Gila! Ternyata Pemikiran Gue Ini Bikin Satu Generasi Tekor 7 M!

Gila! Ternyata Pemikiran Gue Ini Bikin Satu Generasi Tekor 7 M!

Kalau gue enggak ketemu teman gue malam itu, anak gue bakalan rugi Rp 7 miliar!! Untung gue sadarnya cepet! Lo juga sadar hal ini, enggak?

 

Rubrik Finansialku

 

Mindset Lama Para Orang Tua Indonesia yang Berbahaya

“Terus? Emang lo mau anak lo telat kawin?”

Kata-kata itu masih keputer di otak seperti kaset rusak sejak tadi malam.

Dan ini bikin gue enggak bisa berhenti berpikir, nanti…. kalau anak gue belum nikah di usia 40 tahun cuma gara-gara gue…. gimana???

Gue aja, yang nikah 30 tahun, dapet anak satu bersyukur banget! Terus, nanti dia gimana? Enggak punya keturunan, gitu?

“Tapi.. Bukannya memang itu tugas anak, ya?” Gue inget banget, pertanyaan itu terlontar secara alami dari alam bawah sadar gue setelah mendengar kata-kata temen gue di atas.

“Jadi lo mau beneran anak lo telat kawin gara-gara duit dia abis buat biayain lo?” Jawaban itu jujur menampar gue.

“Sekarang, gue tanya, orang tua lo emang minta dibiayain?” Gue menggeleng menjawab pertanyaan itu.

“Terus kenapa lo ngotot banget anak lo kudu biayain tetek bengek lo di hari tua nanti?”

Iya, kenapa, ya? Apakah…. karena gue juga melakukan hal yang sama?

“Karena lo juga begitu ke orang tua lo? Itu, ‘kan kemauan elo!” Tunggu! Kok dia bisa baca pikiran gue?!

“Lo pikir lo capek-capek ngelahirin anak buat dijadiin investasi masa tua lo? Kalau gitu, kasian banget anak lo! Enggak minta dilahirin, tapi wajib biayain masa tua orang tuanya! Kudu rela telat kawin, lagi!” Jawab teman gue sambil menyeruput minuman yang dipesannya.

Bukankah memang tugas anak seperti itu, ya? Sebagai bentuk membalas budi atas perjuangan orangtua membesarkannya.

“Membesarkan dan mengurus anak adalah tugas lo sebagai orang tua. Kalau elo ingin menjadikan perjuangan lo memenuhi kewajiban mengurus anak untuk membenarkan pola pikir konservatif itu, mending dari awal enggak usah punya anak! Enggak usah nikah sekalian!” Gila, gue berani bersumpah kalau itu adalah ucapan paling menyakitkan yang pernah gue dengar dari teman 10 tahun gue.

Terus, kalau udah tua nanti, gue harus gimana? Masih mending kalau gue mati cepet, kalau gue panjang umur? Kudu beli makan pake daun?

“Ya lo siapin lah! Ngapain harus nunggu anak lo yang biayain elo? Itu bukan kewajiban dia! Anak elo punya segudang mimpi yang harus dia wujudkan!” Sumpah. Malam itu, dia jahat banget sama gue.

Kata-katanya menusuk sanubari (halah), bikin gue enggak bisa konsentrasi saat kerja karena otak gue penuh dengan ucapan jahatnya tadi malam.

[Baca Juga: Guys! Gue Bebas Utang Pinjol 50 Juta Dalam 3 Bulan Pake Ini]

 

Eh, sampe lupa gue!

Halo! Gue Fina, Ibu muda yang baru saja selesai ambil cuti melahirkan, dan harus kembali beradaptasi dengan kehidupan 9 to 5 yang sempat terlupakan.

Percakapan di atas adalah percakapan tadi malam saat gue bertemu dengan teman gue sejak SMP.

Kangen-kangenan gitu ceritanya! Semuanya berjalan menyenangkan sampai enggak sengaja gue nyeplos, “Lagian, nanti kalau tua, anak gue pasti mau ngurusin gue, kok!

Sial! Dari ucapan yang keluar secara enggak sengaja itu, dia berhasil menyeramahi gue selama satu jam.

“Terus? Emang lo mau anak lo telat kawin?”

Dan berkatnya, gue jadi kepikiran, merasa bersalah pada anak gue, dan merasa kalau gue ini bukan orang tua yang bertanggung jawab, tapi orang tua yang minta ganti rugi atas biaya yang sudah dikeluarkan selama mengurus anak.

Sebenernya iya juga, konsep melahirkan anak itu, ‘kan bukan kayak investasi. Punya anak itu kepengennya orang tua, bukan kepengennya anak punya orang tua.

Bayangin, deh, udah enggak minta dilahirin, tapi disuruh biayain masa tua orang tua yang nilainya miliaran. Padahal, mereka punya kehidupannya sendiri.

[Baca Juga: Apa Itu Generasi Sandwich? Bagaimana Prioritas Keuangan Mereka?]

 

Topik ini juga sempet jadi perbincangan panas antara gue dan suami saat gue pulang kerja.

Ternyata, suami gue punya pemikiran yang sama dengan teman gue! Dia malah ngaku kalau selama ini dia udah mulai nyiapin dana hari tua diem-diem!!

Suami macam apa!!!!

“Abis, aku enggak mau anak kita jadi keteteran dan ninggalin mimpinya cuma buat biayain masa tua kita.” Penjelasan singkat, padat dan nonjok dari suami gue

Alasan yang sangat masuk akal!

Saking masuk akalnya, gue sampai terbengong-bengong selama bermenit-menit.

Jadi, selama ini cuma gue doang yang punya pikiran konservatif kayak gini?! Please bilang kalau bukan cuma gue yang begini!! Kalian juga, ‘kan?!!!

 

Biaya Tua yang Miliaran, Tanggung Sendiri!

Akhirnya gue memutuskan untuk interogasi suami gue. Gue menghujani dia dengan berbagai pertanyaan.

Dia kemudian menunjukkan gue data yang ada di aplikasi Finansialku, yang sudah hampir satu tahun dia pakai.

Katanya, dia pake aplikasi Finansialku ini cuma aji mumpung, karena ada promo upgrade premium.

Yang seharusnya dia bayar Rp 350.000, dia cuma bayar Rp 300.000 karena pakai kode HEMAT50. Katanya, sih, kodenya masih berlaku sama sekarang.

Ternyata, sejak pakai aplikasi Finansialku ini, keuangan keluarga dan keuangan dia jadi makin teratur.

Iya, sih, semenjak punya aplikasi itu, dia berubah jadi orang yang bijak banget. Gue sempat berpikir kalau dia ini diam-diam seorang titisan Mario Teguh.

Ternyata memang dia berubah jadi orang yang super hemat dan bijak dalam mengeluarkan uang karena pakai aplikasi Finansialku.

Bahkan, dana untuk lahirkan anak kita beberapa waktu lalu aja, dia siapin diem-diem pake aplikasi ini! Jadinya, enggak keteteran gitu. Berapapun jumlahnya enggak masalah, soalnya udah dia anggarkan.

Memang keren sekali suami saya ini, guys~~~

[Baca Juga: Taktik Sukses Berhenti Bokek Tiap Akhir Bulan Tanpa Kerja Tambahan!]

 

Oke, lanjut. Dana pensiun ini sudah dia siapkan sejak beberapa bulan ke belakang, tepat setelah anak kita berusia satu bulan.

Dan ternyata, jumlah dana pensiun yang kita butuhkan adalah……..

Jengjeng jengjeng!!!!!!

7 MILIAR RUPIAHH!!!

Enggak percaya, gue minta dia untuk mengulangi semua langkahnya dalam menghitung jumlah dana pensiun.

Jadi, pertama dia buka fitur ‘Rencana Keuangan’, terus pilih ‘Dana Hari Tua

Fitur Rencana Keuangan Aplikasi Finansialku

Fitur Dana Hari Tua Aplikasi Finansialku

Fitur Dana Hari Tua di Aplikasi Finansialku

 

Abis itu, dia mulai masukin data yang dibutuhkan oleh formulir di dalam aplikasinya. Hmmmm gampang juga! Gue pikir bakal super ribet gitu!!

Perhitungan Dana Hari Tua Aplikasi Finansialku

Hasil Perhitungan Dana Hari Tua

 

Setelah klik tombol ‘Hitung’, ternyata bener aja!!!!!! Kita butuh dana 7 miliar rupiah untuk hari tua kita!!!!

Gila!!!!!! Duit semua itu?!!!

Untungnya, di aplikasi ini, kita semacam dikasih arahan lengkap, soal berapa duit yang harus dikumpulin per bulannya, terus berapa lama kita harus ngumpulin duitnya.

Enak, deh, tau jadi pokoknya!

Gue bertekad buat mengalokasikan gajian gue sebesar Rp 750.000 per bulan untuk dana pensiun, itung-itung bantu suami gue juga.

Sejak itu, gue sadar kalau merencanakan dana pensiun itu penting banget! Kasian anak gue kalau harus menanggung masa tua gue nanti.

[Baca Juga: Seribu Perak Sehari Bisa Bantu Kamu Cicil Rumah? Seriusan?]

 

Btw, kalau lo dan pasangan lo, berapa jumlah dana pensiun atau dana hari tua yang dibutuhkan? Jumlahnya sebanyak gue enggak, sih?

 

Download aplikasi Finansialku di sini!

 

Punya pengalaman seperti ini dengan Finansialku? Yuk bagikan dalam kolom komentar! Siapa tahu kamu bisa menjadi inspirasi bagi orang lain.

Bagikan juga kisah ini pada orang-orang di sekitarmu agar mereka bisa mewujudkan impian mereka mengumpulkan dana hari tua!

 

Sumber Gambar:

  • Pic 01 – https://bit.ly/30KxKbU
  • Pic 02 – https://bit.ly/2B8sDYc
  • Pic 03 – https://bit.ly/30Kv2TA

dilema besar