Jadi Bapak Rumah Tangga, Kenapa Enggak?

Menjadi seorang ayah yang diam di rumah atau bapak rumah tangga mungkin terdengar asing, namun ternyata sudah ada yang melakukannya.

Memang aka nada beberapa hal yang mungkin tidak berjalan seperti keluarga pada umumnya, termasuk dalam mengelola pemasukan dan keuangan keluarga. Lantas bagaimana jika menjadi seorang bapak rumah tangga?

 

Menjadi Seorang Bapak Rumah Tangga

Bagaimana jika seorang ayah tinggal di rumah dan mengurus segala keperluan rumah, dan ibu yang berkarier serta bekerja? Beberapa orang tidak masalah dengan ini, namun ada banyak orang yang belum bisa menerimanya.

Terlebih lagi kita di Asia, yang kental dengan budaya timur, stereotip bahwa Ibu sebaiknya di rumah mengurus pekerjaan rumah dan memastikan segala keperluan rumah terpenuhi, akan menjadi hal yang aneh jika hal tersebut terbalik dilakukan seorang suami, sedangkan suami yang biasanya mencari nafkah serta berkarier.

Namun bagi saya tidak masalah, jika suami yang akan menjadi bapak rumah tangga dan ibu berkarir, selama dikomunikasikan dengan baik.

[Baca Juga: Hindari Inferiority Complex, Ini Cara Seimbangkan Peran Ayah di Rumah]

Jika sudah dibicarakan sebelumnya, hal ini tidak menjadi perdebatan, hanya saja perlu adanya strategi dan juga harus siap dengan judgment yang ada di publik.

Judgment yang ada di publik karena bisa saja dapat mempengaruhi sudut pandang kalian sebagai pasangan, jangan sampai hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi rumah tangga. 

Potensi istri berkarir dan suami menjadi bapak rumah tangga menjadi sebuah hal yang positif karena menurut data Pew Research, Healthland, The Guardian, GQ Magazine ada beberapa alasan menjadi bapak rumah tangga diantaranya sebagai berikut:

  • Peluang kerja untuk perempuan lebih terbuka
  • Penghasilan istri lebih tinggi
  • Anak tidak mau diurus oleh orang lain
  • Tarif pengasuh anak mahal

 

Melihat dari empat potensial alasan menjadi bapak rumah tangga membuat pertimbangan alasan istri bekerja dan suami mengurus anak, dan hal tersebut tidak menjadi hal yang tabu, bukan?

 

Stereotip Bapak Rumah Tangga

Kondisi bapak rumah tangga di Indonesia sendiri memang belum banyak, namun jika berkaca pada negara tetangga di Australia terdapat 80.000 keluarga di Australia memilih suami menjadi bapak rumah tangga, tahun 2016. 

Sejauh ini belum ada data terkini, namun bisa diperkirakan jumlahnya meningkat. Semakin berkembangnya pemahaman mengenai kesetaraan gender, maka semakin meningkat pula kesadaran bahwa pekerjaan rumah tangga bisa dilakukan oleh pria maupun wanita.

Namun masih banyak yang terjebak dengan budaya patriarki bahwa menganggap pekerjaan rumah, mengurus anak, hanyalah tugas seorang ibu atau wanita saja. Padahal bagi saya hal ini harus bisa dilakukan oleh keduanya baik ibu maupun bapak.

Tidak mengherankan masih banyak stereotip keliru terhadap peran bapak rumah tangga diantaranya adalah:

 

Kehilangan Pekerjaan

Beberapa orang berpikiran dengan menjadi bapak rumah tangga membuat seorang suami hilang akan pekerjaan.

Jika berkaca dengan pandemi saat ini, bukan hal yang aneh jika seorang pria atau suami lebih senang bekerja dari rumah dan melakukan pekerjaan secara remote.

Menjadi bapak rumah tangga tidak membuat kamu tidak bekerja seutuhnya, bisa saja kamu tetap mengambil pekerjaan dan mengurus pekerjaan rumah.

Tidak ada yang salah dan tidak perlu memilih antara mengurus pekerjaan rumah yang memang sudah pasti ada, jika kamu telah memutuskan untuk menikah, dan suami tetap juga masih bisa bekerja hingga saat ini.

 

Pria yang Tidak Maskulin

Maskulinitas seorang pria tidak hanya bisa dinilai dengan tinggal di rumah dan menjaga anak, lalu istri bekerja. Namun sayangnya stereotipe negatif akan hal tersebut masih berkembang di masyarakat.

Hal inilah yang membuat seorang suami enggan mengambil peran bapak rumah tangga. Perlu alasan yang meyakinkan kepada orang terdekat bahwa menjadi bapak rumah tangga tidaklah hal yang salah untuk dilakukan.

 

Tidak Bisa Mengurus Anak

Hal lainnya adalah seorang suami dianggap tidak dapat mengurus anak selayaknya istri. Namun menurut saya dalam hal ini, keduanya harus bisa mengurus anak dengan perannya masing-masing.

Menjadi bapak rumah tangga bukan berarti Ibu tidak mengurus anak tetap saja keduanya menjadi peran penting untuk tumbuh kembang Si Kecil.

Tidak perlu khawatir akan pandangan seorang suami yang tidak bisa mengurus anak, karena sejatinya masyarakat yang membicarakan hal tersebut tidak mengikuti kamu dan pasanganmu secara langsung 24/7.

Banyak lontaran pandangan yang berkaitan dengan kondisi dimana seorang istri yang baru saja melahirkan dianggap tidak bisa mengurus anak, jadi tidak perlu khawatir untuk pandangan negatif ini ya, Sobat Finansialku.

Dalam mengurus anak tidak ada yang dianggap lebih powerful dibandingan lawan pasanganmu, apalagi harus ditetapkan berdasarkan jenis kelamin saja.

Namun ini perlu adanya kerjasama antara suami dan istri untuk sama-sama memiliki tanggung jawab atas perkembangan buah hati.

[Baca Juga: Wajib Disimak! Ini Tips Mengatur Quality Time Ayah-Anak]

 

Bentuk Pemaksaan Terhadap Istri 

Pasti jika saat ini kamu memilih untuk menjadi bapak rumah tangga, pandangan selanjutnya adalah kamu telah memaksa istri untuk berkarir.

Untuk mematahkan pandangan ini, perlu diketahui pilihan istri berkarir dan bapak mengurus anak serta berada di rumah adalah keputusan berdua.

Sudah dipikirkan sejak lama, dan sudah disepakati bersama-sama tanpa adanya paksaan.

Di rumah bukan berarti bapak tidak menghasilkan dan tidak bisa produktif namun waktu untuk menjaga anak dan mengurus keperluan rumah menjadi tanggung jawab seorang bapak yang telah diputuskan sebagai bapak rumah tangga.

 

Dari keempat stereotip di atas yang sering ditemui di masyarakat, namun ini semua bisa dibicarakan dan tidak perlu dijadikan stigma yang berkembang di masyarakat. 

Semua yang dibicarakan tidak perlu dibuktikan satu-satu, karena itu semua kembali kepada pasangan masing-masing untuk mengkomunikasikan keputusan yang ada dalam keluarga.

Sedangkan yang perlu diperhatikan adalah jika bapak rumah tangga dan istri berkarier apa saja yang perlu dijalankan dalam mengatur keuangannya, Sobat Finansialku.

Simak audiobook berikut yang bisa bantu kamu dan pasangan berkomunikasi masalah pengaturan keuangan keluarga.

banner -the truth about money and relationships

 

Perhatian Hal-Hal Ini Sebelum Putuskan Siapa yang Akan Mengatur Keuangan Keluarga

Saat keputusan sudah diambil berdua, dan menetapkan istri yang akan berkarir dengan alasan yang mendukung bahwa kesempatan berkarir untuk wanita lebih besar dibandingkan pria, maka hal selanjutnya adalah mengatur keuangan bersama.

Apakah ada perbedaan dalam mengatur keuangan saat suami menjadi bapak rumah tangga, dan ibu berkarir?

Pada dasarnya tidak juga, hanya saja disini saya akan memberikan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan siapa yang akan mengatur keuangan keluarga.

Perlu di catat ya bahwa ini akan disepakati bersama-sama, berikut faktor yang perlu diperhatikan:

 

Karakter Pasangan Terhadap Uang

Ini menjadi poin utama dan yang terpenting. Setiap pasangan memiliki kebiasaan, dan pandangan terhadap uang.

Misalnya jika pasangan kita lebih boros maka pasangan lain yang sebaiknya berperan untuk mengatur keuangan, namun keduanya tetap sama-sama mengingatkan untuk tujuan keuangan yang ingin segera dicapai.

Contoh lain jika salah satu pasangan memiliki pengalaman yang kurang baik terhadap keuangan maka pasangan lain akan menjadi lebih mengerti untuk memberikan peran pasangan dalam mengatur keuangan keluarga.

Seperti istri yang membayar keperluan rumah namun suami bagian untuk menabung dan berinvestasi karena pengalaman kamu terhadap investasi dan menabung tidak ada masalah atau tidak ada pengalaman yang tidak enak.

Kunci dalam mengenal karakter terhadap uang adalah saling mengerti satu sama lain. Jika kedua memiliki level pemahaman terhadap keuangan yang sama, saya sarankan gunakan pihak ketiga untuk membantu keuanganmu.

Kamu bisa kunjungi konsultasi.finansialku.com atau whatsapp ke 0851 5866 2940 untuk membuat janji dengan Perencana Keuangan sebagai pihak ketiga.

 

Keterbukaan Finansial

Meskipun sudah ditetapkan peran masing-masing dalam keuangan, tetap saja keterbukaan secara finansial tetap diperlukan dengan pasangan.

Keterbukaan menjadi langkah selanjutnya jika karakter masing-masing pasangan sudah terbentuk, karena jika tidak terbuka terhadap satu sama lain akan sulit untuk menerapkan tujuan keuangan.

Terlebih lagi kamu dan pasangan sudah memilih posisi yang dimana tidak umum di masyarakat yaitu istri berkarier dan suami menjadi bapak rumah tangga.

[Baca Juga: Tabu Terhadap Keterbukaan Finansial, Apa Benar? Ketahui Penjelasannya]

 

Evaluasi Berkala

Meskipun kamu dan pasangan sudah memutuskan hal yang besar bahwa istri berkarier dan suami menjadi bapak rumah tangga, bukan berarti hal tersebut selamanya dan tidak bisa dievaluasi ya.

Silahkan lakukan evaluasi terhadap keuangan keluarga dan perasaan masing-masing pasangan. Evaluasi membuat semakin dekat, dan semakin mengetahui kekurangan serta kelebihan masing-masing pasangan.

Tidak begitu penting label yang diberikan masyarakat, yang terpenting kamu dan pasangan nyaman menjalani nya dan juga merupakan keputusan bersama apapun itu keputusannya. 

 

Semoga informasi yang dibagikan kali ini bisa memberikan manfaat. Jika ada yang ingin Anda diskusikan, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini.

Jangan lupa bagikan artikel ini kepada teman dan kerabat lainnya. Terima kasih.

 

Editor: Eunice Caroline

Sumber Referensi:

  • Patresia Kirnandita. 7 Oktober 2017. Jadi Bapak Rumah Tangga, Kenapa Tidak?. Tirto.id – https://bit.ly/3sFCzik
  • Admin. 6 April 2018. Kian Banyak Pria Australia Pilih Peran Bapak Rumah Tangga. Tempo.co – https://bit.ly/3sIc3ov
  • Adisty Titania. Mau bahagia dengan tujuan finansial tercapai? Ini cara mengatir keuangan keluarga. Theasianparent.com – https://bit.ly/2WlfTrV
  • Ryan Sara Pratiwi. 22 Maret 2021. 5 Stereotip yang Harus Dihadapi Bapak Rumah Tanggal. Kompas.com – https://bit.ly/3mrJVoF

dilema besar