Profit Bank Mega Melesat hingga lebih dari 50 persen? Ada apa dengan emiten ini? Mari kita bedah di artikel Finansialku berikut!
Rubrik Finansialku
PT Bank Mega Tbk. (MEGA)
Perlambatan ekonomi global yang terjadi pada tahun 2019 semakin kuat terjadi akibat Pandemi virus Covid19 pada tahun 2020.
Konsumsi masyarakat akan beberapa barang dan jasa menjadi tertahan dan menurun. Konsumsi yang menurun menjadi salah satu penyebab inflasi Indonesia rendah pada 2020.
Kinerja perbankan menjadi salah sektor yang disorot selama pandemi. Pada 2020 sektor keuangan dan perbankan mengalami penurunan pertumbuhan Riil hingga minus 10,3%.
Penurunan inilah yang menjadi salah satu alasan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di -2,2 persen YoY (Kuartal 4 2020, data dirilis pada 5 Februari 2021).
Dengan pemberlakuan aturan social distancing yang masih berlanjut hingga 2021, membuat semua sektor harus selalu berinovasi agar tetap perform. Perbankan yang memiliki bisnis kredit akan terhambat jika keadaan konsumsi masyarakat masih tertahan.
Konsumsi masyarakat yang terhambat menyebabkan para debitur tidak mampu membayar. Dari sisi Bank buku 4 saja, NPL Bank mengalami kenaikan karena faktor kredit macet.
[Baca Juga: Ketahui Hal-hal Ini Saat Mengukur Kinerja Sebuah Emiten]
Bank Indonesia memangkas suku bunga sebesar 125bps menjadi 3,75% sepanjang 2020. Penurunan suku bunga terakhir yakni pada November 2020.
Penurunan suku bunga ini dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi dan memanfaatkan momentum penguatan Rupiah terhadap Dolar AS dan rendahnya inflasi.
Walau di tengah kondisi sulit karena pemberlakuan PSBB dan WFH yang berdampak pada perekonomian masyarakat. Perbankan memberikan keringanan guna menurunkan suku bunga.
Keringanan yang diberikan perbankan dalam bentuk Kebijakan perpanjangan waktu hingga pengurangan tunggakan bunga. Keringanan tersebut dengan syarat dan pengajuan permohonan dari debitur atas keringanan cicilan pada pihak kreditur.
Sebagai salah satu bank swasta nasional yang masuk ke dalam Bank Buku 3, Bank Mega menjadi salah satu bank dengan permodalan yang terkuat di perbankan Indonesia.
Bank Mega menunjukkan kecukupan modal. Dalam RUPS nanti mereka akan mengusulkan pembagian deviden yang signifikan.
Seperti apa sih kinerja keuangan perusahaan ini selama 2020? Mari kita akan bedah laporan keuangannya.
Kinerja Keuangan PT Bank Mega (MEGA)
Kita akan cek bagaimana Posisi Aset Bank MEGA, dari Annual Report MEGA memiliki Total Aset yang meningkat Rp 101 triliun menjadi Rp 112 triliun, tumbuh 11% YoY. Dari sisi Kas mengalami penurunan menjadi Rp 969 miliar.
Total Kredit Pihak ketiga Bank Mega mengalami penurunan dari Rp 51 T menjadi Rp 48 T (Q4 2020), karena selama pandemi Bank harus berhati-hati dan selektif dalam penyaluran kredit.
Bank Mega membukukan pertumbuhan pendapatan bunga Rp 3,9 triliun naik 9,2% dari periode yang sama tahun 2019. Dari pos pendapatan operasional lainnya juga tumbuh 26% menjadi Rp 2,9 T.
Bank Mega membukukan Pertumbuhan hingga 50% pada Profit After Tax dari Rp 2 T menjadi Rp 3 T.
Untuk lebih detail, kita bisa melihat Rasio Keuangan dari Laporan Iklan yang menjadi format khusus untuk analisa kinerja sebuah Perbankan. Ada 8 komponen yang akan dibedah:
- KPMM atau CAR (Capital Adequacy Ratio) dan CKPN
- NPL Gross dan NPL Nett
- Loan to Deposit Ratio (LDR)
- Net Interest Margin (NIM)
- BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
- Return on Equity (ROE)
- Price book value (PBV)
- Dividen
- Good Corporate Governance (GCG)
#1 KPPM / CAR & CKPN
Dari sisi KPMM atau CAR (Capital Adequacy Ratio) yang berada pada 26,01% naik dari tahun 2019. KPPM MEGA menandakan mereka dalam keadaan aman, nilai yang semakin besar untuk CAR maka akan baik, namun semakin besar bukan berarti menjadi faktor utama sebuah Bank berkinerja baik.
Kita bisa lihat Rasio lainnya yakni CKPN (cadangan kerugian untuk antisipasi kerugian pada Aset Produktif) yang berada pada 0,53% naik dari 0,38% selama pandemi.
Saat ini memang tidak ada batas minimal dan maksimal nya dari OJK namun, semakin besar maka artinya membebankan perbankan.
#2 NPL Gross dan NPL Nett
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15 /Pojk.03/2017 Tentang Penetapan Status Dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) maksimal sebesar 5% Dari sisi NPL Gross nya Bank Mega 1,40% yang naik dari tahun 2019, ini mengindikasi selama pandemi di 2020 kredit bermasalah MEGA cukup tertekan dan ini cukup wajar di masa pandemi.
NPL Nett Bank Mega sebesar 1,03% turun dari tahun 2019 yang mengindikasi masih dalam keadaan aman.
Kenaikan pada NPL tidaklah baik bagi perbankan, semakin besar semakin berisiko karena semakin banyak yang gagal bayar dan menurunkan profit perbankan.
#3 LDR
Dari sisi LDR Bank Mega sebesar 64,03%, turun dari tahun 2019. LDR yang semakin kecil maka semakin bagus serta memiliki potensi untuk tumbuh,
LDR yang terlalu kecil bisa saja Bank tidak efisien karena produk kredit tidak menarik, namun sebaliknya semakin besar bisa saja bank sedang ekspansi menyalurkan kredit nya.
#4 NIM
Untuk Net Interest Margin Bank Mega pada Q3 2020 turun menjadi 4,57%, turun dari 2019. Semakin besar akan semakin baik karena profitable. Ini mengindikasi MEGA tidak cukup baik dari tahun sebelumnya dari sisi NIM.
#5 BOPO
Biaya operasional dan administrasi Bank Mega naik selama Q3 2020, jika melihat BOPO yang turun menjadi 70,98% per Q3 2020 maka ini menandakan beban MEGA turun tipis selama 2020. Semakin kecil BOPO maka perbankan memiliki beban yang cenderung lebih kecil dan lebih efisien.
#6 Return on Equity
Sebagai investor kita bisa mengetahui setiap lembar saham yang dimiliki, ini bisa menghasilkan labar bersih berapa sih. Itulah yang namanya Return on Equity.
Semakin besar ROE, maka semakin baik hasilnya. Perusahaan yang memiliki ROE lebih besar atau sama dengan 15% termasuk perusahaan yang sehat. Bagaimana dengan Perbankan selama pandemi?
ROE MEGA di Q3 2020 ada di 15,67%, meningkat dari tahun sebelumnya.
#7 PBV
Saat ini saham masih dihargai overvalued dengan valuasi Price Book Value (PBV)-nya yang ada di 4,50x. Price to Earning Ratio MEGA ada di 27,24x.
#8 Dividen
Salah satu ciri khas perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang bisa membagikan dividen (bagi hasil). Perusahaan yang sehat bisa memberikan dividendnya mencapai 20% – 40% dari laba bersihnya.
MEGA juga dikenal sebagai emiten yang rutin bagikan Dividen selama 5 tahun terakhir, ditengah pandemi pun MEGA membagikan dividen hingga yield 2,75%, Dividen per saham yang dibagi ini setara dengan 49,93% dari laba bersih per saham dasar/dilusian
Analisis Teknikal PT Bank Mega (MEGA)
Pada Senin, 22 Februari 2021 tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dihadapkan pada kecenderungan penguatan dan melanjutkan tren bullish pada sesi perdagangan awal minggu ini.
Bank Mega pada perdagangan sesi I hari ini ditutup koreksi 4,07% ke level 10600 pada.
Jika melihat histori pergerakan saham MEGA selama ytd menguat 64,9%, selama 3 bulan terakhir bullish 66,1%. Selama seminggu ini harga MEGA menngalami penguatan 28,4%.
Dari signal MACD yang berada di atas garis nol dengan sinyal buy yang kuat di perdagangan minggu ini, ada kemungkinan keberlanjutan tren bullish seiring respon positif dari hasil Annual Report 2020, dalam short-term koreksi bisa terjadi seiring dengan sentimen vaksin yang akan membuat pasar saham pada 2021 diperkirakan bergerak ke tahapan skeptisisme.
Indikator Stochastic menggunakan kerangka waktu daily terlihat sinyal overbought, MEGA saat ini berada diatas Moving Average. Untuk indikator EMA (20), EMA (50) dan EMA (100) membentuk pola bullish selama 4 bulan terakhir.
MEGA mengalami bullish sejak April 2020, yang membuka peluang kenaikan harga saham hingga harga tertingginya 14000.
MEGA saat ini menguji area resistance di 13000, prediksi IHSG yang cenderung akan bergerak terbatas di level 6000 dalam short-term, potensi MEGA ke level 13500 masih terbuka, Jika berbalik arah maka ada kesempatan untuk stoploss di 9300.
Outlook PT Bank Mega (MEGA)
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu tantangan terberat yang dihadapi setiap elemen masyarakat. Bank Mega membuktikan mampu memberikan kinerja positif diakhir 2020 khususnya untuk mendorong perekonomian.
IMF yang memprediksi ekonomi global akan tumbuh 5%. Peluang hingga semester II 2021 akan pemulihan ekonomi di Indonesia menjadi harapan.
Ekspansi Bank Mega dai tahun 2021 diprediksi akan rebound seiring dengan pemulihan perekonomian. Dilansir dari CNBC Indonesia, Bank Mega menyatakan akan memberikan kredit kepada perusahaan-perusahaan yang bisa bertahan selama Pandemi, fokus pada Likuiditas dengan Cost of Fund yang lebih murah.
Pada tahun 2021 Bank Mega memfokuskan kredit pada korporasi, khususnya di Infrastruktur baik pemerintah, swasta dan koperasi. Sektor Multifinance dan konglomerasi akan menjadi fokus karena ketahanan terhadap resesi untuk segmen tersebut menjadi daya tarik.
Ritel dan komersial akan tetap dilakukan dengan persyaratan yang lebih selektif.
Bank Mega juga menyatakan akan memanfaatkan potensi yang ada selama masa pemulihan. Mega Corpora juga melakukan Aksi Korporasi bertujuan melengkapi ekosistem perbankan, untuk melayani segmen customer yang beragam.
Bank Mega Konvensional, Bank Mega Syariah, Bank Daerah dan Bank Digital akan saling bekerja sama meningkatkan bisnis.
Ekspansi Bank Digital MEGA kedepannya akan mengembangkan Bank digital baru yang berdiri sendiri dan transformasi digital di dalam Bank Mega.
Kesimpulan
Pandemi Covid-19 dan pembatasan mobilitas menyebabkan kontraksi ekonomi di hampir semua sektor, sehingga permintaan kredit sangat lemah. Dari sisi fundamental Bank MEGA tergolong cukup baik selama pandemi.
MEGA juga sedang menggenjot pertumbuhan kredit mereka dan menargetkan naik kelas ke kelompok BUKU 4 pada 2025 dengan cara organik.
Sejauh ini pertumbuhan laba perseroan pada 2020 termasuk dalam peringkat keempat terbesar dari antara bank umum nasional yang telah merilis data kinerja selama 2020.
Salah satu keunggulan bersaing yang dimiliki Bank Mega dalam hal layanan digital banking adalah sinergi dengan grup CT Corpora dalam bentuk pengembangan Lifestyle Banking Ecosystem, Digital Payment Ecosystem dan Digital Commerce Ecosystem.
Proyeksi tahun ini ekonomi yang akan tumbuh namun juga cukup terbatas, dengan koreksi IHSG dan beberapa saham bisa terjadi, secara long-term masih ada peluang untuk bertumbuh.
Kualitas kinerja perseroan yang semakin baik karena MEGA selalu berkespansi dan bekerja sama dengan berbagai pihak yang menjanjikan di era digital ini,
Tercapainya target perusahaan menjadi suatu alasan bagi pihak investor untuk melakukan investasi karena semakin tinggi laba perusahaan, maka semakin tinggi tingkat pengembalian.
Disclaimer: Tulisan ini untuk EDUKASI, bukan SARAN INVESTASI. Penulis tidak memegang saham MEGA. Penulis tidak terafiliasi dengan perusahaan yang disebutkan atau anak usaha. Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buy/sell atau pun rekomendasi untuk saham tertentu. Artikel menunjukkan fakta dan analisa dari penulis berdasarkan laporan keuangan dan diambil dari sumber dianggap terpercaya. Data dapat berubah tergantung kondisi. Seluruh tulisan dan tanggapan adalah opini pribadi.
Itulah analisis saham MEGA dan prospeknya ke depan yang bisa membantu pertimbangan investasi Anda. Punya pertanyaan? Anda bisa tanyakan dalam kolom komentar.
Anda juga bisa bergabung dalam grup komunitas belajar saham Finansialku untuk info terbaru dan diskusi mengenai saham dengan praktisi dan pakarnya.
Sumber Referensi:
- Aplikasi IPOTGO
- Annual Report 2020, PT Bank Mega Tbk. (www.idx.co.id)
- Badan Pusat Statistik (bps.go.id)
- Bisnis.com
- Public Expose Bank Mega 2021 Di CNBC Indonesia (Rabu, 17/02/2021)
Sumber Gambar:
- Aplikasi ChartNexus
- Consolidated Financial Statements MEGA, Dec 2020
- https://bit.ly/3qLWKcE, https://bit.ly/2NL93Ym
dilema besar