Kena Skandal, Saham Pembayaran Digital Wirecard Anjlok

Kena Skandal, Saham Pembayaran Digital Wirecard Anjlok

Saham Wirecard anjlok 44% dalam sehari perdagangan, buntut dari skandal uang hilang di tahun 2019 lalu.

Informasi selengkapnya, dapat dibaca dalam artikel Finansialku di bawah ini!

 

Rubrik Finansialku

 

Skandal Wirecard: Uang Kas Rp 30 T Hilang dari Neraca Perusahaan!

Platform pembayaran digital raksasa di Jerman yang terdaftar di Bursa Frankfurt, Wirecard, terjerat megaskandal miliaran euro atau triliunan rupiah.

Seperti dikutip CNBC Indonesia, saham perusahaan tersebut jatuh hingga 44% dalam sehari perdagangan di awal pekan, Senin (22/06) kemarin.

Data perdagangan mencatat, saham Wirecard terjerembab 44,07% di level 14,44 euro/saham atau Rp 228.000/saham (asumsi kurs Rp 15.824/euro).

Penurunan tajam saham berkode WDI ini terjadi setelah perusahaan pembayaran asal Jerman ini mengungkapkan ada kemungkinan dana 1,9 miliar euro atau setara Rp 30 triliun uang kas hilang dari neraca keuangan perusahaan.

Wirecard mengaku saat ini sedang berjuang untuk menopang keuangannya dan telah menunjuk bank investasi Houlihan Lokey (NYSE:HLI) dalam mencari kesepakatan dengan para kreditor.

[Baca Juga: BTN dan Taspen: Pemilik Saham Mayoritas Baru Jiwasraya Putra]

 

Dalam sebuah pernyataan, Wirecard juga menarik laporan keuangan tahun 2019 dan mengatakan sedang memeriksa pemotongan biaya untuk mengatasi krisis yang telah menghapus kisah sukses sektor teknologi Jerman.

“Manajemen Wirecard menilai bahwa ada kemungkinan yang berlaku bahwa saldo rekening bank kepercayaan dalam jumlah 1,9 miliar EUR tidak ada,” kata manajemen Wirecard dalam pernyataan resmi, seperti dikutip dari Kontan dari Reuters, Selasa (23/06).

 

Awal Mula Hilangnya Kas

Hilangnya kas tersebut terungkap setelah dilakukan audit oleh EY pada pekan lalu.

Wirecard mengatakan auditor EY telah menolak untuk menutup akun 2019-nya karena tidak dapat mengkonfirmasi keberadaan 1,9 miliar euro dalam saldo kas Wirecard.

Untuk diketahui, Sobat Finansialku, Wirecard AG adalah pemroses pembayaran dan penyedia jasa keuangan yang terdaftar di bursa Jerman dan berkantor pusat di Aschheim, kota di distrik Munich.

Perusahaan ini juga telah memasarkan dirinya sebagai platform pembayaran universal yang diposisikan untuk mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan pembayaran digital.

Seiring dengan perjalanannya, Wirecard juga merambah ke aplikasi pembayaran ponsel pintar untuk pedagang dan konsumen.

Pencarian uang tunai yang hilang tersebut tampaknya menemui jalan buntu setelah dua bank di Asia yang diduga memegang uang tunai yang hilang tersebut, yakni BDO Unibank Inc. dan BPI (Bank of Philippine Islands) Filipina, membantah sebagai pengguna Wirecard.

Selain itu, bank sentral Filipina, Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), juga mengatakan pada Minggu bahwa uang itu bahkan belum memasuki sistem keuangan negara tersebut.

“Laporan awal adalah bahwa tidak ada uang masuk ke Filipina,” kata Benjamin Diokno, Gubernur BSP, Minggu, dilansir CNBC Indonesia.

Dia juga menambahkan bahwa alasan mencatut dua bank Filipina yakni BDO dan BPI digunakan “dalam upaya untuk menutupi jejak para pelaku.”.

Baik BDO maupun BPI mengatakan bahwa oknum karyawan nakal yang memalsukan dokumen untuk menunjukkan keberadaan dana tersebut.

Menurut laporan Bloomberg yang dikutip dari Kontan, penurunan nilai saham yang dialami Wirecard merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah bursa Jerman satu dekade terakhir.

Mega skandal saldo palsu US$2,2 miliar (sekitar Rp 31 triliun) menimpa Wirecard menyeret persepsi buruk terhadap ekosistem aset kripto. Lantaran, Crypto.com, TenX dan CryptoPay adalah klien perusahaan ternama asal Jerman itu.

Kasus itu bermula Januari 2019 lalu, berdasarkan laporan investigatif media Financial Times (FT).

Kala itu, FT menyebutkan bahwa Wirecard diduga menggelembungkan laporan pendapatan perusahaan berkat sejumlah produk yang mereka jual. Wirecard menuding FT mengambil keuntungan sesaat.

Alhasil pemerintah Jerman pun jengah dan turun tangan, memerintahkan penyelidikan lebih lanjut.

Pada 19 Juni 2020 lalu, auditor Ernst & Young tak menemukan cukup bukti Wirecard punya uang tunai sebesar US$ 2,2 miliar, seperti laporan keuangan Wirecard. Padahal, Wirecard mengaku memiliki simpanan di dua bank.

Saat ini, Otoritas indeks saham Jerman DAX di Frankfurt mengatakan, sedang meninjau kembali apakah Wirecard masih layak masuk dalam indeks DAX.

 

Bagaimana menurutmu, Sobat Finansialku tentang artikel diatas? Kamu bisa berbagi pandangan lewat kolom komentar di bawah ini.

Sebarkan informasi ini seluas-luasnya lewat berbagai platform yang tersedia, agar kawan atau sanak-saudaramu tahu apa yang kamu ketahui. Semoga bermanfaat, ya.

 

Sumber Referensi:

  • Titis Nurdiana. 22 Juni 2020. Bank sentral: Mega skandal WirecardUS$ 2,1 miliar tak masuk dua bank besar Filipina. International.kontan.co.id – https://bit.ly/2VbpZYC
  • Titis Nurdiana. 22 Juni 2020. Wirecard:Dana US$ 2,13 miliar kemungkinan tak pernah ada di akun. International.kontan.co.id – https://bit.ly/2VaTCtb
  • Tahir Saleh. 23 Juni 2020. Skandal Wirecard: Duit Raib Rp 30 T di Asia, Saham Jatuh 44%. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/314NtTa
  • Admin. 22 Juni 2020. Dana 1,9 M Euro ‘Hilang di Asia’, Saham Wirecard Anjlok Sampai 90 Persen. News.detik.com – https://bit.ly/31akb5w

 

Sumber Gambar:

  • Pic 1 – https://bit.ly/37XonHo
  • Pic 2 – https://bit.ly/3emuqHI

dilema besar