Tahun 2021, laba bersih WIFI tumbuh 1.072%. Tapi, di waktu yang sama harga sahamnya turun sekitar -45% dalam enam bulan terakhir, dari 600an ke 330an.
Kira-kira apa penyebabnya? Simak pembahasan selengkapnya di artikel berikut ini.
Artikel ini dipersembahkan oleh
Sepak Terjang Bisnis WIFI
Sobat Finansialku, sudah familiar kah dengan emiten WIFI?
Bisnis yang pertama kali dijalankan oleh PT Solusi Sinergi Digital Tbk. bergerak di bidang penjualan kopi merek ‘Lucaffe’ pada tahun 2012.
Kemudian, tujuh tahun berselang, WIFI pun melebarkan sayap bisnisnya, antara lain:
Berdasarkan gambar milestone di atas, bisa terlihat bahwa WIFI melakukan sepak terjang bisnis yang agresif.
Dimana WIFI menjadi perusahaan yang membangun infrastruktur internet, mengembangkan distribusi media periklanan, serta membangun platform digital berbasis aplikasi dan website yang menunjang penjualan secara digital.
Dari sejumlah bisnis yang dijalankannya, sangat memungkinkan emiten saham ini meraih kinerja positif di tahun 2021 lalu.
Hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian yang juga membaik di tahun tersebut. Supaya lebih jelas, simak breakdown kinerja WIFI berikut ini.
[Baca Juga: Laba Bersih Naik 81%, Inilah Kinerja SPMA yang Cuan Bisnis Tisu]
Kinerja Saham WIFI di Tahun 2021
Meskipun tergolong emiten pendatang baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang listing pada Desember 2020, WIFI sukses mencatatkan kinerja pendapatan yang meningkat.
Seperti yang tergambar pada laporan di bawah ini:
Terlihat bahwa pendapatan WIFI mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir.
Sementara di tahun 2021, pendapatannya meningkat sekitar 278% YoY menjadi Rp 390,9 miliar, dari tahun 2020 sebesar Rp 47,5 miliar.
Kondisi ini terdorong oleh percepatan eksekusi proyek dan layanan strategis yang dijalankan sepanjang tahun kemarin.
Selain itu, WIFI juga mendapatkan penghasilan dari luar maupun luar negeri, hasil kerja sama strategis dengan beberapa perusahaan besar nasional.
Salah satunya yang dilakukan melalui berbagai brand dalam ekosistem, seperti MacroAd (media periklanan Out-of-Home), Weave (infrastruktur jaringan serat optik), dan Codify (pengembangan teknologi basis aplikasi).
Sehingga, di tahun 2021 WIFI membukukan laba bersih yang tumbuh hingga 1.072% YoY menjadi Rp 25,8 miliar, dari tahun 2020 sebesar Rp 2,2 miliar.
Kontribusi laba bersih WIFI berasal dari sinergi antar produk dalam ekosistem Surge yang terpadu Daily Needs – Connectivity – Media and Entertainment.
Meski laba bersih tumbuh 1.072%, secara margin profitabilitas pertumbuhannya masih tergolong rendah dengan Net Profit Margin (NPM) 7%. Secara nilai valuasi perusahaan masih belum bangkit.
Sementara dari sisi aset, total aset perusahaan meningkat 75,5% YoY menjadi Rp 896,3 miliar di 2021, dari Rp 510,5 miliar di 2020.
Peningkatan aset ini terjadi karena WIFI gencar meningkatkan inovasi baru untuk partner strategis dan juga masyarakat melalui ekosistem Surge.
Hal ini tercermin dari arus kas investasi yang dicatatkan WIFI.
Selain itu, total liabilitas WIFI Rp 380,3 miliar masih lebih kecil, dibandingkan dengan total ekuitasnya sebesar Rp 515,9 miliar.
Mencerminkan rasio DER WIFI di level 0,74x di 2021, membuat WIFI mampu mengatasi liabilitas hanya dengan ekuitasnya.
Sementara dari sisi liabilitas jangka pendek, total aset lancar WIFI yang tercatat sebesar Rp 96,8 miliar, dibandingkan total liabilitas pendek Rp 87,1 miliar.
Menunjukkan bahwa dengan mengandalkan total asset, WIFI bisa membayar total liabilitas jangka pendek. Tercermin dari rasio Liquidity Ratio di level 1,1x.
[Baca Juga: Pengertian Likuiditas: Komponen, Fungsi, dan Rasionya]
Penyebab Saham WIFI Tumbang
Meski berhasil membukukan laba bersih, sayangnya pencapaian kinerja tersebut tidak mendapat apresiasi pelaku pasar.
Hal ini tercermin dari harga saham yang justru menurun. Bahkan kalau ditarik secara histori, harga saham WIFI berada dalam tren turun sejak pertengahan Juni 2021.
Harga saham WIFI sendiri, sekarang berada di kisaran 320-321an mencerminkan PER 68,6x.
Selain itu, ditambah lagi dengan margin profitabilitas yang masih rendah dengan Net Profit Margin (NPM) 7%.
Sehingga bisa terbilang wajar apabila secara nilai valuasi, perusahaan ini masih belum dihargai layak oleh pelaku pasar.
Atau setidaknya pelaku pasar masih akan wait and see memantau kemana arah bisnis WIFI maupun kinerja keuangannya.
Terlebih di tahun 2022 ini, WIFI masih akan memaksimalkan pengembangan konektivitas, media dan juga hiburan.
Nah, setelah melihat sepak terjang bisnis dan kinerja keuangan emiten saham yang satu ini, apakah Sobat Finansialku tertarik untuk mengoleksi WIFI ke dalam portofolio saham Anda?
Jika masih bingung dalam menentukan langkah yang akan diambil, sebaiknya perbanyak referensi seputar investasi saham, yuk!
Anda bisa menonton video seputar investasi saham yang tersedia di Youtube Finansialku, atau baca ebook Petunjuk Praktis Dapat Keuntungan di Saham dari Finansialku.
Klik banner di bawah ini untuk download ebook-nya, gratis!
Jika ingin diskusi lebih lanjut sekaligus melakukan review portofolio investasi Anda, jangan ragu untuk konsultasi dengan perencana keuangan Finansialku secara 1-on-1.
Hubungi melalui Aplikasi Finansialku atau buat janji via WhatsApp, ya! Terima kasih.
Mengenai artikel ini, apakah Anda punya pertanyaan? Jika ada, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini.
Jangan lupa bagikan informasi ini kepada rekan-rekan investor lainnya, ya. Selamat berinvestasi.
Editor: Ismyuli Tri Retno
Sumber Gambar: RK Team
dilema besar