Emiten industri kabel yang masih optimis akan tumbuh di sisa akhir tahun 2021 ini adalah KBLI dan SCCO. Apalagi keduanya melakukan penjualan kepada PT PLN.
Lantas apakah optimisme kedua emiten tersebut turut didukung oleh kinerja fundamental yang baik meski kegiatan bisnis masih cukup terdampak pandemi?
Artikel ini dipersembahkan oleh
Review Kinerja KBLI
Berdasarkan Laporan Keuangan kuartal II-2021, KBLI mencatatkan pendapatan sebesar Rp 715,1 miliar, turun -20,7% dari sebesar Rp 902,4 miliar pada kuartal II-2020. Secara rinci sebab pendapatan KBLI menurun seperti berikut.
Dari rincian di atas, terlihat bahwa sebab menurunnya pendapatan KBLI lantaran dipengaruhi oleh melemahnya permintaan produk kabel listrik baik dari pasar domestik maupun pasar ekspor.
Tercatat bahwa permintaan kabel domestik turun -15,0% dari Rp 830,6 miliar menjadi Rp 705,4 miliar penjualan.
Hal yang sama juga terjadi dengan permintaan kabel ekspor yang turun cukup signifikan sekitar -80,3% dari Rp 49,3 miliar menjadi hanya Rp 9,7 miliar.
Di saat yang sama, KBLI juga tidak mencatatkan penjualan kepada pihak berelasi PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), sehingga tercatat kosong/nihil pada laporan keuangan kuartal II-2021.
Sejalan dengan itu, KBLI pun mencatatkan penurunan beban pokok pendapatan sekitar -27,9% menjadi Rp 651.3 miliar, dari sebesar Rp 904,3 miliar.
Surprisingly, KBLI justru meraih laba bersih yang positif sebesar Rp 24,5 miliar pada kuartal II-2021 ini. Padahal KBLI sempat mengalami kerugian sampai sebesar -Rp 89,7 miliar per kuartal II-2020 yang lalu.
Adapun jika kita breakdown lebih jauh lagi, raihan laba bersih KBLI ini berasal dari adanya penerimaan penghasilan bunga yang meningkat menjadi Rp 5,3 juta, dari sebelumnya Rp 2,8 juta.
Ditambah juga dengan adanya keuntungan (kerugian) mata asing – bersih menjadi Rp 2,9 juta, dari sebelumnya rugi sebesar -Rp 1,7 juta.
[Baca juga: IPCM vs IPCC, Mana yang Akan Diuntungkan Pelindo?]
Review Kinerja SCCO
Beda hal dengan kinerja PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (SCCO) yang justru mencatatkan kenaikan dari sisi profitabilitas. Tercatat pendapatan SCCO sebesar Rp 2,49 triliun per kuartal II-2021, naik % dari Rp 2,10 triliun pada kuartal II-2020.
Berdasar rincian pendapatan di atas, kontribusi pendapatan SCCO terbesar berasal dari penjualan kabel yang meningkat signifikan 18,2% menjadi Rp 2,40 triliun dari sebelumnya Rp 2,03 triliun.
Disusul kemudian dengan kontribusi dari insulation yang meningkat 36.4% menjadi Rp 94,4 miliar dari sebelumnya Rp 69,2 miliar.
Kendati pendapatan meningkat, SCCO ini sebaliknya mencatatkan penurunan laba bersih % menjadi Rp 87,4 miliar per kuartal II-2021, dari sebesar Rp 139,4 miliar pada kuartal II-2020.
Salah satu sebab menurunnya laba bersih SCCO ini, adalah karena meningkatnya beban pokok pendapatan perusahaan yang meningkat cukup signifikan 26,4% menjadi Rp 2,34 triliun, dari sebelumnya Rp 1,85 triliun.
Berikut gambaran rincinya:
Lantas Apa yang Membedakan Besaran Pendapatan KBLI vs SCCO ?
Dari gambaran singkat di atas, terlihat bahwa dari sisi pendapatan, KBLI ini masih tertinggal jauh di bawah kinerja SCCO. Sebagai perbandingannya kita akan melihat kinerja KBLI vs SCCO dalam 5 tahun terakhir:
Pendapatan |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
Annualized 2021 |
KBLI |
Rp 3.18 triliun |
Rp 4.24 triliun |
Rp 4.50 triliun |
Rp 1.96 triliun |
Rp 1.43 triliun |
SCCO |
Rp 4.44 triliun |
Rp 5.16 triliun |
Rp 5.70 triliun |
Rp 4.62 triliun |
Rp 4.99 triliun |
Source: Cheat Sheet Kuartal II-2021 by RK Team
Dari perbandingan di atas terlihat meski sama-sama mengalami penurunan di tahun 2020 – 2021 berjalan ini.
Namun penurunan yang dialami oleh SCCO jauh lebih rendah, dibandingkan dengan penurunan KBLI yang terbilang masih cukup besar di tengah kondisi pandemi seperti sekarang.
Kembali perlu kita ingat, bahwa kedua emiten industri kabel ini memiliki pola penjualan kabel yang berbeda.
KBLI untuk penjualan kabelnya sangat bergantung pada besaran perolehan kontrak dari PLN, sejalan dengan berlangsungnya proyek 35.000 MW.
Ya, PLN ini adalah pelanggan utama KBLI yang memang fokus pada segmen penjualan dalam negeri. Tak heran, bila kemudian KBLI cukup tertekan penjualannya di tengah pandemi Covid-19.
[Baca juga: BSDE Rambah Bisnis Data Center, Apakah Ini Jadi Peluang?]
Gambaran saja di tahun 2020, penjualan turun sampai 56% menjadi Rp 1,96 miliar, dari sebesar Rp 4,50 miliar di 2019.
Penurunan tersebut diakibatkan oleh penjualan kabel yang turun sebesar 78% ke non-swasta (PLN) dan turun sebesar 40% ke swasta.
Bahkan sampai 2021 berjalan ini, KBLI tercatat belum mendapatkan kontribusi penjualan dari non-swasta yakni PLN. Hal ini juga ditegaskan KBLI melalui Laporan Keuangan KBLI kuartal II-2021.
Beda halnya dengan SCCO, sebagai pesaing dalam industri kabel, SCCO ini memiliki pola penjualan yang lebih didominasi konsumen swasta.
Adapun untuk penjualan SCCO kepada PT PLN tercatat masih mengalami penurunan dengan kontribusi pendapatan PLN kepada SCCO turun -39.0% menjadi Rp 241,8 miliar, dari sebesar Rp 396,6 miliar.
Kedua emiten yang sama-sama bergerak dalam industri kabel ini, pada dasarnya memiliki pola penjualan produk yang berbeda.
KBLI hampir sepenuhnya menggantungkan potensi pendapatannya hanya kepada PLN, membuat KBLI rentan mengalami penurunan kinerja.
Hal inilah yang terjadi sepanjang 2020 – 2021, setidaknya pandemi Covid19 telah berdampak pada menurunnya konsumsi listrik nasional, terutama pada proyek 35.000 MW yang sempat tertunda.
Sementara untuk SCCO, potensi pendapatannya lebih besar kepada pihak swasta. Hal ini jugalah yang memungkinkan posisi SCCO untuk lebih open dalam memanfaatkan peluang yang ada, apalagi yang berkaitan dengan proyek ketenagalistrikan.
Dengan demikian, sampai sejauh ini daya tahan bisnis kedua pemain industri kabel tersebut masih dipegang oleh SCCO dengan pembagian porsi pendapatan yang cukup mendukung.
Dan kondisi pandemi yang kini mulai berangsur pulih, nampaknya cukup dimanfaatkan oleh KBLI dan SCCO.
KBLI sebagai emiten kabel industri yang fokus memenuhi kebutuhan dalam negeri, nampaknya saat ini tengah masif dalam mencari mitra-mitra baru, baik dari pasar dan negara baru sebagai tujuan ekspor perusahaan.
Salah satu bentuk mitra yang tengah diincar oleh KBLI saat ini adalah pabrikan-pabrikan accesories kabel, sejalan dengan target perusahaan yang ingin menjadi perusahaan “One stop electrical supply”.
Untuk SCCO, masih akan berupaya fokus pada pasar lokal dan belum berencana apapun, termasuk untuk meningkatkan kapasitas produksi yang ada saat ini.
[Baca juga: Diam-diam Unggul, Ini Dia Kinerja Emiten MTLA]
Jika Anda perlu informasi lebih mengenai berbagai emiten saham, yuk gabung dengan Komunitas Belajar Saham yang di dalamnya Anda bisa berdiskusi dan sharing dengan ratusan investor berpengalaman.
Komunitas ini juga dilengkapi dengan webinar aktif setiap bulan yang akan dipandu oleh saya Rivan Kurniawan, sebagai pakar Value Investing, juga Melvin Mumpuni, CFP®, CEO dan Founder Finansialku.com.
Gabung Sekarang! Komunitas BELAJAR SAHAM Finansialku
Bagaimana pendapat Anda mengenai review kedua emiten kabel listrik di atas? Tulis komentar Anda di kolom di bawah ini.
Jangan lupa untuk berbagi informasi ini pada rekan-rekan lainnya. Terima kasih.
Editor: Ratna SH
dilema besar