Adanya tren mobil listrik yang sudah masuk ke Indonesia, apakah ini berarti sebuah peluang bagi AUTO? Atau malah sebuah ancaman?
Artikel ini dipersembahkan oleh
Company Profile AUTO
PT Astra Otoparts, berdiri pada tahun 1976 dengan nama PT Alfa Delta Motor, merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan produksi spare parts untuk kendaraan roda dua maupun roda empat.
Kemudian pada tahun 1983, Astra membeli 37,7% kepemilikian saham dari PT Summa Surya dan akhirnya di tahun 1993, Astra mengambil alih seluruh saham perusahaan dan mengubah nama perusahaan tersebut menjadi PT Menara Alam Pradipta.
Tak berapa lama berselang, perusahaan berkonsolidasi dengan beberapa produsen dari Astra Group, dan nama perusahaan pun berubah menjadi PT Astra Otoparts sejak 1997.
Per artikel ini ditulis, tercatat PT Astra International memiliki 80% dari saham AUTO dan sisanya 20% dimiliki oleh publik.
[Baca Juga: Daftar Mobil Listrik Terbaik Di Dunia, Ada Karya Anak Bangsa Lho!]
Setelah sepak terjang lebih dari 40 tahun, AUTO telah berkembang menjadi salah satu perusahaan penyedia supplier spare parts terbesar di Indonesia.
Beberapa pelanggan AUTO antara lain seperti Daihatsu, Toyota, Isuzu, Hino, Mercedes-Benz, Mitsubishi, Honda, Kawasaki, Suzuki, Yamaha, Komatsu, dan masih banyak lainnya.
AUTO memiliki lini bisnis di bidang manufaktur dan perdagangan otomotif dan telah melayani hampir seluruh produsen otomotif Indonesia, dari yang roda dua, roda empat, dan juga termasuk ke industri lainnya.
AUTO memproduksi dan menjual hampir seluruh bagian spare parts yang ada dalam kendaraan beroda dua ataupun roda empat.
Dalam memproduksi spare parts tadi, AUTO menjalin kerja sama dengan banyak mitra bisnis yang ternama di dunia.
Peraturan Tentang Mobil Listrik dan Dampaknya ke AUTO
Membahas sektor otomotif, Indonesia sedang ramai dengan pembicaraan mengenai masuknya mobil listrik di Indonesia.
Seiring dengan berkembangnya industri mobil listrik di Indonesia, apakah hal ini dapat menjadi peluang atau malah menjadi pemberat bagi AUTO?
Peraturan mengenai mobil listrik telah ditunggu oleh para pelaku otomotif di Indonesia dan akhirnya pada 8 Agustus 2019 kemarin, Presiden Republik Indonesia menandatangi Peraturan Presiden no. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
Ke depannya, Pemerintah berencana untuk memberikan insentif-insentif kepada produsen pengembang mobil listrik.
Memang belum resmi tentang insentif apa saja yang akan diberikan pemerintah terhadap produsen mobil listrik ini, tapi beberapa insentif yang sempat dibahas, antara lain seperti PPnBM yang menjadi 0% untuk kendaraan yang telah terintegrasi dengan full electric vehicle atau fuel cell dengan emisi 0%, kemungkinan untuk mobil listrik dibebaskan dari aturan ganjil-genap, bahkan ada isu tentang pembebasan parkir bagi mobil listrik.
Pemerintah memang terus mendorong penggunaan kendaraan bermotor listrik, baik itu motor maupun mobil listrik.
Target dari pemanfaatan kendaraan bermotor listrik ini selain karena ramah lingkungan, ke depannya juga Indonesia ditargetkan dapat memproduksi kendaraan listrik di tanah sendiri.
Tak tanggung-tanggung, pemerintah menargetkan hasil produksi mobil listrik mencapai 10 ribu unit pada 2025.
Nah, dengan mulai adanya regulasi-regulasi dan perkembangan arah bisnis otomotif yang masuk ke electronic vehicle (EV), bagaimana dampaknya terhadap kinerja AUTO?
Penjualan Mobil di Indonesia
Penjualan mobil pada Agustus 2019 lalu di Indonesia tercatat mengalami penurunan dua digit sebesar -13,5% menjadi 660.286 unit dari periode yang sama tahun lalu sebesar 763.444 unit.
Memang, beberapa bulan belakangan terjadi perlambatan penjualan mobil baik di domestik maupun di ekspor.
Dari sisi ekspor, selama semester I-2019 di antara negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia juga harus mengakui keunggulan Thailand yang mengekspor 523.770 unit – dan menjadi pengekspor mobil terbesar di kawasan Asia Tenggara – baru kemudian diikuti Indonesia di bawahnya yang mengekspor sebanyak 481.577 unit mobil.
Perlu Anda ketahui juga, padahal tahun lalu Indonesia masih memimpin penjualan ke ekspor terbesar di Asia Tenggara dan pada tahun lalu juga Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara.
[Baca Juga: Mobil Listrik Akan Masuk Indonesia, Bagaimana Prospek INCO?]
Salah satu penyebab melambatnya penjualan mobil adalah karena kurangnya permintaan dan masih tingginya suku bunga kredit untuk pembelian kredit.
Dalam pembelian mobil, tercatat 70% di antaranya adalah melalui skema kredit, jadi tidak heran apabila suku bunga memainkan peranan yang cukup besar di penjualan mobil ini.
Dengan keluarnya insentif, regulasi, dan “warna” baru dalam dunia otomotif – yakni mobil listrik – diharapkan dapat menunjang sektor otomotif di Indonesia.
Hal yang menarik diperhatikan di sini adalah meskipun penjualan mobil di Indonesia dalam tren menurun, hal tersebut tidak berpengaruh pada kinerja AUTO, di mana kinerja mereka justru terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Penulis akan jelaskan lebih lengkap pada bagian selanjutnya.
Anomali Pergerakan Harga Saham dan Kinerja AUTO
Yang menarik untuk diperhatikan dari saham AUTO adalah dari pergerakan harga saham-nya.
Dapat dilihat di gambar yang Penulis lampirkan, harga saham AUTO terus bergerak turun dan menjadi harga terendah sejak kurang lebih 2010-2011.
Nah, apakah penurunan harga saham ini adalah wajar disertai dengan penurunan profitabilitas perusahaan juga ataukah ini malah menjadi sebuah peluang bagi kita para investor?
Meskipun harga saham telah mengalami tren penurunan cukup lama, pendapatan AUTO masih terlihat masih dalam tren peningkatan dan terus meningkat.
Dari segi pendapatan, per semester I-2019 kemarin pendapatan AUTO tetap meningkat sebesar 2,2% yoy. Bisnis perdagangan menyumbang 47,55% dari total pendapatan sebesar Rp 3,6 triliun,
sementara dari bisnis manufaktur menyumbang 52,45% dari total pendapatan sebesar Rp 4,01 triliun Bahkan jika dirata-rata dari 2011 – 2019, Pendapatan AUTO terus meningkat dengan CAGR sekitar 9,5%.
Tetapi, jika kita melihat dari sisi laba bersih, terlihat bahwa laba bersih AUTO sempat menurun di tahun 2015 dikarenakan adanya penurunan pendapatan dari bisnis ventura yang dijalankan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tetapi, sejak penurunan yang dalam itupun AUTO terus memperbaiki operasional dan hasilnya laba bersih perusahaan sedang berada dalam tren naik pula.
Yang menarik adalah bagian Net Profit Margin-nya yang hanya 3% saja di 2019.
Memang, secara historikal net profit margin AUTO terlihat sangat kecil sekali. Tetapi, pada tahun sebelum-sebelumnya net profit margin perusahaan ini sempat berada pada angka di atas 10%.
Ini artinya, bila AUTO dapat mengefisiensikan lagi proses produksi dari lini bisnis-bisnisnya, dan sembari tetap meningkatkan pendapatan perusahaan, maka net profit dan net profit margin perusahaan pastinya akan meningkat.
Oleh karena itu, net profit margin yang kecil ini dapat menjadi berkah apabila AUTO dapat mengefisiensikan proses bisnisnya. Toh, AUTO sempat memiliki NPM yang cukup tinggi.
Prospek Bisnis AUTO Dengan Masuknya Mobil Listrik
Nah, per semester 1-2019 kemarin seluruh pendapatan AUTO masih disumbang dari lini roda dua, roda empat maupun industri lainnya.
Tetapi, belum ada pendapatan yang disumbang dari lini mobil listrik – mengingat pastinya dalam merakit/merancang mobil listrik dibutuhkan juga spare parts sebagai bahan.
Berbeda dengan spare parts dari kendaraan konvensional, mobil listrik setidaknya membutuhkan dua komponen utama – yakni baterai dan motor listrik.
AUTO seperti yang kita tahu memiliki jaringan distribusi yang kuat dalam mensupply suku cadang kendaraan konvensional.
Jika tidak beradaptasi menghadapi era mobil listrik di masa depan, maka masa depan AUTO perlu dipertanyakan.
Beruntung, AUTO sendiri cukup aware dengan perubahan tren ini. Manajemen AUTO sepertinya sudah bersiap menghadapi era mobil listrik ini dengan melakukan beberapa kerjasama untuk memproduksi suku cadang mobil listrik.
Malahan ke depannya AUTO juga membuka kemungkinan untuk memproduksi dan menjual baterai dan motor listrik yang diproduksi sendiri.
Di tahun ini AUTO bahkan mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp 800 miliar, meningkat dari anggaran belanja modal tahun lalu yang “hanya” sebesar Rp 212,6 miliar.
Nominal capex yang besar ini tidak lain juga akan digunakan untuk Research and Development terkait pembuatan bahan baku mobil listrik.
Namun sayangnya belum disebutkan dengan siapa AUTO bekerjasama untuk menyediakan komponen kendaraan listrik ini. Jika Penulis sudah mengetahui informasinya lebih lanjut, tentunya artikel ini akan di-update.
GRATISSS Download!!! Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula
Kesimpulan
Di bawah naungan Astra Group, AUTO menjelma menjadi salah satu produsen spare parts paling terkemuka di Indonesia. Dengan sepak terjang lebih dari 40 tahun, AUTO telah memiliki fondasi bisnis yang sangat kuat.
Di Indonesia, sedang terjadi perlambatan ekonomi dan perlambatan penjualan mobil. Tetapi, hal tersebut rasanya kurang berdampak terhadap AUTO karena masih mencatatkan peningkatan pendapatan di tahun 2019 yoy.
Dari sisi keuangan dan profitabilitas, terlihat AUTO masih mencatatkan tren peningkatan yang cukup baik di tengah menurunnya penjualan mobil nasional.
Masuknya mobil listrik tentu menjadi hal yang harus diantisipasi dan tidak boleh dipandang sebelah mata oleh AUTO.
Regulasi-regulasi terkait penerapan mobil listrik di Indonesia juga sudah mulai gencar dicanangkan pemerintah.
Produsen-produsen mobil listrik juga diiming-imingi oleh insentif yang menggiurkan untuk meningkatkan pasokan mobil listrik di Indonesia.
AUTO sebagai salah satu pemain dalam industri otomotif juga ternyata tidak hanya diam.
AUTO telah menyiapkan tim Research and Development dan menyiapkan anggaran cukup besar untuk mempersiapkan diri menghadapi era masuknya mobil listrik ini.
Dan apabila kesempatan yang hadir melalui era mobil listrik ini dapat dimanfaatkan dengan baik, maka bukan tidak mungkin pula profitabilitas dan kinerja AUTO akan menjadi jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi sekarang.
Tetapi sebaliknya, apabila era mobil listrik tidak dimanfaatkan dengan baik dan era mobil listrik dapat berkembang pesat tanpa diikuti oleh AUTO, maka ini justru akan menjadi bencana.
Sampai dengan saat ini, nampaknya kemungkinan pertama yang lebih mungkin terjadi.
Semoga pembahasan ini bisa membantu Sobat Finansialku untuk melakukan value investing dengan tepat ya!
Kalian bisa kemukakan tanggapan dan komentar pada kolom di bawah, serta jangan lupa untuk membagikan artikel ini pada rekan-rekanmu!
Sumber Referensi:
Sumber Gambar:
- Astra Otoparts 01 – https://bit.ly/2CEYznQ
- Astra Otoparts 02 – https://bit.ly/2WsUTfK
- Astra Otoparts 03 – https://bit.ly/2ZCw9UA
- Aatra Otoparts 04 – https://bit.ly/2Wqjn9G
dilema besar