiata.

PER Telkom saat ini sebesar 18,85x dan PBV 3,21x, dari sisi PER Telkom tergolong lebih murah daripada emiten pesaingnya yakni XL Axiata dengan PER 23,93x.

Namun jika dinilai dari sisi PBV XL Axiata lebih murah dengan PBV 1,54x.

Jika dilihat dari PBV rata-rata saham Telkom selama 10 tahun, PBV 10 tahun sebesar 3,95.

Sedangkan saat ini Telkom diperdagangkan pada 4,590, Telkom sedang berada pada harga wajarnya.

PBV Standard Deviation Band TLKM. Sumber: Stockbit

 

Kesimpulan

Pergerakan saham bluechip ini memang tidak terlalu volatile jika dibandingkan saham second liner yang cenderung lebih fluktuatif.

Dengan kekuatan fundamental dan prospek industri telekomunikasi di tengah era digital dan bisnis Data Center, Telkom masih menarik untuk dikoleksi.

Namun untuk investor yang ingin trading scalping butuh dana besar, karena Telkom sudah cukup mahal saat ini.

Agar lebih yakin saat mengambil keputusan berinvestasi, yuk, perdalam wawasan tentang investasi saham melalui audiobook investasi saham dari Finansialku 😉

banner_jangan_asal,_ketahui_ini_dulu_sebelum_investasi_saham

Disclaimer-on : Tulisan ini untuk EDUKASI, bukan SARAN INVESTASI. Penulis tidak memegang saham terkait. Penullis tidak terafliasi dengan perusahaan yang disebutkan atau anak usaha. Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buys/sell ataupun rekomendasi untuk saham tertentu.

Artikel menunjukkan fakta dan analisa dari penulis. Berdasarkan laporan keuangan dan diambil dari sumber dianggap terpercaya. Data dapat berubah tergantung kondisi. Seluruh tulisan dan tanggapan adalah opini pribadi.

 

Bagaimana pendapat Anda mengenai saham TLKM?

Yuk, tulis pendapat di kolom komentar dan bagikan artikel ini pada rekan lainnya. Terima kasih.

Editor: Ismyuli Tri Retno

Sumber: Kontan.co.id, Market.bisnis.com, CNN Indonesia, RTI, Stockbit, IDX.co.id

dilema besar