Prospek DMAS di Tengah Sektor Industri, Worth to Buy?

Prospek DMAS di Tengah Sektor Industri, Worth to Buy?

Serangan Covid-19 membuat kondisi berbagai sektor terpukul, bahkan ada yang terpuruk. Salah satunya sektor industri.

Bentuk bisnis model yang seharusnya membuat recurring income dan ecosystem sektor tertentu, jadi melambat karena pandemi.

Tapi, di tengah kondisi tersebut, DMAS justru berhasil mencatatkan penjualan lahan industri sebanyak 62,5 hektar (ha).

Bagaimana prospeknya? Yuk, kita bahas selengkapnya!

 

Artikel ini dipersembahkan oleh

Logo Rivan Kurniawan

 

Profil DMAS

PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) adalah hasil kolaborasi JV antara Sinarmas dengan Sojitz.

 

Dalam hal ini, Sinarmas sebagai pengendali perusahaan memiliki 57.28%. Sementara Sojitz memiliki 25%, dan sisanya sebesar 17,72% masuk dalam kategori free float atau dikuasai oleh masyarakat.

 

DMAS memiliki dua anak perusahaan, yaitu:

  1. PT Pembangunan Deltamas, yang mana 99,9% sahamnya dikuasai oleh DMAS.
  1. PT Panahome Deltamas Indonesia, yang merupakan perusahaan ventura bersama dengan Panasonic Group.

[Baca Juga: Kontrak Baru Rp 4,07 triliun, Momen Sunrise WIKA?]

 

Inventori yang Dimiliki DMAS

Salah satu faktor yang menentukan kualitas dalam konsep penjualan lahan kawasan industri adalah lokasi dan luas lahan dari kawasan yang bersangkutan.

 

#1 Lokasi

Lokasi DMAS yakni Kota Deltamas terletak di Cikarang, tepatnya di koridor jalan tol Jakarta-Cikampek.

Sebagai konteks, jalan tol Jakarta-Cikampek ini menghubungkan Jakarta secara langsung ke Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Bahkan termasuk ke dalam bagian penting dari rencana pembangunan jalan tol Trans Jawa.

Jalan tol ini juga terhubung langsung dengan bandara dan pelabuhan international di Jabodetabek.

Sehingga lokasi Kota Deltamas bisa dikatakan cukup terintegrasi dengan moda akses transportasi sekitarnya.

 

#2 Luas Lahan

Kota Deltamas memiliki cadangan lahan yang sangat lebar.

Sampai dengan 6M21 kemarin, total cadangan DMAS mencapai 1,198 ha yang terbagi ke sektor industri (632 ha), komersial (403 ha), dan juga hunian (162 ha).

 

Masterplan Kota Deltamas ini ditargetkan akan menjadi kawasan industri terbesar di sepanjang jalan tol Jakarta-Cikampek dengan nama Greenland International Industrial Center (GIIC).

Sejauh ini, GIIC telah mendatangkan lebih dari 150 tenant dari berbagai negara untuk mendirikan pabrik atau kantor, dengan sistem manajemen terintegrasi di kawasan GIIC tersebut.

 

GIIC juga diberikan fasilitas KLIK (Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi) oleh pemerintah, dengan harapan dapat meminimalisasi keperluan birokrasi yang harus dilalui untuk berinvestasi di dalam GIIC.

Beberapa industri dan tenant yang telah masuk ke dalam GIIC antara lain, sektor otomotif (ie. Suzuki, Mitsubushi, Wuling, Bosch, etc), logistik, pangan, dan sektor-sektor lainnya.

[Baca Juga: PGAS Catat Laba Bersih US$ 303,82 Juta di 2021, Prospek Masih Cerah?]

 

Marketing Sales di FY2021

DMAS membukukan Rp 1,76 triliun marketing sales pada tahun 2021, yang diperoleh dari penjualan lahan industri mencapai 62,5 ha.

Jika dikalkulasi secara sederhana, dari penjualan tersebut maka bisa diasumsikan harga 1 m2 tanah di DMAS adalah sebesar Rp 2,8 juta per m2.

 

Berdasarkan data tersebut, apabila menghitung reserves tanah yang dimiliki DMAS pada tahun 2021 dengan mengurangi penjualan tahun 2021 sebesar 1.135 ha.

Dengan menggunakan asumsi harga tanah di atas, maka value dari total lahan DMAS adalah sekitar Rp 32 triliun.

 

Melihat data dan considering market cap DMAS sekarang berada di bawah Rp 10 triliun. Apakah DMAS termasuk saham yang menarik untuk dikoleksi?

Yuk, share pendapat Anda di kolom komentar!

Supaya lebih tepat dalam mengambil keputusan saat berinvestasi saham, Anda bisa menambah literasi lewat ebook Petunjuk Praktis Dapat Keuntungan di Saham dari Finansialku.

Klik gambar dan download gratis sekarang, ya!

 

Jangan lupa bagikan juga artikel ini pada sesama investor di sekitar Anda, ya!

 

Editor: Ismyuli Tri Retno

Sumber Gambar:

dilema besar