Berbalik menjadi untung di semester pertama 2021, simak pembahasan emiten AISA berikut ini. Apa emiten ini mulai ekspansif?
Artikel ini dipersembahkan oleh
AISA Saat Ini
Di tengah pemulihan kondisi akibat pandemi, AISA (PT FKS Food Sejahtera Tbk) justru mengejutkan investor karena telah berbalik untung Rp 14,25 miliar pada 1H21, pada di periode yang sama tahun 2020 AISA ini menelan kerugian.
Kalau begitu, apakah keuntungan tersebut merupakan alarm bahwa produsen chiki Taro ini mulai ekspansif?
Sebelum memulai, Sobat Finansialku perlu tahu kalau kalian bisa bergabung dengan komunitas belajar saham Finansialku yang bisa mempertemukan kalian dengan investor saham lainnya untuk update mengenai emiten dan pasar terbaru juga diskusi bersama.
Komunitas ini juga dilengkapi dengan webinar aktif yang dipandu oleh pakar Value Investor, Rivan Kurniawan, juga Melvin Mumpuni, CFP®, CEO dan founder Finansialku.com.
Klik banner untuk bergabung!
Review Kinerja AISA 1H21
AISA, produsen aneka snack dan chiki ini nampaknya terus membenahi kinerja keuangannya, terlihat dari pencapaian penjualan sepanjang semester I-2021 yang tumbuh sekitar 15,22% menjadi Rp 687,8 miliar, dibandingkan pada semester I-2020 sebesar Rp 596,9 miliar.
Sebagai gambaran, penjualan AISA meliputi penjualan makanan ringan dan makanan pokok, dengan kontribusi yang sama-sama meningkat untuk makanan ringan sebesar Rp 419,0 miliar dan makanan pokok sebesar Rp 307,8 miliar.
Kemudian dikurangi dengan diskon penjualan dan rabat sebesar Rp 38,9 miliar.
Dengan pendapatan yang naik, AISA juga harus menanggung kenaikan beban usaha sekitar 6,02% menjadi Rp 191,8 miliar, dibandingkan pada semester I-2020 yang hanya Rp 180,9 miliar.
Dengan itu, AISA dapat mencatatkan kinerja laba bersih yang cukup apik di tengah kondisi yang belum pulih seluruhnya, laba bersih AISA pada semester I-2021 berbalik untung menjadi Rp 14,25 miliar, dari semester I-2020 yang rugi sebesar Rp 33,93 miliar.
Secara bottom line, memang kinerja AISA meningkat, namun peningkatan tersebut masih cukup terbatas dipengaruhi oleh aktivitas PPKM yang diberlakukan dalam beberapa bulan terakhir. Akibatnya AISA pun mencatatkan Net Profit Margin (NPM) yang cukup tertekan di level 2%.
Pertanyaannya kini, hal apa yang menyebabkan laba bersih AISA jadi berbalik untung menjadi Rp 14,25 miliar pada 1H21 ini?
Nah, ini menjadi hal penting yang perlu kita garis bawahi dari pencapaian kinerja AISA sepanjang 1H21 adalah posisi AISA yang saat ini lebih mengandalkan produk-produk barunya dalam mendongkrak kinerja sampai akhir 2021.
Ya, AISA ini telah merilis beberapa produk baru seperti halnya TARO ukuran Jumbo Pack, produk Bihunku dengan rasa baru (asam pedas), Mie Superior Goreng Keriting, hingga Bihun Jagung, dan beberapa produk baru lainnya. Bahkan AISA masih akan merilis produk baru lagi di kuartal IV-2021 nanti.
Rilisnya produk-produk baru tersebut, nampak memang senada dengan strategic plan AISA 2021 ini, di mana AISA ingin menyasar lebih banyak pasar dan distributor, maupun sub-distributor dalam memasarkan produk-produknya.
Tak hanya pasar Indonesia yang digenjot AISA, pasar ekspor China pun turut menjadi sasaran produk baru AISA.
Sebagai informasi tambahan saja, pada Juli 2021 AISA telah mengekspor produk Taro ke China, dan ke depannya AISA berupaya menyasar lebih banyak distributor di China.
Lebih deep nya lagi, fokusnya AISA pada produk-produk baru tersebut karena AISA memilih meninggalkan bisnis berasnya.
[Baca Juga: Contoh Laporan Keuangan Akuntansi Perusahaan]
Hal lain yang juga perlu kita perhatikan adalah arus kas dan neraca keuangan AISA, kita ulas secara singkat saja.
Sayangnya, kinerja profitabilitas yang baik itu tidak diimbangi dengan kinerja arus kas yang baik. Karena AISA justru mencatatkan arus kas operasi Negatif sebesar -Rp 103,2 miliar pada semester I-2021, lebih dalam dibandingkan kas operasi yang negatif -Rp 63,3 miliar per semester I-2020.
Artinya, meski secara profitabilitas diuntungkan oleh penjualan yang meningkat, namun sebenarnya aliran kas yang dijalankan AISA masih kurang sehat, bahkan masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ yang harus dibenahi.
Dan di bagian arus kas investasi, AISA mencatatkan arus kas investasi Negatif, lantaran memang di 2021 ini AISA tengah gencar melakukan peremajaan dan penambahan mesin atau peralatan pabrik baru.
Demikian pula dengan arus kas pendanaan yang juga Negatif, karena AISA melakukan pembayaran liabilitas sewa secara keseluruhan.
Sementara dari sisi neraca keuangannya, sepanjang semester I-2021 kemarin AISA ini mencatatkan total liabilitas sebesar Rp 1,10 triliun, sedangkan total ekuitas yang dimiliki AISA jauh lebih kecil yakni Rp 838,7 miliar.
Alhasil, rasio Utang Terhadap Ekuitas (DER) di level 1,31x (turun dari 1,43x di akhir 2020 kemarin).
[Baca Juga: Analisis Rasio Keuangan: Pengertian, Tujuan, dan Caranya]
Meski terbilang turun, namun utang ini tetap menjadi beban AISA di kemudian hari, lantaran masih tidak sebanding dengan modal yang dimiliki AISA.
Dan untuk utang jangka pendek, total aset lancar AISA yang hanya Rp 579,1 miliar belum bisa menutupi total liabilitas jangka pendeknya yang sebesar Rp 759,0 miliar.
Oleh karenanya, Liquidity Ratio AISA sebesar 0,4x yang artinya likuiditas jangka pendek tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan aset lancar nya.
So, AISA Mulai Ekspansif ?
Dari pembahasan singkat di atas, di 2021 ini memang AISA terkesan mulai ekspansif dengan gencarnya produk-produk baru yang dirilis.
Kendati demikian, perlu kita ingat juga dengan banyaknya produk yang dirilis oleh AISA artinya di saat yang sama AISA juga harus mengeluarkan dana yang cukup besar dalam mengiklankan produknya tersebut, agar menunjang penjualannya.
Tak hanya itu, AISA juga akan menghadapi risiko kenaikan harga bahan baku, sebut saja tepung terigu, tepung jagung, hingga minyak.
Apabila AISA tidak dapat melakukan efisiensi secara tepat, bukan tidak mungkin akan menekan beban usaha perusahaan ke depan.
Jadi, meskipun sudah mulai ekspansif, akan lebih baik jika tetap memperhatikan lebih dulu bagaimana kinerja fundamentalnya.
Karena seperti pada pembahasan di atas, AISA ini masih mempunyai beberapa ‘pekerjaan rumah’ baik dari sisi arus kas maupun neraca keuangannya.
So, bagaimana menurut Sobat Finansialku? Tuliskan komentar kalian yuk terkait emiten AISA ini.
Jangan lupa share artikel ini supaya teman-teman kalian juga makin update!
Editor: Eunice Caroline
Sumber Gambar:
dilema besar