Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan tajam, apakah masuk resesi teknikal? Simak pembahasan para ekonom berikut ini.
Informasi selengkapnya, dapat dibaca dalam artikel Finansialku di bawah ini!
Rubrik Finansialku
Ekonomi Indonesia Masuk Ke Resesi Teknikal, Benarkah?
Pasca virus corona merebak ke belahan dunia kegiatan ekonomi menurun tajam, termasuk konsumsi, investasi, komoditas serta ekspor-impor dan sebagainya.
Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2020 angkanya minus 5,32% secara tahunan atau year-on-year, berkebalikan dengan kuartal pertama yang masih tumbuh positif di level 2,97%.
Secara teknis, kontraksi berturut-turut secara kuartalan (q to q) itu bisa dibilang sebagai resesi teknikal (technical recession).
Vice President Economist PT Bank Permata Tbk., Josua Pardede menjelaskan ekonomi Indonesia belum masuk resesi teknikal.
Pasalnya, struktur perhitungan ekonomi nasional masih memasuki faktor musiman, seperti Lebaran dan faktor pendorong lainnya di bulan-bulan tertentu
“Untuk data PDB yang sudah dilakukan penyesuaian musiman, maka pada umumnya, resesi teknis didefinisikan sebagai pertumbuhan kuartalan mengalami pertumbuhan yang negatif dua kuartal berturut-turut. Namun mengingat data PDB Indonesia masih belum menghilangkan faktor musiman, maka teknikal resesi didefinisikan sebagai pertumbuhan tahunan yang mengalami pertumbuhan negatif pada dua kuartal berturut-turut. Jadi Indonesia belum teknikal resesi,” jelas Josua mengutip dari Detikcom, Kamis (06/08).
Senada dengan itu, melalui laman Katadata, Kepala Ekonom BCA, David Sumual berpendapat bahwa Indonesia belum resesi secara teknis.
Menurutnya, definisi resesi itu adalah ketika negara mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut yang dilihat secara tahunan.
[Baca Juga: BPS: Terjadi Deflasi Pada Juli 2020 Sebesar 0,10%. Apa Penyebabnya?]
Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani membantah Indonesia mengalami resesi teknikal. Dirinya menegaskan pertumbuhan ekonomi dalam negeri baru pertama kalinya negatif tahun ini.
Seperti diketahui, suatu negara terkategorisasi resesi ketika kondisi laju perekonomian tumbuh negatif dalam dua kuartal berturut-turut.
Secara teknikal, Indonesia disebut resesi teknikal karena pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 secara kuartalan terkontraksi sekitar 2 persen, yaitu dari 4,97 persen pada kuartal IV 2019 menjadi 2,97 persen.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi terkontraksi lagi 4,19 persen pada kuartal II bila dibandingkan kuartal I 2020.
Namun, menurut Sri Mulyani, ukuran resesi seharusnya merujuk pada pertumbuhan ekonomi secara tahunan, bukan kuartalan.
Berdasarkan pertumbuhan tahunan, ekonomi Indonesia baru pertama kali terkontraksi pada tahun ini, yaitu minus 5,32 persen pada kuartal II 2020.
“Yang disebutkan tadi adalah growth quartal to quartal, biasanya dalam melihat resesi itu dari year-on-year untuk dua kuartal berturut-turut. Jadi dalam hal ini, kuartal II pertama kali ekonomi indonesia mengalami kontraksi,” tutur Sri Mulyani mengutip CNN Indonesia.
“Kalau kuartal III kita bisa hindarkan (dari pertumbuhan negatif), maka kita insyaallah secara teknikal tidak mengalami resesi,” lanjutnya.
Lebih lanjut, ia memperkirakan Indonesia masih punya peluang untuk lolos dari resesi ekonomi dan masih bisa berbalik tumbuh positif pada kuartal III 2020.
“Kuartal III kita masih berharap growth-nya minimal nol persen atau positifnya di 0,5 persen, meski memang probabilitas negatif masih ada karena penurunan dari beberapa sektor tidak pulih secara cepat akan pulih kembali,” jelasnya.
Sementara untuk kuartal IV 2020 diperkirakan ekonomi berada di kisaran 3 persen. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun ini sebesar nol persen hingga 1 persen.
“Pertumbuhan ekonomi 2020 diharapkan akan tetap terjaga pada zona positif,” pungkasnya.
Sekadar informasi, berdasarkan data BPS secara kuartalan, ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2014 minus 2,07% dan pada kuartal I-2015 minus 0,16%.
Selanjutnya pada kuartal IV-2015 minus 1,73% dan pada kuartal I-2016 minus 0,36%, lalu ada juga pada kuartal IV-2016 minus 1,81% dan pada kuartal I-2017 minus 0,30%.
Bahkan, ekonomi Indonesia secara kuartal pernah tiga kali berturut negatif, yaitu pada kuartal IV-2019 yakni minus 1,74%, kuartal I-2020 yaitu minus minus 2,41%, dan kuartal II-2020 yaitu minus 4,19%.
Ekonomi dunia sedang tidak stabil dan dapat mempengaruhi keuanganmu. Lakukan pengelolaan keuangan dengan baik dari sekarang agar tetap bisa bertahan di situasi ini.
Ebook Panduan Sukses Atur Gaji Ala KARYAWAN
Download Sekarang, GRATISSS!!!
Bagaimana menurutmu, Sobat Finansialku tentang artikel di atas? Kamu bisa berbagi komentar lewat kolom komentar di bawah ini.
Sebarkan informasi ini seluas-luasnya lewat berbagai platform yang tersedia, agar kawan atau sanak-saudaramu tahu apa yang kamu ketahui. Semoga bermanfaat, ya.
Sumber Referensi:
- Sorta Tobing. 05 Agustus 2020. Pertumbuhan Ekonomi RI Terkontraksi, Apa Itu Resesi Teknikal? Katadata.co.id – https://bit.ly/3ihwWRf
- Redaksi. 05 Agustus 2020. Sri Mulyani Bantah Indonesia Resesi Teknikal. Cnnindonesia.com – https://bit.ly/33v7XWh
- Syahizal Sidik. 06 Agustus 2020. RI Resesi Teknikal, Masih Bisa Gak Borong Saham Saat Ini? Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/31huNhi
- Hendra Kusuma. 05 Agustus 2020. Benarkah RI Masuk Resesi Teknikal? Finance.detik.com – https://bit.ly/2XA5i9Y
dilema besar