Teman-teman Perantau, sadar atau tidak mengatur keuangan adalah kunci suksesnya kita merantau. Jadi, jangan sampai salah atur keuangan.
Simak apa yang menjadi bahasan Finansialku kali ini. Jangan sampai sudah jauh-jauh merantau, malah jadi bencana ya.
Kunci Sukses Anak Rantau
Salah satu kunci sukses anak rantau adalah dapat mengatur keuangan. Anak rantau identik dengan kekurangan uang dan terbatas dengan keuangan.
Merantau adalah istilah ketika seseorang pergi dari tempat ia berasal ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan ataupun mencari pengalaman.
Kebanyakan orang yang merantau tujuannya bermacam-macam, bekerja, menuntut ilmu, atau ingin belajar hidup mandiri.
Tak jarang anak rantau merasa sulit untuk mengatur keuangan, dikarenakan belum terbiasa dengan segala ketidakpastian di suatu wilayah tersebut yang dapat membuat seseorang sulit untuk memiliki pola keuangan yang sehat.
Namun apakah tidak mungkin untuk para perantau memiliki kondisi keuangan yang sehat? Tentu mungkin dilakukan, tak banyak perantau bahkan memiliki kondisi keuangan yang baik dan teratur.
Sebelum kamu memahami bagaimana cara mengatur keuangan untuk para perantau, pastikan kamu tidak melakukan kesalahan yang biasa terjadi pada anak rantau.
Mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh perantau sebelumnya, membuat Sobat Finansialku belajar dan sebaiknya tidak masuk ke dalam lubang yang sama ya.
Simak penjelasan berikut ini:
Kesalahan yang Dilakukan Anak Rantau
Kalau kamu saat ini akan merantau saya harap kamu sudah membaca pembahasan artikel ini ya, agar tidak terjebak dari kesalahan yang sama dari para perantau yang sama.
Jika saat ini kamu ingat ada temanmu yang akan merantau, kamu bisa memberikan informasi pada artikel ini kepada teman-teman Sobat Finansialku.
Kesalahan yang dilakukan anak rantau bermula dengan niat kecil dan ketidaksengajaan, namun berakhir kebiasaan dan sulit untuk merubahnya.
Hal apa sajakah itu? Cek penjelasannya berikut ini:
Ikut-Ikutan
Bisa dimengerti perasaan yang dialami para perantau, sendirian, harus bisa cepat beradaptasi dengan sekitar, harus cepat dan mudah membangun relasi, dsb.
Dikarenakan tuntutan itu, para perantau sering sekali “ikut-ikutan” agar bisa diterima masyarakat di wilayah tersebut.
Mengikuti gaya hidup di wilayah yang ditempati para perantau terkadang membuat keuangan tidak teratur, dan terlebih lagi kebiasaan-kebiasaan yang diikuti mempengaruhi keuangan para perantau.
Contoh, kita sebut saja Akbar adalah seorang perantau dari Padang, yang ditempatkan kerja di Jakarta.
Bekerja di café tidak biasa dilakukan di kampung halaman Akbar, namun di Jakarta kebutuhan untuk bekerja di café, bertemu klien di café membuat Akbar memiliki kebiasaan baru, yaitu membeli secangkir kopi dan sedikit camilan, dalam satu minggu akbar bisa menghabiskan tiga hari untuk bekerja di café, satu kali ke café Akbar menghabiskan paling sedikit Rp 75.000.
[Baca Juga: Gaji Kecil Enggak Boleh Beli KOPI MAHAL? Siapa Bilang?!]
Akbar merasa ke café bukanlah kebiasaannya, namun karena hal ini adalah kegiatan yang sangat sering dilakukan para warga Jakarta membuat Akbar harus mengikuti kebiasaan-kebiasaan tersebut.
Terlebih lagi bekerja di café bukan hanya sekedar “gaya” tapi menjadi kebutuhan.
Seringnya kebiasaan ini membuat Akbar menjadi impulsif untuk jajan dan membeli sesuatu di café yang dia datangi setiap hari, hal itu membuat keuangan Akbar menjadi tidak teratur.
Mengambil Utang
Banyak dari para perantau memiliki kesalahan dalam mengatur keuangan, dan salah satu hal yang sering dialami para perantau adalah impulsif mengambil utang yang sifatnya konsumtif, seperti kartu kredit, yang tujuannya hanya untuk memenuhi gaya hidup saja.
Mengambil utang konsumtif hanya membuat utang menumpuk dalam waktu yang singkat dengan tingkat suku bunga yang tinggi, dan mempersulit kamu di kemudian hari untuk membayarnya.
Terlebih lagi saat ini ada godaan pinjaman online, para perantau dengan mudah melakukan pengajuan pinjaman dalam nominal yang kecil, namun jika dikumpulkan akan menjadi banyak dan menjebak para perantau untuk menghabiskan penghasilannya, dengan kebiasaan-kebiasaan konsumtifnya.
[Baca Juga: Cara Melunasi Utang Ratusan Juta Dengan Tips Jitu Berikut Ini]
Gaya Hidup YOLO (You Only Live Once)
Gaya hidup YOLO (You Only Live Once) tidak hanya disukai oleh para perantau saja, fenomena YOLO menempel juga dikalangan millennial.
Banyak kesempatan untuk para perantau merasa hidup hanya sekali, apalagi saat ini sedang merantau jadi tidak salah jika rasanya menikmati hidup tanpa harus mengatur keuangan di wilayah yang sedang ditempati oleh perantau saat itu.
Menghambur-hamburkan tidak ingin menabung dan berinvestasi seolah hal yang dilakukan orang-orang yang memilih YOLO.
Mereka enggan diatur dan ingin sebebas mungkin untuk memilih hidup yang santai untuk dinikmati tanpa ada rasa bertanggung jawab untuk mengatur keuangannya.
Namun, hal tersebut menjadi pilihan apakah kita ingin melakukan kesalahan-kesalahan yang dialami para perantau sebelumnya atau memilih jalan yang rapi dalam keuangan.
Untuk membuktikan para perantau tidak melakukan kesalahan yang sering dialami para perantau lainnya, simak enam cara perantau mengatur keuangan:
Mengatur Keuangan untuk Anak Rantau Pemula
Ada kesalahan pasti ada kebenaran. Apa yang harus kita lakukan agar tidak terjebak dalam kesalahan-kesalahan yang bisa menjerat?
Ini dia tipsnya supaya keuangan baik dan bisa mengangkat kita menuju sukses.
Memiliki Tujuan Keuangan yang Jelas
Banyak diantaranya para perantau tidak mengetahui tujuan yang pasti dalam keuangan. Tujuan keuangan yang jelas membuat kamu memiliki target dan bertanggung jawab untuk mencapainya.
Langkah pertama kamu harus menyesuaikan terlebih dahulu, apa tujuan awal kamu merantau, apakah kuliah dengan beasiswa, ditugaskan karena dinas kantoran, atau keinginan sendiri untuk memiliki kemampuan finansial yang lebih baik.
Setelah kita memahami posisi kita sebagai apa saat ini, maka akan lebih mudah untuk kamu membuat tujuan keuangan.
Setiap perantau memiliki timeline sampai berapa lama kamu akan tinggal di wilayah tersebut, saat kamu sudah memiliki tujuan keuangan.
Buatlah ketetapan selama kurun waktu tersebut dan kamu bisa memanfaatkan dengan baik dalam membuat perencanaan keuangan.
Sesuaikan kembali antara posisi saat ini, tujuan dan instrumen apa yang cocok digunakan, jika kamu sudah membuat perencanaan keuangan seperti itu, setiap risiko yang muncul akan terukur dan tujuan keuangan dapat dicapai.
[Baca Juga: Komik: Pahami dan Ikuti Tips Smart Membuat Tujuan Keuangan]
Contoh cerita kasus Akbar di atas, dia adalah seorang perantau dengan kondisi merantau untuk bekerja dan mencari kondisi ekonomi yang lebih baik di kota Jakarta.
Akbar akan tinggal di Jakarta kurang lebih 3-5 tahun, maka memanfaatkan timeline 3-5 tahun itulah Akbar bisa mencapai tujuan keuangannya.
Kritis dalam Membeli Sesuatu
Dikarenakan perantau identik dengan berjuang ke tempat orang dan sendiri, maka dalam mengeluarkan uang atau dalam membeli sesuatu sebaiknya kritis.
Kritis disini artinya adalah mempertimbangkan matang-matang atas suatu hal yang ingin dibeli, jangan sampai impulsif untuk membeli sesuatu dan barang yang dibeli tidak bermanfaat.
Gunakan skala prioritas dalam membeli sesuatu, pisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Jika memang barang tersebut tidak begitu penting maka jika kamu hendak membelinya hal tersebut hanya akan membuat dirimu boros.
Kritis dalam membeli membuat para perantau disiplin dan memikirkan setiap efek dari tindakannya. Jadikan sikap kritis sebagai jiwa perantau kamu ya.
Melakukan Segala Sesuatunya Sendiri
Sebagai perantau ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan sendiri namun ada juga yang bisa dilakukan menggunakan jasa pelayanan.
Contohnya, mencuci pakaian, kamu tidak perlu memberikan penjatahan keuangan setiap bulan untuk menggunakan jasa laundry jika saat ini kamu memutuskan untuk melakukannya sendiri.
Memasak makanan untuk keseharianmu, bisa saja kan saat ini kamu order makanan melalui online namun jika ongkos kirim bernilai Rp10.000 untuk satu kali pengiriman dan kamu makan tiga kali sehari, maka total ongkos kirim makanan yang perlu kamu keluarkan bisa setara biaya satu kali makanmu saat ini.
Kebayang tidak jika kamu masak sendiri, maka ada beberapa bagian pengeluaran yang bisa kamu simpan untuk ditabung atau diinvestasikan.
Belajar Investasi dan Disiplin Menabung
Setelah mencari alternatif untuk tidak boros, saat ini ada hal yang menjadi penting untuk dilakukan para perantau. Memiliki kebiasaan menabung, dan berinvestasi. Mengapa hal ini menjadi sangat penting?
Jika para perantau selalu menabung dan berinvestasi, tanda nya bahwa para perantau memiliki pemikiran untuk maju ke depan dan ingin menumbuhkan kebiasaan baik dalam keuangannya.
Investasi bersifat memenuhi tujuan keuangan jangka panjang, sedangkan menabung untuk memiliki rasa aman dalam hal-hal yang tidak pasti atau darurat.
Jadi dengan berinvestasi dan menabung kamu dirasa lebih siap untuk kehidupan yang tidak pasti yang bisa saja dialami oleh para perantau dan menjadi lebih siap untuk menjaga kondisi keuangan di posisi darurat.
Pelajari bagaimana mengatur keuangan dan investasi melalui adviser Finansialku di konsultasi.finansialku.com atau chat langsung melalui aplikasi Finansialku premium.
Download Aplikasi Finansialku Sekarang!!
Dapatkan potongan Rp 50 ribu untuk berlangganan aplikasi Finansialku premium selama satu tahun dengan kode voucher WEBTAHUNAN.
Jadi kamu hanya perlu mengeluarkan Rp 300 ribu atau kurang dari seribu rupiah sehari untuk siap menghadapi masa depan dengan perencanaan keuangan yang baik dan benar bersama Finansialku.
Menerapkan Kehidupan Minimalis
Sebagai perantau tidak menghambur-hamburkan uang maupun barang menjadi kunci yang bisa diterapkan selanjutnya.
Sebaiknya pilih kehidupan minimalis, pertimbangkan faktor cepat berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya membuat kehidupan minimalis menjadi saran yang sangat dianjurkan sebagai perantau.
Jika kita mengutip dari Marie Kondo, salah seorang penulis buku Minimalism, “Discard everything that doesn’t spark joy” jadi tidak ada manfaatnya jika kita membiarkan barang-barang yang memang tidak berarti untuk kita.
Mencari Penghasilan Sampingan
Terakhir adalah mencari penghasilan sampingan, untuk dapat bisa memiliki penghasilan lebih yang bisa ditabung dan diinvestasikan seperti hal-hal yang sudah disampaikan sebelumnya.
Maka caranya memiliki penghasilan yang lebih untuk menabung dan berinvestasi.
Jika saja saat ini penghasilanmu hanya bisa menutupi kebutuhan kamu saja, maka memiliki penghasilan tambahan menjadi alternatif yang perlu kamu ambil.
Kunci dari manajemen keuangan adalah memangkas pengeluaran yang tidak penting dan menambah penghasilan.
Jika memangkas pengeluaran sudah dilakukan, maka hal lainnya adalah menambah penghasilannya, agar kamu bisa memiliki tabungan dan investasi tambahan.
Mencari penghasilan sampingan juga menjadi alternatif bagi para perantau untuk lebih leluasa dalam menjalani pengeluaran setiap bulan.
Kamu bisa ikutan online course GRATIS untuk mempelajari seni menambah pemasukan berikut ini.
Menjadi Perantau Tidaklah Mudah Namun Tidaklah Sulit
Menjadi seorang perantau memang banyak tantangannya, tidak bisa saya katakan mudah, namun tidak juga menjadi hal yang sulit untuk dilakukan.
Terlebih lagi jika kamu sudah melek secara finansial maka merantau menjadi sarana kamu untuk bisa disiplin dalam mengatur keuangan.
Jika kamu saja sudah bisa berhasil menjadi perantau yang jago mengatur keuangan maka kamu bisa ditempatkan dimana saja, dan berhasil menjadi sosok yang tangguh menghadapi tantangan.
Sobat Finansialku punya kerabat atau teman yang saat ini sedang merantau? Share artikel ini supaya semakin banyak perantau yang melek finansial dan bisa merencanakan tujauan keuangan mereka ya. Terima kasih sudah membaca artikel finansialku kali ini dan nantikan artikel berikutnya!
Editor: Eunice Caroline
Sumber Referensi:
- Glints.com – https://bit.ly/3iTjxSy
- Accurate.partners – https://bit.ly/3xUUXET
- Amartha.com – https://bit.ly/3iYRNMp
dilema besar