Sebagai salah satu pemain terbesar di sektor konstruksi, geliat WIKA cukup disoroti sebagai acuan recovery dari lingkungan yang kurang mendukung sejak pandemi covid-19.
Berdasarkan jumlah kontrak yang telah dibukukan, tercatat project baru yang diperolehnya mencapai Rp 4,07 triliun.
Mari kita bahas, apakah ini menjadi momen sunrise bagi WIKA, baik secara perusahaan maupun sektor konstruksi secara keseluruhan?
Artikel ini dipersembahkan oleh
Profil WIKA dan Perbandingan Saham Sektor Konstruksi
Sektor konstruksi pasti tidak asing dengan nama WIKA. Yaitu perusahaan konstruksi dengan ekuitas terbesar, dibandingkan dengan market cap dan juga aset perusahaan.
WIKA sendiri adalah perusahaan BUMN yang 65% sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Secara general WIKA bergerak di 4 segment industry:
- Industry
- Infra & building
- Energy & industrial plant
- Realty & property
Selain WIKA, ada beberapa perusahaan lain yang bermain di sektor konstuksi. Sehingga jika berbicara tentang pemilihan saham, tentu bervariasi.
Akan tetapi, comparison seperti di bawah ini dapat membantu pengambilan keputusan.
[Baca Juga: Analisis Emiten TOWR: Seberapa Menarik Prospeknya?]
Tantangan Sektor Konstruksi
Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang tegolong “cyclical”. Artinya, ada masa dimana sektor konstruksi “berjaya”, tapi ada juga masa dimana sektor konstruksi melambat.
Kemampuan dalam mengidentifikasi cycle-cycle tersebut dapat membantu seorang investor menciptakan alpha dalam portfolio-nya.
Contohnya, di tahun 2016-2018 menjadi tahun berjayanya sektor konstruksi.
Saat itu order book dari WIKA meningkat dari Rp 83,2 triliun pada 2016 menjadi Rp 123,5 triliun di tahun 2018.
Peningkatan order book ini kemudian menjadi katalis positif yang mampu mendongkrak kinerja perusahaan ke depannya.
Kinerja Keuangan WIKA
Jika melihat perkembangan perolehan kontrak yang di dapatkan oleh WIKA, sampai dengan 10M21 kemarin.
Terlihat perkembangan yang tergolong positif apabila dibandingkan dengan tahun 2020.
Perolehan kontrak Year to Date (YTD)-Oct 21 mencapai Rp 14 triliun, meningkat hampir 40% YoY jika dibandingkan dengan perolehan kontrak di periode yang sama tahun lalu, yang hanya sebesar Rp 10,6 triliun.
Breakdown dari kontrak yang diperoleh tersebut, bisa diperhatikan di atas:
- Kembalinya project-project BUMN, dimana kontribusi kepemilikan project BUMN pada tahun 2021F diproyeksikan menyentuh 34.7% (vs hanya 18.7% di 10M21). Hal ini tentu akan menjadi benefit bagi WIKA yang merupakan perusahaan BUMN.
- Meningkatnya project overseas dari level 0.2% pada 10M21 menjadi 6.9% pada akhir tahun 2021.
Berita paling terkini mengisyaratkan bahwa WIKA sukses mengantongi project baru dengan total nilai Rp 4,07 triliun.
Secara detail, kontrak tersebut meliputi konstruksi sebidang ramp junction, konstruksi penanganan banjir pada KM 8, dan terakhir adalah konstruksi jalan akses tol.
Perlu diketahui bahwa kontrak ini menyebabkan realisasi kontrak WIKA sebesar Rp 9.56% dari target 2022 sebesar Rp 42.57 triliun (vs target kontrak baru di tahun 2021 sebesar Rp 35 triliun).
Dengan kinerja WIKA sekarang dan prospeknya di masa depan, apakah Anda berminat untuk berinvestasi di WIKA yang sekarang ditransaksikan di harga Rp 1135 dan PER 73x (anomaly) dan PBV 0.75x? Yuk, share di kolom komentar!
Anda juga bisa perbanyak literasi seputar investasi saham melalui ebook “Petunjuk Praktis Dapat Keuntungan di Saham”. Klik gambar dan download sekarang, ya!
Jangan lupa bagikan juga artikel ini pada sesama investor di sekitar Anda, ya!
Editor: Ismyuli Tri Retno
Sumber Gambaer:
dilema besar