Pelit dan irit kadang hanya dibedakan dengan satu garis tipis. Jangan sampai menyiksa diri sendiri demi mencapai tujuan keuangan ya Sobat Finansialku.
Gaya Hidup Konsumtif Demi Kesenangan Sesaat
Perubahan sangat cepat terjadi di sekitar kita, dari gaya hidup, hobi hingga tren berpakaian. Pebisnis melihat perubahan yang terjadi, terutama di kalangan anak muda sebagai satu peluang dalam menciptakan barang maupun jasa.
Mulai dari berbagai model pakaian baru yang cepat berganti, hingga modifikasi makanan sehingga menciptakan nama baru dari sisi kuliner.
Saat tren minum kopi berkembang, bermunculan pula berbagai coffee shop yang bisa ditemukan hampir di setiap jalan.
Demikian juga soal makanan, sebut saja aneka makanan dengan menggunakan saus mentai, dessert box, seblak, hingga croffle.
Dari segi gaya hidup dan hobi pun seperti itu, pada saat mulai tren sepeda, rasanya hampir setiap orang yang kita kenal mengikuti tren tersebut.
Bermunculan komunitas bersepeda, produk sepeda hingga sepeda itu sendiri yang harganya bisa melambung tinggi akibat banyaknya permintaan.
Rasanya takut menjadi makhluk asing jika tidak mengikuti perkembangan tren dan menambah kebanggaan bila menjadi orang yang mengikuti apa yang sedang hype dan kekinian.
Memamerkannya di sosial media agar mendapat pengakuan dari lingkungan dan kesenangan sesaat
Fenomena ini bisa jadi merupakan sindrom FOMO (Fear of Missing Out) yang banyak terjadi terutama pada generasi muda.
[Baca Juga: Gara-Gara FOMO, Setengah Uang GAJI LUDES Dalam Sehari!!]
Terlebih dengan makin berkembangnya sosial media, banyak dari kita ingin menjadi yang pertama mengetahui apa yang para influencer maupun public figure lakukan, termasuk apa saja yang menjadi tren saat ini.
Mengikuti apa yang menjadi tren kerap dilakukan anak muda agar tidak disebut kudet (Kurang Update). Tidak heran, dengan kondisi pandemi sekalipun tingkat konsumsi di Indonesia masih bisa dikatakan cukup baik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga pada kuartal II Tahun 2021 di Indonesia tumbuh sebesar 5,93% dibandingkan dengan data pada tahun sebelumnya.
Seiring dengan program vaksinasi dan pelaksanaan protokol kesehatan, saat ini masyarakat lebih yakin dalam melakukan aktivitasnya secara normal, walaupun masih ada pembatasan.
Hal itu juga yang membuat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada kuartal II-2021 tercatat sebesar 104,42 poin, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini termasuk di dalamnya kelompok makanan minuman dan tembakau, sandang, suku cadang, asesoris, bahan kendaraan, dan barang lainnya.
Pada satu sisi konsumsi yang Sobat Finansialku lakukan sebenarnya bisa menjaga keuangan negara, namun di sisi lain perlu juga memperhatikan pengeluaran yang dilakukan agar tidak mengganggu keuangan pribadi.
Pelit vs Irit Itu Beda Tipis
Pernahkah Sobat Finansialku melihat orang yang selalu bawa bekal makanan dan minuman di tempat kerja?
Atau apakah Sobat Finansialku memiliki teman atau keluarga yang masih menggunakan sepatu atau tas yang sudah rusak dan kelihatan tidak layak pakai?
Sementara kedua orang tersebut sebenarnya memiliki kemampuan keuangan yang cukup, seperti memiliki pekerjaan, penghasilan dan bisa membeli kebutuhan tanpa kesulitan apa-apa.
Lalu apa yang membedakan dari keduanya?
Orang Irit Teliti Dalam Menggunakan Uang
Pada golongan orang irit, mereka akan sangat cermat menggunakan uangnya. Bukan berarti tidak mau mengeluarkan sama sekali, namun mereka bisa membedakan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan.
Untuk memenuhi kebutuhannya tentu mereka akan mengeluarkan uang, karena mereka menyadari betul uang yang mereka hasilkan adalah untuk memenuhi kebutuhan.
Seperti misalnya sepatu atau baju atau tas yang sudah rusak dan tidak bisa dipakai. Orang irit tidak menahan diri untuk mengganti dengan yang baru, namun ia akan teliti dalam memilih barang tersebut dan disesuaikan dengan peruntukannya.
Orang Pelit Tidak Mau Mengeluarkan Uang Walaupun Untuk Kebutuhannya Sendiri
Bagi orang pelit, mengeluarkan uang adalah hal yang sangat sulit. Bahkan dalam memenuhi kebutuhannya sekalipun mereka enggan untuk mengeluarkannya dan berharap bisa mendapatkan sesuatu secara gratis agar uangnya tidak terpakai.
Seringkali pada orang pelit, mereka merasa tidak bahagia karena tidak menikmati hasil jerih payahnya.
Sedangkan pada orang irit, mereka mau mengeluarkan uang bahkan berbagi dengan orang lain, tentunya dengan melihat kebutuhan serta kondisi yang ada.
Orang Pelit Selalu Berkata Tidak Punya Uang, Supaya Uangnya Tidak Habis
Pernyataan yang sering keluar dari mulut orang pelit adalah bahwa dirinya tidak memiliki uang. Walaupun sebenarnya, dia memiliki uang yang banyak di dompet atau rekeningnya.
Dengan begitu dia akan merasa aman karena uangnya tidak habis karena digunakan, dipinjam, atau diminta oleh orang lain.
Orang Irit Tidak Mau Menahan Lapar, Tapi Orang Pelit Rela Menahan Lapar Demi Mempertahankan Uangnya
Bahkan untuk urusan perut, orang pelit rela menahan lapar agar uangnya tidak terpakai. Padahal itu adalah kebutuhan mendasar dan berkaitan dengan diri sendiri.
Pada orang irit, mereka bisa dengan cermat menggunakan uangnya. Bahkan mereka seringkali sudah memikirkan dampak ke depannya, misalnya seperti mereka memilih untuk memasak dan membawa bekal, selain lebih sehat dan higienis juga bisa menghemat pengeluaran.
Orang Pelit Berpatokan Pada Harga, Bukan Kualitas
Seringkali dalam membelanjakan uangnya, orang pelit hanya melihat harga tanpa memperhatikan kualitas dari barang yang dibeli.
Misalnya dalam membeli sebuah baju, yang dilihat adalah harganya murah namun tidak memperhatikan kualitas seperti jenis bahan, jahitan maupun masa pakai baju tersebut.
Sedangkan orang irit, menyadari betul bahwa uang yang dibelanjakan haruslah untuk barang yang bermanfaat termasuk kualitas dari barang yang dibeli.
Mereka tidak keberatan membeli sebuah barang dengan harga yang lebih mahal namun memiliki kualitas yang lebih baik. Sehingga barang tersebut tidak mudah rusak dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Orang Irit Memiliki Tujuan Keuangan Dalam Menabung, Sedangkan Orang Pelit Tidak Tahu Tujuan Keuangannya
Menabung bagi orang irit adalah jalan untuk mencapai tujuan keuangannya. Mereka mengetahui berapa target yang harus mereka capai, sehingga mereka bisa berhemat dan mengalokasikan uangnya ke tabungan sesuai dengan rencana yang sudah disusun.
Sebaliknya, pada orang pelit mereka hanya menyimpan uangnya tanpa memiliki rencana yang jelas.
Yang mereka tahu hanya ingin agar uangnya terus bertambah, namun saat uangnya sudah banyak mereka tidak tahu akan digunakan untuk apa uang tersebut.
Orang Pelit Tidak Mau Uangnya Berkurang Sedikit Pun, Orang Irit Merasa Santai
Orang pelit tidak mau uangnya berkurang sedikit pun. Bahkan kehilangan uang Rp 1.000 akan menjadi pikiran berhari-hari bagaikan kehilangan uang jutaan rupiah.
Bagi mereka yang irit, kehilangan uang bukan hal yang menjadi masalah selama uang tersebut memang digunakan untuk hal yang bermanfaat dan dibutuhkan.
Saat Meminjam Uang, Orang Irit Memberi Waktu, Sedangkan Orang Pelit Terus Menagih
Jika ada yang meminjam uang, mereka yang irit akan memberikan waktu dan memahami kondisi peminjam.
Sedangkan orang pelit akan terus menagih tanpa mempedulikan kondisi orang yang meminjam uang.
Orang pelit seringkali merasa ketakutan dan beranggapan uangnya akan hilang jika tidak segera dikembalikan.
Jadi, apakah Sobat Finansialku memiliki pengalaman dengan orang pelit maupun orang irit seperti penjelasan di atas? Atau mungkin Sobat Finansialku termasuk ke dalam salah satu golongan tersebut.
Selanjutnya masih kita bahas bagaimana supaya kita tidak pelit terhadap diri sendiri dalam mengatur keuangan pribadi.
Agar Tidak Pelit Dalam Mengatur Pengeluaran
Mengatur pengeluaran adalah cara terbaik dalam menjaga kesehatan dari keuangan Sobat Finansialku. Tidak perlu sampai menjadi pelit demi menjaga agar uang tidak habis, tapi malah berdampak buruk pada keuangan di masa yang akan datang.
Misalnya Sobat Finansialku memilih untuk mengkonsumsi mie instan demi menghemat uang, namun di kemudian hari malah berakibat buruk pada kesehatan dan malah mengeluarkan lebih banyak uang karena sakit dan harus berobat ke rumah sakit.
Bersikap cermat dan hemat itu penting, namun jangan berlebihan dan ujung-ujungnya jadi merugikan diri sendiri.
Berikut beberapa langkah yang bisa sobat finansialku lakukan agar tidak menjadi golongan pelit dalam mengatur keuangan.
Membuat Rencana Keuangan Dengan Tujuan Keuangan Yang Jelas
Langkah pertama yang Sobat Finansialku dapat lakukan adalah membuat rencana keuangan yang jelas. Apa saja yang ada dalam rencana keuangan tersebut? Masukan jumlah penghasilan, pengeluaran, serta tujuan keuangan yang ingin dicapai.
[Baca Juga: Komik: Pahami dan Ikuti Tips Smart Membuat Tujuan Keuangan]
Misalnya Sobat Finansialku memiliki tujuan ingin membeli mobil di tahun depan, maka masukan itu sebagai tujuan keuangan.
Hitung target yaitu perkiraan harga mobil yang ingin dibeli, lalu bagi dengan jangka waktu menabung sehingga kita bisa dapatkan berapa yang harus dikumpulkan dalam periode per bulannya.
Jika ingin menggunakan fasilitas pembiayaan kredit dari bank maupun lembaga pinjaman lainnya, Sobat Finansialku bisa mencari informasi berapa uang muka (DP) yang harus dibayarkan serta berapa cicilan per bulannya.
Dari angka tersebut, masukan ke dalam kondisi sekarang apakah sudah memungkinkan atau belum sehingga memerlukan rencana untuk menabung atau investasi terlebih dahulu.
Sobat Finansialku bisa gunakan fasilitas Financial Health Check-up (cek kesehatan keuangan) yang tersedia di aplikasi Finansialku dan bisa diakses secara gratis untuk tahu kondisi keuangan kita.
Setelah melakukan Financial Health Check-up, konsultasikan pada CFP (certified Financial Planner) untuk dibantu dalam perbaikan atau memaksimalkan uang kita.
Sobat Finansialku juga bisa konsultasikan rencana atau keinginan kita untuk membeli sesuatu, seperti beli mobil, karena para CFP bisa bantu kamu mewujudkannya.
Selain melalui aplikasi, Sobat Finansialku juga bisa konsultasi langsung dengan buat janji melalui whatsapp Finansialku.
Menerapkan Budgeting Dalam Mengatur Uang
Agar tidak mudah boncos dalam mengelola uang, Sobat Finansialku perlu selalu menerapkan budgeting atau membuat anggaran bulanan.
Buat beberapa pos pengeluaran seperti pengeluaran yang wajib, kewajiban atau utang, serta tidak lupa pengeluaran yang sifatnya hiburan.
Gaya hidup hemat bukan berarti kita perlu menyiksa diri dan tidak menikmati uang hasil keringat. Melakukan hobi merupakan salah satu self-reward yang bisa kita lakukan untuk menjaga produktivitas.
Eits, tapi jangan kebablasan yaa… Perlu ada batasan agar keuangan tetap terjaga.
Sobat Finansialku bisa mengikuti tips dari Mimin Finansialku di video berikut ini.
Bisa Membedakan Antara Kebutuhan Dan Keinginan
Ini yang seringkali menjadi kesulitan terbesar milenial dalam mengatur keuangan. Perlu pertimbangan yang matang saat Sobat Finansialku ingin membelanjakan uangnya. Apakah memang butuh atau keinginan sesaat saja?
Sebaiknya tidak membandingkan dengan orang lain, karena kebutuhan dan keinginan seseorang sangat subjektif serta berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
Bisa saja sebuah laptop dengan spesifikasi terbaru adalah kebutuhan bagi seseorang yang memang pekerjaannya membutuhkan spesifikasi laptop tertentu.
Namun bagi orang lain yang pekerjaannya tidak mengharuskan menggunakan laptop, hal tersebut tidak menjadi kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi.
[Baca Juga: Mau Tahu Cara Supaya Lebih Hemat? Simak Istilah Buyerarchy]
Menjalankan Gaya Hidup Hemat Dan Minimalis
Jika Sobat Finansialku perhatikan, banyak milyarder yang menjalankan gaya hidup sederhana dalam kesehariannya. Menggunakan baju dengan warna dan model yang sama setiap hari atau menggunakan mobil yang sama selama bertahun-tahun.
Mereka tidak malu untuk memperlihatkan gaya hidup sederhana walaupun dengan uang di rekeningnya sebenarnya mereka mampu untuk hidup mewah dan berlimpahan.
Gaya hidup sederhana dan minimalis juga banyak diadopsi saat ini. Selain menjaga keuangan tetap sehat, juga mampu meningkatkan produktivitas.
Bagi para miliarder, waktu adalah aset yang sangat bernilai.
Dengan gaya hidup minimalis mereka, tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk beres-beres rumah serta mempersingkat waktu dalam mengambil keputusan, misalnya dalam memilih memakai baju apa hari ini.
Dengan begitu waktu yang dimiliki bisa dialokasikan untuk memikirikan hal lain yang lebih bermanfaat.
Tidak Mudah Tergoda Mengikuti Tren
Perkembangan tren terutama di kalangan anak muda, muncul dan hilang dengan sangat cepat.
Bisa jadi hari ini kegiatan bersepeda merupakan hobi kekinian hampir di setiap golongan, namun belum tentu dua atau tiga tahun lagi. Termasuk juga tren tanaman hingga koleksi batu kristal yang meroket beberapa tahun terakhir.
Seiring waktu tren yang ada semakin berkembang dan bermunculan tren baru yang tidak akan ada habisnya.
Bukan hal yang salah mengikuti perkembangan tren, namun yang perlu diperhatikan adalah jika kita bukan hanya mengikuti tapi juga mengkonsumsi produk kekinian tanpa memperhatikan kondisi keuangan kita.
Salah satu contohnya adalah boleh saja mencoba croffle di coffee shop baru, tapi masukan itu ke dalam budgeting kita.
Sesuaikan juga dengan kepribadian dan kesukaan kita. Jangan paksakan mengikuti tren demi ingin dianggap kekinian, jika itu tidak sesuai dengan diri kita dan kita tidak menyukainya.
[Baca Juga: Kamu Boros? 5 Hal Mendasar Ini Bikin Gaji Kamu Cepat Habis]
Hidup Hemat Tanpa Menyiksa Diri
Dalam mencapai tujuan keuangan, target kita adalah bagaimana caranya mencapai tujuan tersebut tanpa mengorbankan diri.
Langkah yang bisa kita lakukan, tentunya dengan membuat perencanaan keuangan yang baik dan menjalankan anggaran (budgeting) agar keuangan bisa tetap sehat.
Memang baik kita memikirkan masa depan, namun jauh lebih baik jika kita memikirkan apa yang terjadi pada masa sekarang.
Percuma saja, kita menahan pengeluaran jika nantinya bukannya tujuan keuangan yang tercapai malah dampak buruk yang kita dapatkan karena menyiksa diri sendiri.
Sobat Finansialku, tidak perlu sampai menyiksa diri dalam mengatur keuangan. Mengatur keuangan sangat mudah, bisa sobat finansialku lakukan melalui Aplikasi Finansialku.
Ayo coba sekarang dan rekomendasikan ke teman dan keluarga akan mereka bisa mendapatkan manfaat.
Editor: Eunice Caroline
Sumber:
- Tempo.co. 7 Agustus 2021. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II-2021 Tertinggi Sejak 17 Tahun. Tempo.co – https://bit.ly/3ifOP5b
dilema besar