Setelah pembukaan pasar pada Kamis, 17 Maret 2022 IHSG berhasil menguat menembus 7000, All Time High-nya.
Berikut beberapa katalis positif dan faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar, di tengah meningkatnya harga komoditas dan mulai mendinginnya perang Ukraina-Rusia.
IHSG Tembus 7000 (All Time High)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis 17 Maret 2022 dibuka menguat ke zona hijau, sempat menembus rekor tertinggi 7.000 seiring dengan dorongan meredanya konflik Rusia-Ukraina dan kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Penguatan ini tidak lepas dari kondisi di mana IHSG masih sangat tertolong oleh net buy investor asing.
Tercatat Investor asing melakukan aksi beli bersih senilai Rp 97,09 miliar di awal perdagangan. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi saham yang paling banyak dibeli investor asing pagi ini senilai Rp 53,8 miliar.
Harga saham BBCA naik 0,91% menjadi Rp 8.275.
Saat ini, BBCA menjadi emiten yang mampu memiliki nilai kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) hingga Rp 1.000 triliun, menjadi yang terbesar di ASEAN.
Selanjutnya, ada saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga menjadi saham terbanyak kedua yang dibeli asing senilai Rp 36,1 miliar. Harga saham BBRI naik 0,65% menjadi Rp 4.680.
[Baca Juga: Prospek DMAS di Tengah Sektor Industri, Worth to Buy?]
Salah satu faktor yang mempengaruhi aliran dana masuk di Pasar Modal Indonesia, yaitu pemulihan ekonomi yang didorong oleh konsumsi cenderung bergantung pada pengeluaran swasta.
Hal ini karena pemerintah berniat untuk mengurangi stimulus fiskal.
Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan kurang dari dua pertiga anggaran pemulihan tahun 2021, untuk tahun 2022.
Faktor lain yang menjadi katalis positif pada IHSG adalah kenaikan suku bunga The Fed, lonjakan harga komoditas dan membaiknya situasi Rusia-Ukraina.
Federal Reserve (The Fed) akhirnya menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Ini merupakan pertama kalinya The Fed menaikkan suku bunga sejak 2018 lalu.
Langkah ini diambil di tengah kekhawatiran akan terjadinya inflasi tinggi akibat pandemi dan konflik Ukraina-Rusia.
Pasar merespons positif kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps menjadi 0,25% – 0,50% yang sesuai ekspektasi. Hal itu membuat Wall Street mengalami penguatan, dan saham Bursa Asia juga mengikuti.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat lebih dari 500 poin dalam atau naik 1,5% di posisi 34.063,1. S&P 500 di posisi 4.357,86 atau bertambah 2,24%.
Kenaikan tertinggi pada indeks acuan saham teknologi Nasdaq Komposit yang melesat 3,7% atau 487,9 poin.
Selanjutnya, harga komoditas utama seperti minyak, emas, batu bara, hingga CPO sempat menembus rekor tertinggi. Emiten di sektor komoditi ini juga mengalami kenaikan serentak.
Peluang kenaikan IHSG jangka pendek masih cukup besar yang ditunjang oleh rilis data perekonomian tingkat suku bunga pada Kamis (17/3/2022).
Merespon dari trend penguatan IHSG ini, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi, menyampaikan bahwa per 11 Maret 2022, pertumbuhan pasar modal mencapai 5,18% secara year to date.
Apalagi, dalam beberapa waktu ini invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan IHSG koreksi, namun pertumbuhan menjadi lebih tinggi.
Harga Komoditas
Harga minyak pada pekan ini sempat mengalami penurunan tajam. Namun melonjak lagi sekitar 3% pada Kamis, setelah Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pasar bisa kehilangan tiga juta barel per hari (bph) minyak mentah dan produk olahan Rusia mulai April.
Harga minyak jenis Brent meningkat US$ 4 per barel atau 4,1% menjadi US$ 102,02 per barel pada pukul 09:26 pagi waktu setempat (GMT), dan saat tulisan ini dibuat harga minyak sentuh US$ 105,53 per barel.
Sedangkan, batu bara mengalami penurunan tajam hingga bergerak di bawah level US$ 300/ton. Harga batu bara bahkan sangat jauh dari rekor tertingginya yang baru tercatat pada dua pekan lalu di angka US$ 446/ton.
Selanjutnya, dua komoditas utama Indonesia, yakni batu bara termal dan minyak sawit mentah (CPO) harga masih tinggi. Hal ini karena adanya permintaan dan kebutuhan dari luar negeri dan domestik.
Harga kemungkinan akan bergerak moderat dalam jangka menengah.
Efek dari penguatan harga komoditas ini, dapat mengikis margin perusahaan yang berhubungan dengan produk konsumsi, seperti Indofood CBP Sukses Makmur, Mayora Indah dan Japfa Comfeed, karena penyesuaian harga tidak dapat segera dilakukan dan frekuensinya terbatas.
Sobat Finansialku, apakah Anda menjadi investor salah satu saham di atas? Sudah tahu bagaimana cara mendapatkan keuntungan di investasi saham?
Kalau belum tahu, yuk kita cari tahu bersama dengan membaca ebook gratis di bawah ini. Setelah membaca, jangan lupa untuk langsung mempraktikkannya, ya.
Kesimpulan
Sektor komoditas yang beberapa bulan terakhir mengalami peningkatan tajam, kemungkinan akan terus menghadapi tekanan dari ketidakpastian peraturan pada tahun 2022.
Hal ini akibat risiko yang diperkuat oleh dorongan dari pemerintah untuk meningkatkan kapasitas penyulingan komoditas di dalam negeri.
Dengan adanya vaksin dan mulai diperbolehkannya perjalanan domestik tanpa melalui test PCR, ini akan membangkitkan kembali industri pariwisata dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Outlook ekonomi Indonesia pada awal tahun 2022 masih tetap stabil, sebanding dengan tingkat pra-pandemi.
Bagaimana pendapat Anda mengenai informasi di atas? Tulis opini dan pertanyaan Anda pada kolom komentar di bawah ini. Jangan lupa untuk share artikel ini pada rekan-rekan lainnya. Terima kasih.
Editor: Ratna SH
Sumber Referensi:
- Kontan.co.id
- Market.bisnis.com
- CNBC Indonesia
- IPOT news
- Tradingviews
- Investing.com
dilema besar