Setiap orang memiliki alasan yang berbeda saat membeli sebuah barang, ada yang karena tergiur promo dan ada juga yang memang karena butuh. Nah, kenalan yuk dengan istilah frugal living.
Kali ini bersama Melvin Mumpuni, CFP, kita akan membahas istilah ini, baik arti maupun hubungannya dengan keuangan kita.
Rubrik Finansialku
Frugal Living
Apakah kamu temasuk orang yang suka beli barang karena tiba-tiba ada promo? Atau ikutan beli karena ada teman yang posting di Instagram?
Atau beli karena lapar mata saja dan akhirnya barang-barang yang kamu beli seperti baju atau pun alat make up dan yang lainnya tidak terpakai dan hanya membuat rumah kamu menjadi sesak.
Jika iya, maka episode kali ini cocok banget buat kamu karena kita akan membahas mengenai Frugal Living.
Sebelum bahas lebih detail, Sobat Finansialku dapat mengirimkan pertanyaan atau curhat keuangan melalui fitur TANYA PERENCANA KEUANGAN di Aplikasi Finansialku. Jangan lupa kasih hashtag #CURHATKEUANGAN
Salah satu curhatan kali ini adalah membahas,
“Hallo Mas Melvin, Mas saya awalnya orang yang tidak sadar akan pentingnya asuransi karena menurut saya asuransi itu buang-buang uang, premi asuransi harus terus dibayar tetapi gak tau sakitnya kapan. Nah sekarang inikan lagi virus corona, saya baca diberita dan udah banyak yang kenak nih… bahkan beberapa orang sudah meninggal dunia karena terkena virus corona. Saya berfikir, saya ingin beli asuransi. Asuransi apa yang tepat buat saya Mas? Terimakasih.”
Jawaban Melvin,
#LetMeShareMyView
Menurut saya asuransi itu bukanlah pengeluaran yang sia-sia lho… gini, kalau kita berbicara mengenai risiko dan keuntungan atau risk and return, itu ada dua jenis orang.
Orang pertama adalah orang yang punya pandangan “berapa sih keuntungan maksimal yang bisa saya dapatkan”, jadi alirannya adalah dia melihat keuntungan maksimal.
Orang kedua, memiliki pandangan “berapa sih kerugiannya, berapa biaya, berapa harga maksimal yang mungkin saya keluarkan”.
Jadi yang satu liat keuntungan, dan yang satu liat risiko atau biayanya. Kalau kamu tipe seperti apa? Orang pertama atau orang kedua?
Saya pribadi adalah orang dengan sudut pandang orang kedua. Kita bisa jadi berbeda pendapat, tapi itu tidak masalah, karena saya juga tidak berhak untuk memaksakan sudut pandang saya.
Tapi menurut saya, risiko adalah hal yang tidak terduga kapan datangnya. Tahun lalu, saya tidak tau di 2020 akan datang virus corona, tapi yang saya bisa lakukan atau manage adalah berapa besar kerugian tersebut.
Contoh, dengan punya asuransi kesehatan, biaya terbesar yang saya keluarkan adalah premi yang harus saya bayar setahun sekali.
Terkait dengan kasus corona, cara berpikirnya begini,
“apakah kondisi terburuk yang mungkin terjadi?”
Amit-amit, seseorang bisa terkena kasus corona dan harus dirawat di Rumah Sakit. Apa kondisi terburuknya kalau seseorang harus dirawat di Rumah Sakit karena corona?
Pertama mengenai biaya Rumah Sakit, tenang saja karena pemerintah Indonesia sudah menanggungnya, yaitu kementerian kesehatan.
Kedua, ada kemungkinan potensi kehilangan income saat seseorang masuk Rumah Sakit. Misalnya nih, tokonya gak bisa buka atau jualan online-nya gak bisa jalan, atau kalau karyawan maka harus absen selama periode pengobatan.
Dan yang terakhir adalah adanya potensi kematian, meninggalkan istri, anak-anak atau orang tua yang masih bergantung dengan income kamu.
Meskipun faktanya angka kematian karena corona untuk orang-orang dengan usia dibawah 40 tahun adalah 0.2%, atau yang artinya hanya 2 dari 1000 penderita yang meninggal. Angka yang kecil bukan?
“Tapi apa nih hal terbaik yang bisa kita lakukan?”
Yang bisa kita lakukan adalah jangan panik, terlebih jika kamu masih dalam kondisi sehat, jangan panik!
Lakukan hal terbaik yang bisa kamu lakukan saat ini,
-
- Kamu bisa siapin dana darurat dalam jumlah yang cukup, amit-amit terkena virus corona atau bisnis menjadi lesu, kebutuhan kamu tetap dapat terbayar
- Sebisa mungkin lunasi hutang atau pinjaman konsumtif, supaya ngurangin kewajiban kamu
- Beli asuransi kesehatan! Mengapa demikian? Alasannya, meskipun penyakit corona ditanggung pemerintah, tapi tentu saja penyakit di masa sekarang ini gak cuma corona saja, dan itu harus dibayar sendiri. Disitulah perlunya asuransi kesehatan.
- Beli asuransi penyakit kritis. Amit-amit sampai kena penyakit kritis, kamu punya biaya berobat dan juga punya uang untuk mengganti pemasukan selama kamu di rumah sakit. Kalau kamu gak ngerti tentang penyakit kritis, silahkan di googling saja: sakit kritis atau penyakit kritis asuransi
- Beli asuransi jiwa. Kalau amit-amit seseorang meninggal dunia, maka gak perlu khawatir dengan keluarga yang ditinggalkan karena sudah ada bekalnya.
Saya tau asuransi bukan topik yang seru untuk diobrolin sebenarnya, saran saya coba deh kamu dengerin podcast audio book yang sudah saya buat bersama partner saya Robby Christy di Aplikasi Finansialku, disitu ada banyak penjelasan.
Kamu tinggal download aja Aplikasi Finansialku di Google Play Store atau Apps Store, dan di situ tuh ada penjelasan mengenai asuransi kesehatan, penyakit kritis, dan asuransi jiwa.
Oke, semoga penjelasan saya dapat bermanfaat dan membantu kamu, dan buat sobat Finansialku, jika kalian mengalami kegalauan mengenai keuangan, investasi, asuransi atau apapun itu tentang keuangan, langsung saja curhat ke podcast Finansialku dengan menggunakan menu Konsultasi Keuangan di Aplikasi Finansialku.
Memulai Cara Hidup Frugal Living
“Jangan sampai rezekimu lari ke tempat yang salah.”
Sobat Finansialku, menjawab obrolan pembuka kita mengenai kebiasaan belanja yang karena seseorang itu lapar mata, diskon, dan impulsif karena orang lain pamer di sosial media adalah menurut saya bentuk konsumerisme.
Konsumerisme itu kalau boleh dibilang, lawan katanya dari frugal living. Tapi sebenarnya kamu tau gak sih frugal living itu apa?
Frugal living itu bukan kayak hidup pelit atau hidup sederhana, tapi kalau saya lihat dari sumber lain, ada website yang namanya moneycanbuymehappiness.com,
“Frugal living is simply being intentional with your money. That means prioritizing the things that are important and spending on them reducing your spending on things that aren’t important.”
Salah satu financial planner kita di Finansialku, namanya Widya CFP, sempat membahas di Instagramnya dia, frugality artinya kamu membeli suatu barang dengan value yang kamu harapkan dengan harga yang lebih murah.
Jadi kamu mau beli barang dengan harapan kamu dapat value tapi dengan harganya lebih murah dari value-nya. Atau istilahnya value for money.
Nah frugal living ini bukan artinya menjadi pelit seperti Paman Gober atau Mr. Crab, tetap normal saja, tapi kita belanja barang-barang yang memang dibutuhkan dan pastinya sudah ada anggarannya, jadi keep your money.
Apa aja sih keuntungannya? Atau kenapa sih kita harus frugal living? Kenapa kita gak enjoy life, beli apa yang kita suka?
Saya menemukan ada beberapa keuntungan jika kita menjalankan frugal living.
#1 Bisa Mengurangi Stres Karena Adanya FOMO dan Kompetisi
Pernahkah kamu merasa pusing sendiri saat liatin promo atau diskon saat browsing dan liat Instagram?
Kemudian kamu berfikir seperti ini,
“Aduh sayang banget sih ini kalau gak dibeli, gak butuh juga sih, tapi kalau gak dibeli ini murah banget… harusnya harganya gak segini.”
Pernahkah kamu berada di kondisi seperti itu? Kamu takut banget untuk kehilangan momennya.
Dan ternyata, hal itu WAJAR!!!
Karena kalau kamu tau spending-nya masyarakat Indonesia di e-commerce, pasti kamu akan berfikir kalau kamu banyak teman.
Berdasarkan data yang saya temukan, pada tahun 2018 angka penjualan ritel e-commerce mencapai US$ 15 milliar, setara dengan Rp 210 triliun.
Dan diperkirakan pada tahun 2022 angka tersebut akan meningkat 4 kali lipat, jadi Rp 913 triliun rupiah. Angka yang fantastis bukan? Ini bukan investasi, tetapi BELANJA! Itulah kekuatan orang Indonesia, belanjanya gede sekali.
Coba kamu cek, berapa spending kamu di e-commerce setiap bulannya.
#2 Kamu Punya Tujuan Lebih Besar dan Penting untuk Hidupmu!
Saya mau cerita tentang life stage. Life stage ini semacam tingkatan dalam kehidupan kita, contoh mulai dari lajang, menikah tapi belum punya anak, menikah punya anak, dan kemudian anaknya masuk sekolah, kemudian anak lulus, lalu kita pensiun. Itulah yang disebut life stage.
Disetiap stage kehidupan pasti ada kondisi keuangan yang harus dilalui, pemasukan, pengeluaran, punya aset, punya utang, dan juga impian yang ingin diwujudkan.
Contohnya, di stage lajang, ini adalah tahap awal dan pastinya dilalui oleh semua orang.
Pada umumnya, orang lulus kuliah itu di usia 21 tahun dan habis itu mulai bekerja. Biasanya karena belum memiliki pengalaman kerja, maka penghasilannya pun terbatas, tapi disisi lain keinginannya sudah banyak.
Hal ini bagus, tetapi kalau tidak kuat menahan godaannya, ujung-ujungnya akan terjebak utang konsumtif, kartu kredit, Pay Later, pinjaman online, dan lain sebagainya.
Dilansir dari Liputan6.com, usia ideal orang menikah adalah 28 sampai 32 tahun, dan ketika orang mau menikah ada banyak yang harus dipersiapkan seperti biaya pernikahan yang rata-rata biayanya Rp100-300 juta, membeli kendaraan yang harganya Rp 150-300 juta, DP rumah yang sekitar Rp 200 juta hingga Rp 500 juta.
Jadi, seorang yang masih lajang, selama bekerja dari lulus kuliah hingga mau menikah harus nyiapin uang sebesar Rp 450 juta hingga Rp 1,1 miliar.
Gede bukan? Sudah berapa lama kamu bekerja?
#3 Saving Time
Menurut saya, frugal living bisa menghemat waktu karena kita bisa mengelola keuangan dengan betul maka tidak perlu repot dengan masalah utang, kita juga gak perlu mikirin soal waktu kita untuk mikirin barang-barang yang gak kita butuh, dan bisa dipakai buat mikir yang lain, atau bahkan lebih baik digunakan untuk tidur, beristirahat.
Kita juga tidak perlu waktu berlama-lama untuk bisa mencapai tujuan kita, karena kita spending dengan tepat.
“Vin, frugal living kok kayaknya berat ya? bagaimana sih caranya mulai hidup dengan frugal?”
Saya coba cari tau dan semoga ini relevan contohnya karena ini ada juga beberapa yang saya lakukan, dan contoh-contoh ini tidak disponsori oleh mereka.
Saya sebutin saja yang saya gunain untuk kehidupan pribadi,
Pertama sebisa mungkin kurangi porsi makan di luar, apalagi sekarang ini kalau kamu mau ngemil, mau ngopi atau pengen boba, itu tuh gampang banget karena kamu tinggal gunain Grab Food ataupun Go Food.
Nah itu tuh perlu hati-hati, kurangi porsi jajan diluar.
Kedua, kalau kamu mau pacaran, atau kamu mau ngedate, mau makan, maka kamu planning atau rencanain terlebih dahulu.
Cari tempat yang value for money! Biasanya ada promo-promo. Kalau saya secara pribadi sih ya biasanya pakai Traveloka eats, Fave atau penyedia kupon lainnya.
Ketiga, gunakan promo dari media pembayaran. Contoh nih ya, ada yang GoPay, ada yang menggunakan OVO, LinkAja, Dana, Shopee Pay, ada juga yang pakai kartu kredit, nah kamu juga bisa pakai kode promo-promonya.
Keempat, coba deh di cashback belanjaan kamu dengan menggunakan aplikasi seperti Shop Back, Cash Back dan aplikasi sejenis lainnya, cobain deh.
Trus, kemudian tandai kebutuhan belanjamu di wish list!
Supaya apa?
Jadi begini, setiap e-commerce atau toko online, itu punya wish list atau daftar barang-barang apa saja yang mau dijual, barang apa saja yang mau dibeli.
Nah supaya nanti pas kamu diskon, kamu tuh langsung fokus ke barang-barang yang sudah ada di wish list kamu saja. Biasanya ada juga yang memberi fitur keranjang.
Lalu ke enam, cari free entertainment atau value money for entertainment. Hiburan itu banyak, bahkan seperti YouTube pun merupakan hiburan. Nah kamu cari hiburan mana yang paling value for money buat kamu.
Dan yang terakhir, I have idea, coba kamu tulis cara kamu frugal living dan share cara kamu di Instagram story kamu, trus tag saja ke saya di @melvin_mumpuni dan @finansialku_com. Terus nantinya kita akan diskusi saja disitu, cara hidup frugal ala kamu.
Selain yang tadi saya bahas, kamu juga perlu punya skill, punya kemampuan untuk jago mengelola cashflow dan juga menyeimbangkan kebutuhan kamu.
Kebutuhan yang dimaksud ialah kebutuhan yang sekarang dan kebutuhan yang akan datang.
Biasanya orang akan terpaku dengan presentase. “berapa sih presentase yang ideal untuk gaji sekian, untuk sekian, dan untuk sekian.”
Saya secara pribadi sebenarnya tidak menggunakan presentase semacam itu, karena yang paling penting ialah realistis.
Punya perencanaan keuangan dan kemudian being realistic.
Contohnya gampang, karena persentase yang sama, misalnya ada orang dengan income yang katakanlah Rp 1 miliar setahun, 50% buat belanja, berarti Rp 500 juta hanya untuk belanja, tentu angka yang gede.
Maka dari itu angka persentase itu bukan sesuatu yang mengikat, karena yang terpenting adalah kamu punya budgeting.
“Nah bagaimana caranya supaya budgeting itu benar?”
Kamu bisa melihatnya di YouTube Finansialku, disana saya juga banyak share tentang tips budgeting, tapi kalau kamu pengen punya skill dan ngobrol langsung dengan perencana keuangan kita, kamu bisa saja langsung menggunakan Aplikasi Finansialku yang telah kamu download dan masuk ke menu Konsultasi Keuangan.
Nah teman-teman, apa saja yang bisa disimpulkan dari pembahasan kita kali ini di Finansialku Podcast Eps 67?
Intinya, ketika kita membelanjakan uang, kita benar-benar sadar dan sebisa mungkin mengurangi belanja barang-barang yang tidak kita butuhkan.
Ketahui juga cara mengelola cashflow yang tepat supaya kita jago mengatur keuangan, tidak hanya keuangan yang sekarang tetapi keuangan yang akan datang.
Dan langsung saja merencanakan keuangan, jika ingin lebih gampang maka langsung saja gunakan Aplikasi Finansialku yang bisa kamu download di Play Store untuk pengguna Android atau pun di Apps Store untuk pengguna iOS.
Saya berharap episode-episode selanjutnya semakin membantu kamu, dan akhir kata Make A Plan Anda Get Your Financial Dreams Come True!
Finansialku Talk Podcast juga dapat kamu dengarkan di:
dilema besar