Pepsi Pamit Dari Indonesia, Apa Pengaruhnya Ke ICBP dan FAST?

Pepsi Pamit Dari Indonesia, Apa Pengaruhnya Ke ICBP dan FAST?

Minuman berkarbonasi terkemuka, Pepsi, menarik diri dari Indonesia, bagaimana pengaruhnya dengan ICPB dan FAST?

 

Artikel ini dipersembahkan oleh

 

Kerjasama antara Pepsi – ICBP dan Pepsi – FAST

Pepsi dan ICBP

Pepsi mulai berproduksi di Indonesia pada tahun 1996. Pada tahun itu, PepsiCo Inc. dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Indonesia sepakat mengadakan kerja sama.

Kerja sama itu ditandai dengan didirikannya pabrik yang terletak di Purwakarta, Jawa Barat, dengan nama PT Pepsi Indobeverages.

Pada tahun itu pula PT Pepsi Indobeverages mulai menghasilkan beberapa minuman berkarbonasi / carbonated soft drink (CSD) dengan brand-brand seperti Pepso Regular, Pepsi Blue, Pepsi Twist, Pepsi Cola, 7-Up, Mirinda, dan banyak produk serupa lainnya.

Beberapa varian rasa minuman Pepsi

 

Kemudian pada tahun 2013, ICBP melalui anak usahanya – PT Asahi Indofood Beverage Makmur (AIBM) mengakuisisi PT Pepsi Indobeverages melalui transaksi sebesar US$ 30 juta.

Hal ini membuat ICBP menguasai kepemilikan di PT Pepsi Indobeverages ini.

Pada 12 September 2013, AIBM dan PepsiCo Inc. mengesahkan perjanjian Executive Bottling Agreement (EBA) yang isi perjanjiannya adalah untuk PepsiCo Inc. dan perusahaan afiliasinya, untuk memproduksi, menjual, dan mendistribusikan secara eksklusif produk minuman non-alkohol dengan menggunakan brand-brand miiik PepsiCo Inc. di Indonesia.

Kontrak ini berlaku selama 5 tahun.

Pada tahun 2018 kemarin, kontrak ini diperpajang lagi hingga 2019. Baru, setelah masa kontraknya akan habis inilah PepsiCo Inc. memberikan pernyataan bahwa pihak mereka tidak akan memperpanjang kontraknya yang mulai berlaku secara efektif per tanggal 10 Oktober 2019.

Anda sudah bisa melihat di beberapa gerai retail bahwa stok minuman Pepsi dan afiliasinya sudah mulai tidak ada di etalase-etalase.

 

Pepsi dan KFC (FAST)

Kerjasama antara KFC dan Pepsi adalah bahwa Pepsi sebagai penyuplai minuman bersoda tersebut di gerai-gerai KFC.

Kerjasama antara Pepsi dan KFC terjadi pada tanggal 12 Januari 2018, di mana pada tanggal perjanjian tersebut, KFC akan menyuplai minuman CSD dan produk minuman kemasan yang berasal dari perusahaan Pepsi.

Perjanjian tersebut sebenarnya telah diperpanjang sampai pada tanggal 30 September 2022. Tetapi, tak pelak, keputusan telah final dan keluarnya Pepsi dari Indonesia juga berarti Pepsi akan keluar dari KFC.

Paket KFC yang identik dengan Pepsi

 

Bicara mengenai Pepsi biasanya tidak lari juga akan membicarakan tentang kompetitornya – Coca-Cola. Dua produk yang sejenis ini memang sudah menjadi rival cukup lama.

Keluarnya Pepsi dari minuman utama di KFC, sepertinya tidak terlalu berpengaruh terhadap operasional perusahaan.

Pihak KFC telah memutuskan untuk langsung mencari pengganti Pepsi – yang ada kemungkinan akan menggunakan Coca-Cola sebagai penggantinya.

Memang, KFC baru akan keluar di bulan Oktober. Tetapi, KFC telah mencari alternatif minuman bersoda lainnya (Coke).

Jadi, at least KFC tidak lepas tangan begitu saja melainkan juga menyiapkan solusi terkait hal seperti ini.

 

Kontribusi Produk dari Pepsi terhadap ICBP dan FAST

Pepsi memang bukan produk utama yang menjadi penggerak profitabilitas ICBP maupun FAST. Tetapi, mengingat produk Pepsi cukup terkenal di dunia, maka hengkangnya Pepsi cukup membawa kegemparan di Indonesia.

Mari kita bedah sebesar apakah kontribusi dari Pepsi terhadap profitabilitas IBCP dan FAST.

 

# ICBP

ICBP mengklasifikasikan kegiatan usahanya menjadi 6 divisi; yakni divisi mie instan, dairy (produk susu), penyedap makanan, makanan ringan, nutrisi dan makanan khusus, dan yang terakhir – divisi minuman.

Kontributor terbesar dari semua kegiatan usaha ICBP tentu saja divisi mie instan yang terkenal dengan nama Indomie.

Divisi Mie Instan sendiri mewakili 64,35% pendapatan ICBP (pada semester I-2019).

Well, angka ini tentu saja tidak mengherankan mengingat Indomie-nya ICBP menguasai 70% market share mie instan di Indonesia.

Sementara, divisi minuman hanya berkontribusi sekitar Rp 975 miliar, atau sebesar 4,4% dari seluruh pendapatan ICBP yang berjumlah Rp 22,1 triliun.

Hal ini berarti, divisi minuman tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

[Baca Juga: Cara MUDAH Belajar Analisa Harga Wajar Saham Buat Pemula!]

 

Perlu diketahui bahwa divisi minuman ICBP sendiri dikelola oleh PT Anugerah Indofood Barokah Timur (AIBM) yang 99.9% sahamnya dimiliki oleh ICBP.

Divisi ini meliputi beberapa merk seperti Ichi Ocha, Air Mineral Club, Fruitamin, dan tentunya PepsiCo.

Divisi Minuman mengoperasikan sebanyak 19 pabrik di Indonesia dengan total kapasitas produksi sekitar 3 miliar liter per tahun.

Sektor divisi minuman ini juga terlihat sulit bertumbuh. Tercatat, per semester I-2019 ini penjualan minuman dari PepsiCo Inc. mengalami penurunan dan tidak bertumbuh.

Bandingkan dengan sektor divisi mie instan yang bertumbuh sebesar 14,84% yoy.

Di luar itu, divisi minuman di ICBP juga sebenarnya masih mencatatkan kerugian bersih. Sampai dengan semester I 2019, segmen minuman ini justru merugi Rp 100 miliar.

Hal ini berarti pendapatan yang tinggi dari divisi, tetapi justru cost-nya lebih besar. Hal ini menunjukkan divisi minuman sebenarnya masih menjadi beban bagi profitabilitas ICBP.

Divisi minuman sendiri memang agak sulit untuk bertumbuh mengingat banyaknya kompetitor dan jenis produk minuman yang mengancam produk ICBP.

Laporan Keuangan Segmen Usaha ICBP – Q2 2019

 

# FAST

Meskipun KFC sebagai restoran cepat saji, yang fokusnya lebih ke menjual fried chicken, tetapi tidak dipungkiri keberadaan minuman bersoda (baca: Pepsi) memang menjadi teman makan yang nikmat.

Hengkangnya Pepsi dari Indonesia akan berdampak terhadap penyajian menu di KFC, mengingat, bahkan foto-foto menunya saja sudah menggunakan foto Pepsi.

Manajemen KFC telah mengemukakan bahwa mereka akan secara perlahan mulai berganti ke jenis coke yang lain untuk menggantikan Pepsi. Beredar rumor juga bahwa coke yang akan menggantikan Pepsi adalah Coca-Cola.

Manajemen KFC menargetkan di awal November 2019 telah menjual jenis coke yang berbeda tersebut.

[Baca Juga: Saingi iBox Dengan Digimap, Apa Dampak Untuk MAPI]

 

Sayangnya, Penulis tidak dapat menyajikan data mengenai seberapa besar kontribusi penjualan Pepsi terhadap KFC, karena di dalam laporan keuangan nya FAST hanya melaporkan penjualan makanan dan minuman secara gabungan, namun tidak mencantumkan seberapa besar penjualan minuman secara terpisah.

Menurut menurut opini Penulis, digantikannya Pepsi dengan coke jenis lain – tapi yang setipe – tidak akan terlalu mengganggu kinerja profitabilitas KFC.

Hal ini dikarenakan mayoritas orang yang makan ke KFC lebih ke mencari fried chicken-nya atau menu makanan lainnya, bukan spesifik ke coke-nya.

 

Prospek ICBP dan FAST ke depannya

Seperti yang telah Penulis sampaikan sebelumnya, kontribusi Pepsi ke masing-masing perusahaan sebenarnya tidak sebesar kelihatannya.

Lantas, dengan tidak adanya penyuplai minuman dari brand PepsiCo Inc. di ICBP dan tidak ada Pepsi lagi di KFC, kira-kira bagaimana prospek ke depannya?

ICBP dan FAST masing-masing mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang cukup stabil beberapa tahun ini.

Well, bagaimana tidak, ICBP memegang market share terbesar untuk pasar mie instan (±70% market share), dan KFC-nya FAST memiliki 714 gerai KFC sampai akhir Mei 2019 kemarin – dan bisa dibilang sebagai salah satu restoran dengan cabang waralaba terbanyak di Indonesia.

Pendapatan ICBP dari 2011 – 2019 (ANLZ). Source: Cheat Sheet Q2 2019

Pendapatan FAST dari 2011 – 2019 (ANLZ). Source: Cheat Sheet Q2 2019

 

Ke depannya, Penulis masih melihat prospek yang cerah bagi kedua emiten ini.

Untuk ICBP, kita semua tau bahwa perusahaan ini cukup inovatif dalam meluncurkan produk. Sebut saja beberapa produk varian Indomie yang sempat viral seperti Indomie Geprek, Indomie rasa Chitato, Indomie Salted Egg, dsb.

Jika terus dilakukan inovasi seperti ini, Penulis rasa ICBP akan terus mengalami peningkatan pendapatan yang stabil ke depannya.

Belum lagi ditambah dari kegiatan bisnis yang lain yang dapat menyokong pertumbuhan pendapatan juga bila diberikan inovasi di sektornya.

Untuk FAST, sebagai restoran dengan waralaba terbanyak di Indonesia, KFC sudah memiliki pelanggan-pelanggan yang tertarget sebagai konsumennya. Bahkan, sebenarnya KFC dapat menjangkau seluruh pasar.

Melalui banyaknya kerja sama dengan beberapa institusi sekarang, ambil contoh adanya promo dari Dana (fintech) yang juga dapat menopang penjualan KFC.

KFC juga lumayan sering melakukan inovasi produk yang memicu ketertarikan konsumen untuk membeli KFC.

GRATISSS Download!!! Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

 

Kesimpulan

Pepsi dikenal sebagai salah satu brand coke ternama di dunia, sehingga keluarnya brand minuman ini dari Indonesia cukup menggemparkan masyarakat.

Melalui pertimbangan-pertimbangan, akhirnya Pepsi tetap keluar dari Indonesia per tanggal 10 Oktober 2019.

Hal ini membuat beberapa emiten di pasar modal yang bekerja sama dengan Pepsi akan terkena dampaknya – baik besar maupun kecil. Dua emiten yang penulis bahas kali ini adalah ICBP dan FAST.

Keluarnya brand minuman berkarbonasi ini dari Indonesia, menurut Penulis, tidak akan berdampak terlalu signifikan terhadap profitabilitas kedua perusahaan.

Hal ini dikarenakan, bagi ICBP, divisi minuman hanya menyumbang 4,4% dari total pendapatan perusahaan – yang berarti tidak begitu signifikan.

Divisi minuman sendiri di ICBP malah mencatatkan kerugian sebesar Rp 100 miliar per semester I 2019. Dengan keluarnya Pepsi, malahan justru bisa membuat profitabilitas ICBP membaik di masa yang akan datang.

Bagi FAST sendiri, memang menu-menu yang disediakan di KFC telah identik dengan Pepsi.

Tetapi, mayoritas konsumen KFC membeli KFC bukan karena coke-nya, melainkan karena fried chicken-nya.

Jadi, meskipun Pepsi digantikan oleh coke jenis lain, Penulis rasa hal ini bukanlah hal yang terlalu berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Belum lagi jika coke yang akan menggantikan Pepsi adalah sekaliber Coca-Cola.

Meskipun tidak berpengaruh signifikan, Anda tetap perlu menganalisa lebih jauh lagi, apakah ICBP dan FAST layak dikoleksi atau tidak.

Analisa kontribusi penjualan Pepsi ini hanya sebagian dari Analisa fundamental kedua perusahaan tersebut secara keseluruhan.

 

Nah, bagaimana pendapat Anda mengenai paparan di atas? Kemukakan pemikiran Anda pada kolom komentar di bawah ini.

Jangan lupa bagikan artikel ini pada rekan-rekan Anda yang membutuhkan!

 

Sumber Referensi:

 

Sumber Gambar:

  • 01 – https://bit.ly/2CoqRCC
  • 02 – https://bit.ly/3gMiekw
  • 03 – https://bit.ly/2ObuGOl
  • 04 – https://bit.ly/2W2F5Qz
  • 05 – https://bit.ly/3fij6wS

 

dilema besar