‘Umur 25 tahun sudah punya apa saja?’ Kalimat tersebut membuat generasi milenial mengalami FOMO (Fear of Missing Out). Lalu, apa itu FOMO?
Simak penjelasan secara lengkap dalam artikel Finansialku kali ini. Jangan lupa baca sampai habis ya.
Umur 25 Sudah Punya Apa?
Pastinya sudah dengar dong pemberitaan yang baru-baru ini sedang viral. Jika ada pertanyaan umur 25 tahun, kamu sudah punya apa saja?
Ada yang menyebutkan bahwa di umur 25 tahun sudah punya uang 100 juta, beli mobil dengan uang pribadi, dan ada yang sudah bisa DP (down payment) rumah.
Saat dengan pernyataan-pernyataan itu, kamu merasa khawatir ngga? Takut ketinggalan dengan yang lain? Kalau iya, tandanya kamu lagi mengalami FOMO.
Apa Itu FOMO?
Fear of Missing Out (FOMO) atau rasa takut ketinggalan yang mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik daripada kamu.
FOMO sendiri semakin terasa akibat dari social media, karena melalui social media banyak orang yang membagikan kesuksesan, atau memamerkan harta, atau kebahagian secara visual yang membuat seseorang merasa ketinggalan jika tidak mengikutinya.
[Baca Juga: Gara-Gara FOMO, Setengah Uang GAJI LUDES Dalam Sehari!!]
FOMO dapat membuat Sobat Finansialku stress berkelanjutan lho, dan yang banyak mengalami stress akibat FOMO adalah millennials, kenapa?
Karena memang millennials sedang fokus untuk berkarir menuju golden age, kalau tidak mengikuti perkembangan informasi dan tidak mengikuti trend perasaan takut dan ketinggalan akan menghantui para millennials.
Apa Hubungan FOMO dengan Kondisi Keuangan?
FOMO bisa memberikan dua efek, yaitu FOMO untuk menghabiskan uang dan FOMO untuk melakukan investasi secara gila-gilaan.
Keduanya apakah baik? Tidak juga. Ingat sesuatu yang berlebihan bisa menimbulkan kecerobohan tanpa pemikiran yang matang.
Kita bahas satu persatu ya, yang pertama terkait FOMO untuk menghabiskan uang.
Untuk konteks kali ini tidak perlu diragukan banyak milennialls yang merasa takut ketinggalan jika tidak mengikuti trend yang ada, contohnya dari gadget setiap ada teknologi terbaru seputar laptop, handphone, kamera, atau smart watch ingin selalu ter-update versi terbaru.
[Baca Juga: Tidak Bijak Setiap Bulan Menghabiskan Seluruh Uang di Rekening]
Jika tidak diikuti maka perasaan tertinggal dengan teman kerja, atau teman tongkrongan akan terasa, sehingga alokasi uang akan melulu tentang gadget terbaru. Pasti kita ada kan teman si “high tech”.
Belum lagi terkait fashion, apa yang saat ini sedang digandrungi para millennials? Sneakers? Iya benar sneakers sedang disukai oleh semua kalangan. Karena FOMO, akibatnya setiap ada model sneakers terbaru rasa ingin membelinya selalu muncul.
Bahkan rela purchasing order dari luar negeri dan menunggu selama beberapa bulan agar memiliki sneakers keluaran terbaru, pasti kita juga ada kan teman si “fashionable”.
Jelas dua contoh ini, gadget dan fashion bisa membuat FOMO itu muncul dan mempengaruhi keuanganmu.
Kamu akan lebih banyak mengalokasikan keuangan untuk sekedar melakukan “validasi” rasa ketakutan dan ketinggalan jika kamu tidak memiliki gadget dan fashion terbaru.
Nah, untuk yang satu lagi adalah FOMO untuk melakukan investasi secara berlebihan tanpa mengenali risiko masing-masing individu. Eits, jangan salah ya Sobat Finansialku, investasi ga melulu baik ya, jika tidak tepat maka bisa berbalik.
[Baca Juga: Cara Atur Keuangan dan Investasi ala Generasi Milenial di Masa Pandemi]
Arti investasi apa sih, sobat finansialku? Kegiatan menanam modal agar menghasilkan return di masa depan, nah tapi kalau kita belum mengetahui risk appetite dan risk tolerance kita maka investasi bisa menjadi boomerang untuk kondisi keuangan.
Investasi itu baik, jika tepat, namun kalau kita berinvestasi hanya karena FOMO alhasil bisa menyebabkan kerugian bukan hanya uang tetapi banyak yang sampai menyerang kondisi kejiwaannya.
Sobat Finansialku, penting lho bagi kita kaum millennials untuk tahu cara mengatur dan merencanakan keuangan kita dengan baik. Nah, Sobat Finansialku bisa mempelajarinya secara gratis melalui audiobook di bawah ini.
Sobat Finansialku, ternyata FOMO terhadap investasi menyerang Rommy, salah satu pekerja di e-commerce Jakarta.
Selama pandemi Rommy dan teman-temannya tersadar betapa pentingnya investasi, namun hal tersebut diawali karena FOMO dari maraknya orang-orang yang menunjukan kondisi keuntungan dengan berinvestasi di social media.
Akhirnya saat itu Rommy memutuskan untuk berinvestasi agar mendapatkan keuntungan seperti yang lainnya.
[Baca Juga: Milenial, Jangan Asal Investasi, Kelola Penghasilanmu Dulu]
Rommy pun tidak tanggung-tanggung langsung menjadikan seluruh tabungannya ke dalam investasi. Rommy melakukan itu atas dasar FOMO, dan ingin segera mendapatkan keuntungan. Namun Rommy lupa di dalam investasi ada yang namanya risiko, dan juga terkait tujuan investasi bersifat jangka panjang.
Saat Rommy ada keperluan mendadak dan sifatnya darurat Rommy tidak memiliki tabungan, akhirnya Rommy memutuskan menarik semua investasinya dalam keadaan rugi.
Meskipun investasi harapannya adalah keuntungan di masa depan namun jika didasari FOMO hasilnya tidak baik ya, Sobat Finansialku.
Bagaimana Mengatasi FOMO, dalam Kondisi Keuangan?
Lalu pertanyaannya gimana dong mengatasi FOMO?
FOMO berasal dari rasa ketakutan akan ketertinggalan sesuatu, jadi yang bisa mengatasinya hanya diri kita sendiri ya, Sobat Finansialku.
Hal-hal yang bisa dilakukan oleh teman-teman diantaranya, adalah:
#1 Mengetahui Mana Keinginan Mana Kebutuhan
Terdengarnya klasik ya, tapi ini sangatlah penting untuk bisa self-control dengan mengetahui mana yang sifatnya keinginan mana yang sifatnya kebutuhan.
Coba saat ini jika ada yang membuat kamu merasakan ketakutan akan tertinggalnya gadget terbaru, setiap ingin membelinya coba yuk buat dulu list, apakah gadget ini adalah kebutuhan atau hanya sebatas keinginan.
[Baca Juga: Komik: Bedakan Kebutuhan dan Keinginan Supaya Kamu Ga Boros Lagi]
Jika memang kebutuhan maka akan ada budget yang dikhususkan untuk membelinya, namun jika keinginan maka silahkan alokasikan keuangan jika berlebih atau harus ada pengganti dari keinginan lainnya.
Misalnya, kamu FOMO terhadap sneakers terbaru, namun itu hanyalah keinginan saja, jadi misal budget mana yang kira-kira bisa menggantikan alokasi sneakers tersebut, contoh pembelian sneakers diambil dari budget liburan kamu.
Hal ini akan membuat tujuan utama keuangan kamu tetap berjalan dengan lancar, dan memiliki tanggung jawab atas setiap tindakan yang ada.
#2 Rather Do Research, than Being Impulsive
Siapa di sini yang membiasakan melakukan sedikit penelitian atau research sebelum mengambil keputusan?
Wah kalau Sobat Finansialku sudah melakukan ini hebat sekali lho, jadi punya keputusan yang matang dalam setiap kesempatan.
Hal tersebut baik jika diterapkan dalam keuangan ya, tapi bukan berarti saat parkir di supermarket untuk bayar Rp 2.000 kita mikir dan lama ambil keputusan ya.
Hal ini berlaku untuk keputusan-keputusan keuangan yang sifatnya dapat mempengaruhi kondisi keuangan.
[Baca Juga: Impulsive Buying (Pembelian Impulsif) + Solusinya]
Kita ambil contoh ya, jika memang kita ingin membeli gadget, kita lakukan research dulu nih mulai dari kualitasnya, spec, dan juga brand nya.
Nah untuk membelinya kita juga buat research terhadap keuangan juga ya, mau dilakukan secara cash atau cicilan.
Jika cicilan akan menggunakan kartu kredit apa, bagaimana untuk pelunasannya apakah rasio cicilan hutang masih masuk kedalam pengeluaran wajib kita, dsb.
Tujuannya untuk apa sih? Ya jelas, kamu jadi tidak ada penyesalan atau langkah-langkah yang salah dalam mengambil keputusan keuangan ya, Sobat Finansialku.
Bayangkan jika kita ingin membeli rumah dengan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) atau ingin membeli mobil dengan KPM (Kredit Pemilikan Mobil) namun tidak melakukan research. Pastinya hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi keuangan saat itu.
Rasa Takut Tidak Perlu Dihindari
Tidak bisa dipungkiri FOMO memang menghantui kita para millennials. Tapi bukan berarti kita larut untuk terus-menerus takut akan ketertinggalan yang sifatnya bahagia, dan kesuksesan.
Tanpa melihat hal tersebut secara menyeluruh, dan terlebih lagi jika tidak disesuaikan dengan kondisi diri masing-masing.
Rasa takut itu boleh-boleh saja, bahkan dibutuhkan, kamu tidak perlu menghindarinya.
Jika tidak ada rasa takut maka tidak ada dorongan untuk melakukan hal lebih baik, namun jika rasa takut itu berubah menjadi suatu kebiasaan maka hal tersebut perlu diwaspadai ya.
Kalau kamu tidak ada rasa takut tentang hari tua, mungkin sekarang kita tidak ada keinginan melakukan investasi untuk dana pensiun.
Jika tidak ada rasa takut akan kejadian yang diluar kehendak kita, mungkin saat ini Sobat Finansialku tidak mau punya tabungan yang sifatnya darurat.
Jadi, jika dihubungkan dengan keuangan, FOMO ini sangat erat ya, Sobat Finansialku. Rasa takut tadi bisa menimbulkan hal positif namun jika berlebihan hal tersebut berbalik menjadi sifatnya ceroboh.
Yuk, konsultasikan kondisi keuanganmu dengan financial advisor dari Finansialku, dan daftarkan dirimu melalui email di solusi@finansialku.com
Jadi, Sobat Finansialku sudah tahu kan bagaimana mengatasi FOMO dalam kehidupan kita kaum milenial. Hal terpenting adalah kamu mengetahui bagaimana kondisi keuanganmu ya. Yuk share pengalamanmu pada kolom komentar di bawah ini.
Jangan lupa bagikan artikel ini pada teman-teman dan saudaramu sesama kaum milenial. Agar mereka juga dapat mengatasi FOMO yang menghantui kita generasi milenial. Terima kasih.
Editor: Maria Christianti
Sumber Referensi:
- Patrick Trusto Jati Wibowo. 23 Maret 2021. Apa Itu Fear of Missing Out (FoMO)? Wartaekonomi.co.id – https://bit.ly/3xyFnz9
Sumber Gambar:
dilema besar