Bukan hanya ibu lho yang berperan dalam mengelola keuangan rumah tangga. Peran ayah juga sangat penting dalam mengatur keuangan keluarga.
Rubrik Finansialku
Peran Ayah Dalam Mengatur Keuangan Keluarga
Tidak mudah memulai sebuah bahtera rumah tangga, apalagi menjalani tanggung jawab sebagai seorang ayah.
Namun, peran sebagai seorang ayah ini merupakan sebuah privilege dari Sang Pencipta untuk bisa memimpin sebuah keluarga yang amanah.
Oleh sebab itu, apa yang harus dilakukan atau dipersiapkan oleh seorang ayah, sang pemimpin keluarga dalam mengatur rumah tangga, dalam hal ini kaitannya dengan mengatur keuangan?
Komunikasi Adalah Landasan Utama
Dalam 3 tahun terakhir ini, saya sudah memulai perjalanan saya sebagai seorang ayah. Hal pertama yang penting untuk dilakukan menurut saya dalam memimpin sebuah keluarga adalah membangun komunikasi dengan pasangan yaitu istri.
Komunikasi adalah landasan utama yang sangat penting sekali, apalagi dalam sebuah keluarga. Tanpa komunikasi yang baik dengan pasangan, semua rencana dalam keluarga akan sia-sia atau percuma.
Seorang ayah dan juga seorang suami memiliki peran penting dalam menjembatani komunikasi antar anggota keluarga, termasuk ke mana arah dan pengaturan tujuan keuangan dari keluarga, pengambilan keputusan yang tepat dan berbagai aspek kompleks.
Menjalani peran sebagai seorang ayah itu sangat menantang. Mengapa?
Karena meskipun kita sudah menjalani masa pacaran dengan istri atau pasangan cukup lama, namun dalam bahtera rumah tangga, apalagi dalam hal komunikasi soal pengaturan keuangan, hal ini akan ada dinamika tersendiri.
Jadi, komunikasi bisa sangat menantang dan perlu terus diusahakan agar memiliki komunikasi yang lancar dalam menyusun strategi, rencana dan keputusan bersama yang terbaik untuk keluarga (bahkan untuk anak-anak).
Pertanyaannya, kenapa komunikasi menjadi elemen pertama yang perlu diusahakan terus-menerus dalam sebuah keluarga?
[Baca Juga: 5 Tips Mengatur dan Merencanakan Keuangan Ala Ayah]
Karena meskipun proses mengenal di masa pra-pernikahan atau masa pacaran cukup lama, namun 2 pribadi yang bersatu dalam sebuah rumah tangga pasti memiliki perbedaan mindset.
Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang keluarga dari masing-masing pasangan, pengalaman pribadi, serta pembentukan sifat yang didapatkan dari lingkungan.
Misalnya, seorang ayah atau suami adalah seorang yang boros, sedangkan sang istri adalah orang yang sangat hemat dan cermat dalam penggunaan uang.
Dalam real life, keadaan tersebut bisa saja terjadi atau bahkan sebaliknya, sang suami yang lebih hemat dari sang istri.
Oleh sebab itu, sangat penting sekali untuk membangun komunikasi sejak dini dalam sebuah keluarga.
Pertama-tama, komunikasi. Sangat penting untuk menyamakan persepsi atau mindset, bagaimana pandangan terhadap pengaturan keuangan dan tujuan-tujuan keuangan keluarga di masa depan.
Tugas untuk menyamakan persepsi tersebut adalah tugas dari seorang ayah, kepala keluarga untuk mengarahkan pasangan.
Contohnya, ketika akan membeli sebuah barang tertentu, kita perlu mengindentifikasi apakah barang tersebut termasuk keinginan atau kebutuhan yang harus dipenuhi.
Jika barang tersebut adalah sebuah keinginan, mungkin barang tersebut tidak akan sering digunakan. Sebaliknya jika memang barang tersebut merupakan kebutuhan, maka barang tersebut akan sering digunakan, bahkan mungkin bisa menghasilkan uang atau istilahnya adalah barang produktif.
Selanjutnya, pertimbangan untuk perbedaan harga dan fitur dari produk yang akan dibeli.
Tentunya dalam mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk dengan ebrbagai pertimbangan itu akan ada banyak perbedaan persepsi. Di sinilah peran seorang ayah yang perlu memberikan gambaran dan menjembatani setiap perbedaan tersebut.
Itulah sebabnya, komunikasi harus jadi landasan utama dalam pengambilan keputusan terutama dalam mengatur keuangan.
Download Sekarang! Ebook PERENCANAAN KEUANGAN Untuk USIA 30-an, GRATIS!
Tips Berhemat Versi Ayah
Seorang ayah tentu harus bertanggung jawab penuh atas setiap pemenuhan kebutuhan yang diperlukan dalam keluarga. Karena penghasilan seorang ayah mungkin bukanlah penghasilan yang “tidak terbatas”, maka seorang ayah perlu bijak dalam berhemat.
Berhemat itu bukan berarti pelit! Lantas, bagaimana seorang ayah menjalankan perannya dalam keluarga untuk mengatur keuangan yang lebih hemat?
#1 Kebutuhan VS Keinginan
Penting untuk ditanamkan dalam mindset seorang ayah bahwa berhemat adalah mengeluarkan uang untuk membeli barang yang tepat sasaran, tepat guna serta benar-benar dibutuhkan.
Oleh itu, ketika akan membeli sebuah barang, cek terlebih dahulu apakah barang tersebut adalah benar-benar kebutuhan atau hanya sekadar keinginan semata.
Contohnya:
Sebuah keluarga memutuskan untuk membeli sebuah oven.
Apabila oven tersebut digunakan hampir setiap hari untuk keperluan dapur, apalagi jika digunakan untuk membuat kue yang tidak hanya memenuhi kebutuhan makan keluarga, tetapi hasil pembuatan kue menghasilkan keuntungan penjualan, maka oven tersebut adalah sebuah kebutuhan, bahkan menjadi barang produktif.
Tapi sebaliknya jika oven tersebut jarang digunakan, hanya disimpan di atas lemari dan bahkan tidak menghasilkan, maka oven tersebut bisa dikatakan sebagai sebuah keinginan dan barang konsumtif.
Pembelian oven tersebut kurang tepat sasaran dan tepat guna. Intinya, ketika memiliki aset, jangan biarkan aset tersebut menganggur atau tidak digunakan.
Maka sebelum membeli sebuah barang, cek terlebih dahulu apakah barang tersebut adalah kebutuhan adalah keinginan belaka.
#2 Miliki Tujuan Keuangan
Tahukah Anda bahwa memiliki tujuan keuangan dapat membuat kita semakin berhemat. Sebuah keluarga harus memiliki tujuan-tujuan keuangan.
Ada banyak hal yang bisa dipaparkan dan di break down dari berbagai tujuan keuangan keluarga.
Seorang ayah dalam hal ini memegang peranan penting dalam menetapkan berbagai tujuan keuangan yang akan menjadi goal dan diwujudkan.
Beberapa contoh tujuan keuangan dalam keluarga diantaranya seperti, memenuhi dana darurat, pemenuhian dana pendidikan anak, investasi persiapan hari tua dan lain sebagainya.
Ketika kita memiliki tujuan keuangan, kita akan fokus kepada keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut dan tidak tergoda untuk membeli berbagai barang yang ada di mall yang ternyata hanya sebuah godaan keinginan semata.
Misalnya, ketika akan membeli oven untuk kebutuhan dapur dan juga untuk berjualan kue, maka saat di mall kita hanya akan fokus mencari oven yang telah direnanakan sebelumnya dan bukan mencari-cari barang lainnya.
Mengapa? Karena kita menyadari bahwa ada berbagai tujuan keuangan lain yang harus dipenuhi.
Jadi, seorang ayah harus menjalankan perannya untuk mengingatkan keluarga akan tujuan keuangan bersama ketika menghadapi berbagai cobaan saat datang ke mall dan banyak tawaran diskon serta potongan harga.
#3 Kendalikan Hasrat Membeli yang Kompulsif
Saat melihat berbagai tawaran di berbagai platform seperti di e-commerce, mungkin kita ada kalanya merasa ingin membeli sebuah barang, apalagi ada diskon besar-besaran.
Untuk mengendalikan hasrat membeli ini, apalagi jika kita tidak yakin betul apakah barang tersebut benar-benar kebutuhan atau keinginan, kita bisa menunda untuk membeli barang tersebut selama 3 hingga 4 hari untuk memberi waktu kepada kita menarik kesimpulan.
Jika dalam durasi waktu tersebut kita masih berpikir untuk membelinya atas dasar kebutuhan, kita bisa memutuskan untuk membelinya.
Namun sebaliknya, jika keinginan tersebut sudah sirna dalam pikiran kita atau telah tergantikan dengan yang lain, bisa jadi ini adalah sebuah keinginan atau hasrat membeli yang impulsif oleh karena godaan diskon semata.
[Baca Juga: 3 Investasi Wajib Seorang Ayah Demi Masa Depan Keluarga]
Tips Tambah Penghasilan Ayah Tanpa Menyita Waktu
Untuk mencapai tujuan keuangan keluarga dan memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, terkadang penghasilan saat ini tidak mencukupi, padahal sudah cukup berhemat.
Oleh sebab itu para ayah perlu memikirkan untuk menambah penghasilan.
Tapi menambah penghasilan bisa jadi membuat waktu pribadi dengan keluarga bisa berkurang.
Ada banyak cara untuk menambah penghasilan hanya dari rumah saja dengan jaringan internet yang terhubung pada gadget kita.
Beberapa diantaranya seperti menjadi seorang penerjemah, content creator, admin sosial media, jasa konsultasi, reseller produk di market place, trader saham, marketing berbagai produk, dan sebagainya.
Berbagai pekerjaan di atas bisa jadi pekerjaan sampingan yang dilakukan di sela-sela jam kerja atau saat waktu santai.
Bahkan, bisa jadi pekerjaan tersebut jika difokuskan bisa menjadi pekerjaan utama.
Jadi, banyak sekali pekerjaan sampingan atau tambahan yang bisa jadi opsi untuk pekerjaan yang tidak menyita waktu dan tidak mengurangi waktu dengan keluarga.
Mau tahu cara-cara memiliki pekerjaan tambahan yang sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan kita?
Ikuti aja Online Course Finansialku tentang “Income Breakthrough” yang bisa kalian akses di course.finansialku.com.
Rencana Keuangan Versi Kepala Keluarga
Ingat kembali elemen penting tahap pertama sebelum memulai membuat rencana keuangan keluarga yaitu, komunikasi yang efektif dengan pasangan.
Selanjutnya, sebuah keluarga bisa memulai sebuah rencana keuangan melalui brain strorming atau berdiskusi dengan pasangan mengenai piramida keuangan, seperti cash flow, cicilan utang, dana darurat, proteksi keluarga.
Setiap bulannya kepala keluarga bersama dengan istri harus berdiskusi untuk mengatur kebutuhan keluarga.
Tentunya kebutuhan setiap bulan akan berbeda dari bulan sebelumnya sesuai dengan pemakaian.
Tujuan keuangan ini bisa dibagi ke dalam 3 term yaitu jangka pendek, menengah atau panjang.
Namun dalam praktiknya, tujuan keuangan bisa saja ter-pending karena ada kebutuhan yang bersifat darurat dan harus menggunakan tabungan lainnya. Bahkan, bisa jadi ada kalanya tidak dapat menabung. Hal ini bisa dikatakan lumrah dalam sebuah keluarga.
Saya menyarankan untuk tidak mengorbankan alokai dana yang sifatnya krusial seperi dana pendidikan anak misalnya. Sebisa mungkin jangan menggunakan daa tersebut untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan akan dana darurat.
Dalam menentukan arah tujuan keuangan dan keputusan mengelola keuangan keluarga, seorang ayah perlu mengkomunikasikan dengan pasanan mengenai hal ini.
Untuk mengingatkan kita sebagai kepala keluarga akan tujuan keuangan keluarga, kita pelru menaruh tujuan keuangan kita di tempa-tempat yang mudah diakses dan gampang terlihat.
Misalnya, di meja kerja, ditempel di depan lemari es dan sebagainya.
Langkah ini bisa semakin memotivasi kita untuk mengejar atua mencapai tujuan keuangan keluarga.
Selanjutnya, jangan lupa untuk membuat evaluasi atas tujuan keuangan keluarga yang kembali lagi harus didiskusikan dengan pasangan.
Anda dapat membagikan setiap artikel Finansialku kepada rekan atau kenalan Anda yang membutuhkan!
Apabila Anda memiliki kesulitan dalam perencanaan keuangan, Anda dapat menghubungi Konsultan Perencana Keuangan Finansialku yang siap membantu Anda.
Jika Anda memiliki saran, tanggapan atau pertanyaan, Anda dapat menuliskannya pada kolom yang telah tersedia di bawah ini. Terima kasih!
Sumber Gambar:
- Ayah – http://bit.ly/2M7bxzt, https://bit.ly/2Y1uPIZ, https://bit.ly/2MaxWeW
dilema besar