Finansialku Podcast Eps 73 – Kakanda Andhika Diskartes Membahas Value E-Magazine dan Obrolan Teman Lama

Finansialku Podcast Eps 73 – Kakanda Andhika Diskartes Membahas Value E-Magazine dan Obrolan Teman Lama

Kali ini teman lama saya Kakanda Andhika Diskartes akan berbagi tentang bisnis barunya dan bagaimana pandangannya tentang E-Magazine dan rencana ke depan.

Bagaimana keseruannya? Yuk simak obrolan ringan berikut ini dan ambil banyak pelajaran yang bermanfaat.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Finansialku Planner

 

Andhika Diskartes

Hallo sobat Finansialku, kali ini saya akan berdiskusi santai dengan salah satu teman lama, yaitu Kakanda Andhika Diskartes. Dan kali ini kita akan ngobroling tentang,

Kenapa sih Finansialku? Kenapa sih kok Kakanda punya bisnis baru? Bisnis barunya apa ya?

Sebelum bahas lebih detail, Sobat Finansialku dapat mengirimkan pertanyaan atau curhat keuangan melalui fitur TANYA PERENCANA KEUANGAN di Aplikasi Finansialku. Jangan lupa kasih hashtag #CURHATKEUANGAN

 

Salah satu curhatan kali ini adalah,

“Ko saya sudah upgrade lho ke premium apps… Ko aku mau nanya, kalau masih utang fokusnya lunasin dulu atau lebih baik bangun dana darurat dan mulai berinvestasi? Terimakasih ya Ko jawabannya.”

 

Jawaban Melvin,

#LetMeShareMyView

Di Finansialku, kita punya piramida perencana keuangan seperti berikut.

Piramida-Perencanaan-Keuangan-Finansialku

Piramida Perencanaan Keuangan Finansialku, Prioritaskan Keamanan Keuangan

 

Bagian bawah piramida perencana keuangan adalah keamanan keuangan.

Yang disebut dengan keamanan keuangan adalah kebutuhan kamu dalam jangka waktu 1 sampai 12 bulan, atau boleh dibilang kebutuhan kamu dalam jangka waktu satu tahun ke depan, itu sudah tersedia.

Nah… orang yang aman secara keuangan itu, potensi bangkrutnya itu menjadi kecil banget, jadi sudah aman.

Ciri-cirinya seperti apa?

Ciri-cirinya cashflownya positif yang artinya pemasukannya harus lebih besar dari pengeluaran, itu wajib!

Kemudian memiliki dana darurat dan kondisinya harus cukup untuk 6 sampai 12 kali pengeluaran bulanan.

Trus melunasi utang-utang konsumtif, misalnya punya pinjaman gadget, punya pinjaman elektronik, kartu kredit, atau nyicil sepatu dan yang lain sebagainya, maka itu harus dilunasin.

Kemudian yang ke empat, kamu punya asuransi atau proteksi yang cukup.

 

Nah… pertanyaannya,

Bagaimana nih kalau utangnya masih numpuk, itu mendingan lunasin utang dulu atau dana darurat dulu?

 

Sebenarnya, keduanya itu sangat penting, karena keduanya berada di level yang sama yaitu keamanan keuangan.

Yang jelas kalau misal belum aman, please jangan investasi dulu. Aman dulu baru investasi.

Ini sudah dibahas sebelumnya di buku Make A Plan versi yang pertama, langkah yang harus dilakukan itu adalah kamu harus melakukannya secara bersamaan.

Caranya, kamu harus nambah income untuk lunasin sebagian utang konsumtif dan sekaligus untuk bangun dana daruratnya.

 

Kejadiannya seperti ini,

Di sosial media sempat ramai income Rp 80 juta kemudian ada covid-19 dia harus cuti tetapi tidak digaji. Orang tersebut langsung goyang secara keuangan keluarganya dan jadi viral.

Kondisinya kok bisa gitu sih?

 

Alasannya gini, dari tahun lalu atau tahun-tahun sebelumnya, orang yang bersangkutan itu punya utang besar dan dia mengandalkan gajinya saja untuk membayar cicilannya.

Nah ketika tiba-tiba terjadi unpaid leave (cuti tanpa digaji) dan dia tidak punya dana cadangan, tidak punya dana darurat, incomenya sebagian hilang atau hilang seluruhnya, bagaimana dia bayar cicilan?

Uang dari mana buat bayar cicilannya?

Masa harus utang lagi? Kalau utang lagi, nah kapan beresnya utang yang lamanya? Yang lama saja belum beres, sudah ambil utang baru lagi karena tidak punya dana darurat.

Nah… maka dari itu, dana darurat harus ada dan harus di usahakan, meskipun saat ini kamu sedang fokus lunasi pinjaman, kamu harus berpikir bagaimana dana darurat harus tetap ada.

 

Membahas Value E-Magazine dan Obrolan Teman Lama

Kakanda Andhika Diskartes adalah salah satu teman lama Melvin Mumpuni yang karirnya semakin lama semakin keren, yang mana saat ini telah memutuskan untuk jalan sendiri dan saat ini sudah membuka lini bisnis yang baru.

Nah… ternyata di tahun 2020 ini, Kakanda membuka lini bisnis yang baru, yaitu majalah.

Sebenarnya hal ini cukup mengherankan… bahkan Kakanda mengaku bahwa orang-orang disekitar mengatakan, “gila… ngapain bikin bisnis majalah di era kayak gini? Ketika semua bisnis media pada turun!”

 

Tetapi menurut Kakanda,

“Penting kita untuk masuk ke bisnis-bisnis yang menantang”

 

Menurut Kakanda, opportunity bisnisnya adalah, ketika orang-orang membeli majalah ekonomi, media ekonomi, rating-nya itu salah satu yang paling rendah di industri media.

Rating yang dimaksud adalah jumlah peminatnya, di mana yang berlangganan media ekonomi hanya segelintir orang saja.

Nah… kenapa orang itu sedikit yang mau? Pertama bisa jadi karena bahasanya yang ngebosenin atau bikin pusing.

Yang ke dua cover-nya itu ngebosenin seperti CEO atau Komisaris dan yang lainnya, buat masyarakat umum orang-orang ini tidak dikenal.

Maka dari itu ketika membuat majalah, konsep yang Kakanda bangun adalah menampilkan foto-foto yang menarik, foto model, atau influencer, atau orang yang lebih dekat sama masyarakat umum, itulah yang akan ditampilkan.

Tetapi dalamnya, di majalah itu biasanya berita-berita ya, seperti perusahaan A itu lagi maju atau untung, rugi sekian, nah… di majalah yang Kakanda bangun isinya adalah berita+analisis+edukasi.

Jadi tidak hanya memberi tahu perkembangan ekonomi, tetapi juga “perkembangan ekonomi itu gimana sih, kenapa sih terjadi…”

Konsep dari majalah ini adalah gradasi, kalau dibuka di lembar pertama, pembaca dapat yang enteng banget, cerita bersambung, novel dan lain sebagainya.

Di tengah-tengah, kita mulai berbicara yang agak berat, tentang cara memilih asuransi, cara memilih saham, atau cara memilih reksa dana dan lain sebagainya, itu part of educations.

Di akhir, ini yang bakal dibuat berat, jadi seperti manajemen portofolio, atau sistem markowitch, skema-skema itu yang akan diberikan di akhir.

Ketika orang punya majalah ini, maka siapa pun yang bisa baca dari awal sampai akhir, levelnya akan meningkat.

Jadi harapan Kakanda dengan membaca majalahnya, informasi keuangan, pengetahuan dan skill-nya meningkat.

Dan sebenarnya, ketika kita masuk ke majalah ini kita akan tahu level kita berada di mana.

Alasan Kakanda membuat majalah adalah, sudah banyak majalah yang dibuat oleh anak-anak komunikasi, jurnalistik, tapi berapa banyak orang finance yang membuat majalah untuk distribusi kemampuan finance-nya?

Di Indonesia ini belum ada.

Sehingga ia berpikir, dia berada dalam bisnis finance, dan finance serta kesehatan adalah salah satu tulang punggung manusia.

Sehingga ketika keuangan seseorang berantakan itu tandanya ia lack of information, dan itu tanggung jawab kita juga sebagai orang-orang yang punya pengetahuan di bidang finance.

Dari bisnis majalah ia bisa cover 1500 sampai 2000 orang per penerbitan, lebih banyak orang yang akan teredukasi dan ini akan menjadi bagus bagi perekonomian secara nasional, salah satunya juga akan meminimalkan investasi bodong yang buruk banget untuk bisnis kita.

Dengan adanya majalah ini, ekosistem bisnis di finance juga akan bagus, orang makin aware dan orang-orang nangkep produk yang benar-benar pas, itulah niatnya, sesimple itu.

Hal ini juga sama dengan cita-citanya Finansialku, tapi dilakukan dengan cara yang berbeda.

 

Ebook Panduan Sukses Atur Gaji Ala KARYAWAN

Download Sekarang, GRATISSS!!!

4 Ebook Panduan Sukses Mengatur Gaji Ala Karyawan

 

Ke depannya, Kakanda akan fokus membesarkan value di bisnis ini, karena usianya masih dini, baru 5 bulan. Kemudian dari value ini, ia akan bikin akademi untuk teman-teman yang secara keuangan sehat.

Goals dari akademi ini adalah untuk membantu sekelilingnya, jadi ketika ia lulus dari akademi, dia bisa bantu urus keuangan keluarganya, temannya, tapi tidak yang luas, sekelilingnya saja.

Tenaga kita sedikit, tidak bisa berbuat banyak kalau tidak menularkannya pada orang lain.

Namun, itu tidak bisa untuk semua orang. Saat ini, ia sedang membuat new skill, seperti pra-akademi. Di new skill ini, orang akan diajarkan dasar cara menghitung rasio-rasio keuangan dan dasar-dasar investasi.

Berbicara mengenai akademi, saat ini semua sumbernya dari Amerika. Tapi walaupun dasarnya sama, kadang konteksnya berbeda. Sehingga sebenarnya perlu ada penyesuaian konteks ke Indonesia.

Menurut Kakanda sendiri, sebenarnya yang sering muncul di permukaan adalah hasil akhir, sedangkan konsep pembentukan hasil akhir itu jarang disampaikan di publik.

Kalau di Amerika, semuanya sudah ter-schedule dengan sedemikian rapi, sedangkan di kita terkadang lupa untuk menghitung hal-hal seperti itu.

Bedanya lagi kalau financial influencer di Amerika, selain mengurusi masalah, dia juga memiliki capability soal invest yang cocok, soal portofolio, cara ngitung portofolio investasi yang benar itu seperti apa saja.

Jadi ketika orang butuh A maka mereka akan kasih A dan ketika orang butuh B maka mereka akan kasih B.

Bukan hanya mengerti satu produk saja dan disampaikan ke semua orang, karena hal itu berbahaya.

Inilah yang menjadi konsen Kakanda juga, yang berarti memberi informasi+produk investasi juga harus sesuai dengan masing-masing karakter orang.

Yang kurang diperhatikan adalah bagaimana kita menggali karakter si klien itu, dan hanya segelintir orang di Indonesia yang mau dan mampu melakukannya.

Melvin sendiri memiliki pandangan yang sama, ia tidak memilih untuk bekerja di satu bank atau perusahaan keuangan saja dan mau repot menghabiskan waktu banyak untuk Finansialku karena ia ingin ketika berbicara produk keuangan, maka produknya adalah yang benar-benar membantu, karena produk yang satu belum tentu cocok untuk semua orang.

Bagi Melvin, etika nomor satu ialah klien first, jadi bukan karena mementingkan komisi tetapi kebutuhan klien.

Melvin beranggapan, financial advisor jangan cuma jago jualan tetapi juga harus tahu kebutuhan orang terlebih dahulu.

 

Harapan Kakanda ke depannya adalah value yang ia miliki bisa dibagikan dari Aceh sampai Papua. Ia menggunakan kata value biar semua orang bisa dapat nilai-nilai yang ada di dalamnya.

Ia tidak berpikir panjang-panjang ketika membangun majalah ini, ia hanya ingin memberikan sesuatu yang bernilai atau valuable ke orang-orang, maka jadilah value tersebut.

 

Sharing Kakanda,

“Teman-teman, silahkan berterima kasih pada Melvin Mumpuni karena telah membuat Aplikasi yang memudahkan teman-teman dalam berkakulasi keuangan, dan harapan gua baik itu melalui value gua ataupun melalui Finansialku, Melvin,atau melalui financial advisor lainnya, orang-orang sudah dapat mandiri secara keuangan.

Jadi ketika orang sudah mandiri secara keuangan, sebenarnya itu membantu banget buat Indonesia secara keseluruhan. Gua, Melvin dan teman-teman lain gak bakal rugi kalau misalnya orang-orang bisa mandiri secara keuangan karena bisnis akan bertumbuh berkembang secara terus-terusan.

Itu yang gua harapkan, dengan melakukan sesuatu orang-orang bisa semakin sehat dan bertumbuh dompetnya.”

 

Oke teman-teman, begitu pembahasan kita kali ini dan jangan lupa untuk dengerin episode berikutnya di FinTalk. So teman-teman akhir kata,

Make A Plant Anda Get Your Financial Dreams Come True.

 

Finansialku Talk Podcast juga dapat kamu dengarkan di:

Logo Spotify

 

dilema besar