Istilah rare earth ramai dibicarakan setelah pertemuan Menteri Luhut dan Prabowo. Apa sih yang diperbincangkan?
Informasi selengkapnya, dapat dibaca dalam artikel Finansialku di bawah ini!
Rubrik Finansialku
Rare Earth Menurut Saintis
Pernahkah kamu mendengar istilah rare earth element? Sebagian mungkin tahu, sebagian akan merasa asing dengan itu.
Istilah yang berbau saintis tersebut merebut atensi publik setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu.
Kedua tokoh militer itu membahas potensi rare earth di Indonesia.
Rare Earth Element (REE) atau elemen tanah jarang merupakan 17 unsur logam yang masuk ke dalam kategori lanthanida.
Dalam pertemuan tersebut, Luhut mengatakan bahwa rare earth merupakan komoditas mineral hasil ekstrak tin atau timah. Komoditas itu kemudian dijadikan untuk campuran kebutuhan pembuatan magnet, elektronik, hingga senjata.
Asal tahu saja, Sobat Finansialku REE banyak digunakan untuk industri teknologi tinggi mulai dari pembuatan magnet permanen, baterai hingga komponen kendaraan listrik.
Mengutip CNBC Indonesia, Rabu (24/06) saat ini, China masih mendominasi produksi REE global dengan total output mencapai 132 ribu metrik ton tahun lalu. China sudah mulai memproduksi REE sejak tahun 1990.
Kala itu pemerintah China mendeklarasikan REE sebagai mineral strategis yang harus dilindungi.
Atas dasar itu, perusahaan tambang asing dilarang menambang atau berpartisipasi dalam pemrosesan REE kecuali bekerja sama (joint venture) dengan perusahaan China.
[Baca Juga: Ini 10+ Komoditas Impor Indonesia dari Berbagai Negara]
Selain China sebenarnya ada negara di Asia Pasifik lain yang juga memproduksi REE seperti Australia, India, Thailand, Vietnam.
Australia sebagai salah satu produsen terbesar global bahkan telah membangun fasilitas ekstraksi dengan kapasitas mencapai 22 ribu ton untuk material yang dikirim dari Mount Weld, Western Australia.
Bagaimana Industri Rare Earth di Indonesia?
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah berencana untuk mengembangkan industri berbasis REE sejak lama. Road map juga sudah dibuat. Dengan kata lain, Indonesia masih berada di tahap awal pengembangan industri ini.
Terkait dengan harga, Direktur Utama PT Timah Sukrisno mengatakan, tanah jarang ini harganya lebih mahal dibanding timah. Dia menyebut harganya bisa mencapai 10 sampai 12 kali lebih mahal dibanding timah.
“Harganya itu katanya 10 sampai 12 kali lebih mahal, dan dijualnya per kg,” tuturnya sebagaimana dikutip dari Detik, Rabu (24/03).
Lebih lanjut, Sukrisno mengatakan, tanah jarang tersebut bisa dijual per kg, sedangkan pasir timah dijual per metrik ton.
Menurut kajian Pusat Sumber Daya Mineral dan Panas Bumi, Badan Geologi, Kementerian ESDM, REE di Indonesia ditemukan di Sumatera, Jawa hingga Kalimantan. REE banyak ditemukan di mineral monazit, zirkon dan xenotim.
Sudut Pandang Sains
Menyoal lebih lanjut logam tanah jarang dari sisi sains, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif, menjelaskan logam tanah jarang diperoleh dari mineral Monazit dan Xenotime.
“Jadi, sumber daya tanah logam di Indonesia itu biasanya berasosiasi dengan mineral yang mengandung timah. Logam tanah jarang bisa diperoleh mineral Monazit dan Xenotime,” kata Irwandy sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia.
“Kedua jenis mineral tersebut bisa diperoleh juga sebagai hasil samping pengolahan biji Zirkonium yang terdapat di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah,” sambungnya.
Monazit sendiri merupakan senyawa fosfa logam tanah jarang yang mengandung 50 sampai 70 persen oksida. Senyawa ini diambil dari mineral pasir berat yang merupakan hasil samping dari senyawa logam berat lain.
Selain itu, monazit memiliki kandungan thorium yang cukup tinggi sehingga mineral tersebut mempunyai sifat radioaktif.
Adapun xenotime merupakan senyawa ittirium phosphat yang mengandung 54 sampai 65 persen logam tanah jarang termasuk erbium, cerium, dan thorium.
Menurut Irwandy, logam tanah jarang kurang berperan dalam industri baterai namun banyak digunakan dalam industri mobil listrik, elektronika, satelit, katalis, magnet, sensor, bahkan untuk keperluan militer.
“Elemen-elemen di militer dipakai juga (logam tanah jarang). Pernyataan pak Luhut itu secara umum (kegunaan logam tanah jarang) tetapi perlu diingat jumlah yang ada di timah itu belum signifikan,” tuturnya.
Bagaimana menurut Sobat Finansialku tentang artikel di atas, Kamu bisa lho tuangkan pendapat di kolom komentar di bawah ini.
Sebarkan informasi ini kepada kawan dan sanak-saudara. Semoga bermanfaat, ya!
Sumber Referensi:
- Tirta Citradi. 23 Juni 2020. RI Punya Banyak PR Kembangkan Industri Berbasis Rare Earth. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/2AWHepY
- Admin. 24 Juni 2020. Penjelasan Sains soal Mineral Rare Earth ala Prabowo-Luhut. Cnnindonesia.com – https://bit.ly/2BvH20G
- Soraya Novika. 23 Juni 2020. Rare Earth, Bahan Baku Senjata yang Dibahas Luhut-Prabowo. Finance.detik.com – https://bit.ly/2NoylI7
Sumber Gambar:
- REE 01 – https://bit.ly/2NrhPHi
- REE 02 – https://bit.ly/3hPqC3Q
dilema besar