Jika melihat saham yang lagi turun, seringkali kepikiran untuk hold aja. Apa itu pilihan yang tepat? Bagaimana menyikapi saham nyangkut ini?
Ketahui yuk dalam artikel Finansialku di bawah ini!
Artikel ini dipersembahkan oleh
Galerisaham.com
Kesalahan Dari Hold Saham yang Lagi Turun
Mungkin banyak dari kamu yang pernah mengalami ini, dibilang begini, atau berpikir akan seperti ini. “Saham yang lagi turun, hold aja. Nanti juga naik lagi. Kita simpan bareng-bareng sampai saham delisting memisahkan kita.”
Ini artinya kamu, atau dia yang ngomong, sedang membela diri, denial, tidak bisa menerima kenyataan.
Kalau sahamnya sudah turun, dan kamu masih punya saham ini, maka kamu udah melakukan kesalahan. Kesalahannya biasanya ada dua macam:
- Salah pilih saham (saham yang ga terlalu oke atau bahkan saham gorengan)
- Salah strategi & eksekusi (maunya beli saham uptrend, gagal uptrend, tidak melakukan stoploss)
Hati-hati yah. Pola pikir di atas itu sangat berbahaya apalagi berakhir dengan pendapat: Ah gue invest aja deh. Saham kan jangka panjang. Turun jangka pendek gapapa lah.
Ini namanya kamu trader bunglon; sorry not to offense. Pola pikir seperti ini yang menjadikan banyak trader yang tidak survive di pasar modal dan berakhir dengan persepsi yang sangat negatif.
Ini semakin menjadi negatif jika kamu sekadar mengikuti kata orang, iming-iming orang, atau pom-pom saham dari pihak tertentu. Terlihat begitu menggiurkan tapi nyatanya berbahaya.
Kamu yang mengambil keputusan jual beli, jangan asal-asalan.
Kamu yang memberikan rekomendasi jual beli, jangan asal-asalan.
Kamu yang mengelola dana, jangan asal-asalan.
Responsible Advisory
Kami selalu mengedepankan hal ini: Responsible Advisory. Kami memiliki tanggung jawab terhadap dana yang kami kelola, kami juga bertanggung jawab secara etika terhadap para follower kami.
Tidak pernah kami ‘tega’ memberikan rekomendasi asal-asalan, tidak ada trading plan yang jelas, bahkan tidak pernah merekomendasikan saham gorengan.
Saham semacam ini, jika diikuti oleh kita sendiri, dengan dana sangat kecil, misalnya 50 juta, ya mungkin tidak ada masalah: Di beli gampang, di jual gampang.
TAPI, jika rekomendasi semacam ini disebar ke publik, ke nasabah, disertai dengan iming – iming bisa naik lagi, kalau turun di hold aja, itu sama saja sebuah Ethis Violation.
[Baca Juga: Saham Gorengan: Ini Ciri-cirinya, dan Kenapa Anda Perlu Waspada!]
Bayangkan, jika ada 500 follower membeli saham gorengan yang direkomendasikan dan masing-masing membeli dengan nominal Rp 50 juta.
Total transaksi beli itu mencapai Rp 25 miliar! (ini belum termasuk orang yang sekali beli ratusan juta lho ya) Kamu tahu gak bagaimana analogi likuiditasnya di pasar?
Kalau misalnya harga sahamnya itu 2000, maka dana Rp. 25 miliar rupiah akan ekuivalen sebanyak 125.000 lot.
Bayangkan jika ketebalan BID & OFFER di saham ini hanya 2000 lot per fraksi harga, apa jadinya? 125.000 / 2000 = 62,4 level fraksi harga.
Apalagi jika karena harga naik membuat penjual yang tadinya antre jual menarik antreannya, maka antrean sell yang tadinya 2000 lot (masing-masing fraksi harga, contohnya) menjadi hanya 500 lot.
Wow, 125.000 / 500 = 250 fraksi harga. Dari harga Rp 2000, naik 250 fraksi itu berapa banyak? Per fraksi itu Rp 10 (level harga Rp 2000).
Jadi Rp 10 x 250 = Rp 2500. Ini berpotensi mengangkat harga menjadi Rp 2000 + Rp 2500 = Rp 4500. Siapa yang senang? Awalnya semua senang. Akhirnya, hanya penjual terbanyak yang senang.
Ketika follower dari advisor yang tidak bertanggung jawab ini membeli, mungkin gak ada yang menjual dan mendistribusi saham yang sama?
Well, alhasil para follower menjadi pahlawan: pahlawan akumulasi bagi yang mau melakukan distribusi.
Ini sebabnya, saham-saham ‘gorengan’ jika sudah naik banyak, turunnya bisa enggak kira-kira. Bisa auto reject lah, bisa ARB lalu ARA lah, bisa setiap hari turun lah, dan akhirnya KALAU kita bilang:
SIMPEN AJA, nanti juga naik lagi, maka kita sedang menggali kubur sendiri, dan menghancurkan kredibilitas kita sebagai trader. Lakukan cutloss adalah tindakan yang bijak.
Jangan pernah sembunyi di balik kalimat di atas. Karena kita sebagai trader pun harus menerapkan prinsip: responsible trade terhadap dana pribadi kita bukan?
Uang kita bukan uang jatuh dari langit. Walau uang warisan sekalipun, itu bisa jadi didapat dengan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa dari orang tua/nenek moyang kita.
Jangan asal-asalan lah dalam bertransaksi, Jangan ngasal dalam ngajak-ngajak orang. Lebih penting lagi, jangan asal-asalan dalam merekomendasi.
Uang Kamu mungkin udah direlakan hilang, tapi apa jadinya jika uang itu dibelikan barang untuk pasangan kamu? Untuk keluarga? Untuk anak-anakmu?
Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA
Bagaimana menurutmu, Sobat Finansialku tentang artikel di atas? Kamu bisa berbagi komentar lewat kolom komentar di bawah ini.
Sebarkan informasi ini seluas-luasnya lewat berbagai platform yang tersedia, agar kawan atau sanak-saudaramu tahu apa yang kamu ketahui. Semoga bermanfaat, ya.
Artikel ini merupakan hasil kerja sama Finansialku dengan Galerisaham.com. Isi dan data yang tertera dalam artikel merupakan tanggung jawab Galerisaham.com
Sumber Referensi:
Sumber Gambar:
- Saham gorengan – https://bit.ly/39daWE0, https://bit.ly/2Xf2yOO
dilema besar