Finansialku Podcast Eps 74 – Menyiapkan Dana Pendidikan adalah Tanggung Jawab Orangtua

Finansialku Podcast Eps 74 – Menyiapkan Dana Pendidikan adalah Tanggung Jawab Orangtua

Gimana sih cara menyiapkan dana pendidikan untuk anak? Yuk simak artikel berikut ini, karena kita akan membahas hal penting tentang dana pendidikan anak.

Selamat membaca.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Finansialku Planner

 

Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Topik yang akan kita bahas kali ini bakalan seru dan penting banget, khususnya buat keluarga muda, yaitu menyiapkan dana pendidikan adalah tanggung jawab orang tua!

Selain itu kita juga akan menjawab curhatan dari salah satu sobat Finansialku mengenai investasi yang cocok untuk menyiapkan dana pendidikan anak.

 

Sebelum bahas lebih detail, Sobat Finansialku dapat mengirimkan pertanyaan atau curhat keuangan melalui fitur TANYA PERENCANA KEUANGAN di Aplikasi Finansialku. Jangan lupa kasih hashtag #CURHATKEUANGAN

 

Salah satu curhatan kali ini adalah,

“Hallo Mas Melvin… mau nanya mengenai investasi emas untuk dana pendidikan anak, apakah lebih baik di emas atau asuransi pendidikan ya? Terimakasih jawabannya ya Mas…”

 

Jadi langsung saja kita bahas ya… jawaban Melvin,

#LetMeShareMyView

Hi Bunda, pertanyaan kamu adalah pertanyaan yang paling banyak dipertanyakan oleh orang tua, apakah emas atau asuransi pendidikan?

Yap… orang tua biasanya memikirkan 2 pilihan itu ya untuk dana pendidikan anak.

Seperti kata peribahasa lama “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”, jaman dahulu orang tua kita itu menyiapkan dana pendidikan kita dengan emas atau asuransi pendidikan. Jadi, seolah-olah kita juga perlu menyiapkan dana pendidikan dengan cara yang sama.

Sebenarnya saya akan membahas lebih detail pembahasan ini di podcast, karena salah satu bagian penjelasan dari narasumber kita, itu membahas mengenai asuransi pendidikan dan emas.

 

Jawaban singkat saya atas pertanyaan bunda adalah;

TIDAK keduanya!

Karena asuransi pendidikan yang jaman sekarang dan yang jaman dahulu, itu berbeda! Berbedanya seperti apa? Dengerin aja waktu diskusinya saya dengan narasumber.

Sedangkan emas, kalau kamu pelajari lebih detail sebenarnya orang tua kita itu tidak berinvestasi emas, sekali lagi ya… orang tua kita itu tidak berinvestasi emas!

Mereka membeli emas untuk kebutuhan dana darurat.

 

Buktinya apa Vin?

Gini deh… coba kamu tanya ke orang tua kamu, mereka akan menjual ema situ pada saat kondisi kepepet dan bukan pada saat harga emasnya naik. Coba deh tanyakan langsung ke orang tua kamu.

Saya lebih sarankan, kalau bunda dan pasangan masih sehat ya kerja dan berinvestasi di produk investasi, contohnya ada reksa dana, ada saham, ada p2p lending, bahkan bisa juga dari menyewakan properti kalau memang dananya cukup besar untuk investasi properti.

Sebagai jaga-jaga kalau terjadi sesuatu dengan bunda dan pasangan, sebaiknya beli asuransi jiwa, yang dilindungi adalah orang tuanya dan bukan anaknya.

Jadi, amit-amit nih ya… kalau terjadi sesuatu dengan orang tuanya, orang tuanya meninggal terlebih dahulu, maka perusahaan asuransi akan membayarkan sejumlah uang.

Uang dari perusahaan asuransi tersebut yang digunakan untuk membiayai pendidikan anak.

 

Dana Pendidikan Anak, Tanggung Jawab Orang Tua

Kali ini kita akan ditemani oleh Ninet Dangirani, dan kak Ninet ini adalah salah satu perencana keuangan kita di Finansialku. Kak Ninet ini biasanya menangani klien yang spesialisnya di dana pendidikan.

Dan kali ini kita akan bercerita soal dana pendidikan!

 

Mbak Ninet, sebagai ibu dari seorang putri pernah bertanya gak sih ke anaknya tentang cita-citanya?

 

Jawabannya,

Dari kecil kita kan sebagai orang tua pasti selalu menanya “adik, kalau gede mau jadi apa?”

Kebetulan nih… anak dari Kak Ninet memiliki cita-cita menjadi seorang dokter.

Nah… dokter itu sekolahnya juga termasuk yang mahal lho… dan bukan hanya itu saja, mulai dari sekarang nilai-nilai dan skillnya harus dipersiapkan kalau ingin menjadi dokter.

Jadi, anak-anak harus belajar keras agar nilainya baik, dan orang tua pun harus kerja keras juga untuk menyiapkan dana yang dibutuhkan untuk biaya pendidikan anaknya. So… kedua pihak harus bekerja sama dengan baik.

 

Hmm… menurut Mbak Ninet, masa depan seorang anak itu bergantung sama orang tuanya atau hanya bergantung sama anaknya doang sih?

 

Jawaban Kak Ninet,

Menurut saya sebenarnya fifty-fifty ya pak… karena kita sebagai orang tua memiliki peran 50%, dan 50% itu adalah bagaimana si anak menghadapi masa depannya.

 

Pentingnya Memberi Bekal Kepada Anak

Kenapa sih kok orang tua itu berperan?

 

Karena kita dari awal mendidik dia dari sisi attitude, apa yang harus ia lakukan, kemudian kita juga ngasih fasilitas atau support yang bermanfaat, atau istilahnya memberi modal ke dia.

Jadi kalau ngomong ke diri saya sendiri saja, dulu saya punya cita-cita mau jadi apoteker karena mama saya itu bekerja di rumah, mama saya punya usaha garment gitu, jadi dia adalah ibu rumah tangga yang memiliki banyak karyawan, kemudian dia bekerja di rumah sehingga saya bisa ketemu dengan dia setiap hari.

Pada saat itu kalau saya disuruh menjadi penjahit saya tidak mau, akhirnya saya ngobrol ke papa saya kalau aku pengen kayak mama tapi yang keren, apa ya?

Nah… kata papa saya, oh jadi apoteker saja, punya apotik, layanin orang sakit tetapi kamu bisa tetap ngerjain dari rumah.

Tetapi ternyata, orang tua saya sudah memberi skill macem-macem, namun saya passion-nya tidak ke sana, tetapi skill itu saya perlukan.

Saya sedari kecil sudah di les-in piano, les menari Bali, les nyanyi, dan semuanya di kursusin, semua dikasih sama mama saya, dan ternyata apa yang dikasih sama mama saya itu sangat bermanfaat buat saya.

Saat saya kuliah saya putus asa, dan kemudian kata mama saya “udah jadi pegawai bank saja” akhirnya saya mengambil akuntansi dan saya diberi jatah untuk kuliah hanya beberapa puluh juta dan itu harus sampai lulus, padahal saya kuliahnya di UBAYA, Universitas Surabaya yang biayanya sangat mahal.

Jadi saya harus ngepas-ngepasin… dan karena beberapa kesalahan saya perlu beberapa kali ngulang dan saya sempat telat lulus selama setengah semester, sehingga saya harus nyari uang sendiri.

Nah…karena saya itu suka nari dari kecil, saya bergabung dengan klub menari dan mendapat uang dari sana, yang mana uangnya dapat digunakan untuk bayarin kuliah, dan untuk beli segala macam yang tidak pernah saya minta dari orang tua saya, semua dari uang saya sendiri.

Dan saya bersyukur ibu saya memberikan banyak skill kepada saya.

 

Apakah hal ini mendorong Mbak Ninet untuk memberikan skill atau bekal ke anaknya Mbak Ninet?

 

Yes betul… saya itu sedikit paksa dia untuk ballet lah, nyanyi, gitar, dan yang mengandung seni gitu, kemudian untuk saat ini juga lebih banyak ke kursus bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lainnya yang saya harapkan bisa bermanfaat untuk dia nantinya.

 

Menyiapkan Dana Pendidikan

Bagaimana nih cara Mbak Ninet menyiapkan dana pendidikan buat putrinya sendiri? Apa yang Mbak Ninet lakuin dan strateginya apa sih?

 

Jawaban Mbak Ninet,

Pada saat saya punya anak, itu saya sama sekali jauh dari masalah keuangan, jadi saya belajar CFP juga baru beberapa tahun belakangan yang mana anak saya juga sudah besar, dan berterima kasih juga ke Tuhan karena sudah memberi saya talent yang benar saat ini.

Jadi kalau dulu saya sukanya itu nabungnya di asuransi, karena harapan saya adalah anak saya bisa tetap sekolah dengan ada atau tidak ada saya.

Jadi itu konsep utama yang saya pegang saat itu, sehingga saat dia baru lahir saya sudah punya asuransi buat dia, kemudian setiap dia bertambah satu tahun saya berusaha untuk menambah satu polis untuk dia.

Nah… akan tetapi saat itu karena udah lama, jadi masih banyak polis-polis endowment yang sudah tidak dijual lagi.

Endowment itu adalah asuransi jiwa dwiguna, asuransi jiwanya ini tipikalnya tradisional, artinya sebagian buat proteksi dan sebagian buat tabungan, bukan investasi tetapi sifatnya lebih ke tabungan. Ini biasanya produk-produk dwiguna itu, produk-produk asuransi pendidikan jadul.

Jadi nantinya ketika anak masuk SD akan keluar beberapa juta, demikian juga saat masuk SMP dan SMA, lalau saat masuk kuliah uangnya akan keluar semua.

Cuma saat ini produk asuransi endowment atau dwiguna itu ibarat makhluk yang dilindungi karena sudah jarang ada di pasar sekarang, bahkan hampir tidak ada.

Mengapa sudah tidak ada lagi?

Ini sebenarnya karena mengkhawatirkan perusahaan asuransi tersebut, karena memiliki nilai yang pasti, tidak mempedulikan harga saham yang naik ataupun turun.

Nah… dibelakang asuransi ini sebenarnya produknya adalah produk pasar uang yang isinya deposito dan surat utang yang jatuh temponya itu kurang dari 1 tahun, dan biasanya surat utang ini dipegang sampai akhir sehingga bisa mendapatkan kupon atau bunga.

Perusahaan asuransi memanfaatkan tipikal yang seperti ini untuk membantu kliennya.

Selain dengan membeli asuransi, apabila pada hari-hari besar seperti lebaran anak mendapat angpao, biasanya saya juga memasukannya di rekening tabungan sampai sekarang. Tadinya saya mau memindahkan ke deposito, hanya saja suami saya bilang “ya udahlah biarin aja di situ, gausah diambil-ambil”.

 

Bagaimana dengan saat ini setelah menjadi financial planner?

 

Jawaban Mbak Ninet,

Ketika saya sudah mengenal financial planner, saya langsung menggunakan piramida perencana keuangan sih… jadi saya urutin mana yang buat post untuk kebutuhannya dia setiap bulan, kemudian dana darurat khusus untuk dia kalau misalnya terjadi apa-apa seperti misalnya ada tugas dan dia butuh duit yang tidak terjadwal.

Kemudian saya mulai masuk ke manajemen risiko dengan membelikan asuransi yang ada kesehatannya.

Lalu untuk tujuan pendidikannya sih karena saya dan suami ini punya kiblat yang berbeda, suami saya adalah seorang pegawai bank sehingga ia merasa udah taroh aja di bank ini. Jadi dari pada berantem ya sudah yang ada di bank biarin di bank.

Dan jika saya memiliki rejeki, itu akan saya mulai membuka aplikasi dan akun reksa dana untuknya.

 

Ada gak sih kendala ketika menyiapkan dana pendidikan anak?

 

Kendalanya banyak banget, karena terkadang dananya sudah disisihkan tetapi ada aja yang membuatnya terpakai. Itu dulu saya suka kumpulin emas juga nih, dan karena jangka panjang katanya emas itu harganya selalu naik bukan?

Nah tetapi ternyata seiring berjalannya waktu, misalnya musim hujan kemarin yang tidak berhenti-berhenti, tiba-tiba talangnya tidak muat air dan kemudian jebol, itu akhirnya kami berfikir “ah kuliahnya masih lama… pake ini aja dulu”.

Jadi terkadang kita sebagai manusia juga sering menyepelekan, namun itu seharusnya tidak boleh sih, makanya saya jadinya lebih suka yang ditaruh ditempat yang tidak bisa diambil supaya memang kita lebih disiplin.

Kalau liat barangnya, itu kan kita jadi lebih menyepelekan gitu…

 

Pendidikan Anak: Bagaimana Caranya MENYEKOLAHKAN ANAK dari TK sampai Sarjana, Tanpa Utang!

Silakan Download ebook-nya, GRATIS!!!

11 Ebook Menyekolahkan Anak Dari TK sampai Kuliah Tanpa Utang

 

Nah… menurut Melvin sendiri,

Orang yang investasi emas itu salah, karena kebanyakan orang yang beli emas dan ngumpulin emas, itu dijualnya saat kepepet.

Contoh seperti Mbak Ninet tadi, tiba-tiba talang airnya jebol, trus plafonnya jebol, nah itu kepepet dan harus diganti secepatnya, dan karena lagi gak pegang uang akhirnya jual emas.

Nah itu emas sebagai dana darurat, bukan sebagai investasi karena dijual saat kepepet. Mami-mami jaman dahulu juga ketika saya tanya, itu dijualnya bukan ketika harganya naik, tetapi saat sedang kepepet. Kalau begitu tentu ini bukan untuk investasi dong

 

Kata Mbak Ninet,

Kita juga harus hati-hati ketika memilah mana yang dana darurat dan mana yang investasi, dan itu memang banyak orang yang akhirnya jadi rancu.

Jadi kalau sering-sering kepepet, nanti investasinya akan hilang terus…

 

Lalu apa saran Mbak Ninet buat orang tua dan keluarga muda yang saat ini hendak menyiapkan dana pendidikan?

 

Saran Mbak Ninet ialah,

Pertama, yang pasti ketika teman-teman tau anaknya mau jadi apa, maka kita harus breakdown lagi kira-kira ilmu atau skill apa sih yang bisa kita berikan atau jadikan modal biar mereka mencapai tujuan itu?

Kemudian cari tau juga, kira-kira jika anak saya maunya jadi dokter, carilah sekolah dokter mana yang paling bagus, favorit, yang teman-teman pengen, apakah itu didalam kota atau dikota lain dan bahkan atau mungkin di luar negeri. Nah itu kita harus rajin cari tau itu.

Inflasinya pendidikan itu gede banget, kira-kira kalau sekarang habisnya sampai lulus itu Rp 500 juta, nah nanti kalau anak saya sudah kuliah itu bakalan jadi seberapa yang Rp 500 juta ini.

Dari situ baru dikira-kira lagi, kira-kira mau seperti apa nih untuk mencapainya? Sarananya mau pakai apa? Mau pakai mobil, atau pesawat, atau kapal laut?

Yang dimaksud ialah Anda mau memilih produk investasi apa sebagai kendaraannya.

Karena terkadang orang Indonesia itu pengen cuan yang gede tetapi ujung-ujungnya adalah bodong… jadi harus hati-hati banget, karena bisa saja nanti anaknya tidak jadi kuliah, kasian bukan?

Jadi jangan invest di produk yang tidak kamu ketahui, belajar dulu, kenali produknya dan baru kamu invest, jangan asal coba!

 

Oke sampai disini pembahasan kita kali ini, dan mungkin next time kita bisa ngobrol-ngobrol lagi tentang dana pendidikan bersama Mbak Ninet.

Dan thank you buat teman-teman semua, sampai jumpa di episode selanjutnya dan akhir kata,

Make A Plan Anda Get Your Financial Dreams Come True!!!!

 

Finansialku Talk Podcast juga dapat kamu dengarkan di:

Logo Spotify

 

dilema besar