Pernahkah kamu berpikir untuk memulai bisnis agar bisa menambah penghasilan? Jika ya… mari simak artikel Finansialku berikut ini, agar dapat menginspirasi kamu.
Rubrik Finansialku
Perlukah Karyawan Memulai Bisnis untuk Menambah Penghasilan?
Hingga saat ini banyak orang yang berasumsi bahwa menjadi pengusaha jauh lebih baik dari menjadi seorang karyawan.
Mulai dari waktunya yang lebih bebas, penghasilan yang tidak menentu dan selalu naik, hingga asumsi bahwa menjadi pebisnis lebih mulia karena mereka menghidupi karyawannya.
Maka tidak heran jika banyak yang ingin menjadi menjadi seorang pebisnis, bahkan berencana untuk keluar dari pekerjaannya dan memulai sebuah bisnis yang baru.
Namun apakah pemikiran-pemikiran tersebut benar? Atau mungkin cuma asumsi saja?
Di episode kali ini, Melvin berkesempatan untuk mewawancara Bang Eka, seorang yang dulunya merupakan karyawan dari sebuah konsultan marketing terbaik di Indonesia yang beralih menjadi pebisnis kedai kopi di Bandung.
Sebelum bahas lebih detail, Sobat Finansialku dapat mengirimkan pertanyaan atau curhat keuangan melalui fitur TANYA PERENCANA KEUANGAN di Aplikasi Finansialku. Jangan lupa kasih hashtag #CURHATKEUANGAN
Curhatan kali ini datang dari D dari Jawa Tengah, seorang supervisor di sebuah pabrik.
Saya merasa penghasilan saya kurang, walaupun sebenarnya penghasilan saya lebih dibanding teman-teman seumuran saya. Apakah saya harus membuka bisnis? Namun permasalahannya cukup banyak;
-
- Mau bisnis apa?
- Modal dari mana?
- Nanti kalau gak laku bagaimana?
- Apakah harus kerja sama?
Tapi kalau gak bisnis, penghasilan saya tidak akan cukup.
Jawaban Melvin,
#LetMeShareMyView
Robert Toru Kiyosaki, seorang investor, penulis dan juga motivator pernah mengatakan
“bukan berapa besar uang yang kita dapatkan, tetapi bagaimana cara kita untuk menjaga atau mengelolanya, dan seberapa besar uang itu bekerja untuk kita, dan tujuan paling puncaknya ialah berapa generasi yang dapat kita hidupi dari uang tersebut”.
Saya tidak menyarankan apabila seorang karyawan berhenti dari pekerjaannya untuk memulai bisnis jika tujuan utamanya ialah uang.
Kenapa? Karena seorang karyawan dan seorang pebisnis sebenarnya memiliki masalah tersendiri.
Sebagai seorang entrepreneur dan founder dari Finansialku, saya mau mengatakan bahwa tidak semua orang cocok untuk menjadi entrepreneur.
Seorang entrepreneur atau pebisnis membutuhkan 3 skills:
#1 Komunikasi
Memiliki kemampuan berkomunikasi adalah salah satu hal yang penting untuk menjadi entrepreneur. Kenapa?
Karena dalam memasarkan produk atau jualan produk, kita perlu komunikasi, ketika menawar harga ke vendor juga butuh komunikasi, ketika merekrut pegawai pun butuh komunikasi, apalagi ketika mencari pendanaan kita butuh komunikasi dengan investor.
Jika kamu bukan seorang komunikator yang baik, maka pilihannya ada dua; stop menjadi entrepreneur atau upgrade skill kamu. Pilihannya ada pada kamu.
#2 Leadership
Tidak ada pebisnis yang sukses dengan sendirinya. Bisnis adalah permainan tim atau teamwork. Bisnis butuh leader, bukan bos. Masalahnya adalah leadership bukan sesuatu yang mudah dipelajari.
Lebih daripada dipelajari, leadership harus dipraktikkan. Ada banyak orang yang jago berkomunikasi tapi gak bisa jadi leader. Orang seperti ini akan susah membangun bisnisnya.
Tentu saja, memiliki skill komunikasi adalah nilai plus, namun tanpa leadership, kamu belum mampu membangun bisnis.
Bayangkan jika kamu mampu berkomunikasi dan memimpin. Kamu bisa membuat sistem, membentuk jaringan, itu akan menciptakan faktor kali.
Contohnya: penjualan rata-rata kamu sendiri 100 juta per bulan. Kalau kamu punya sistem, punya tim yang bekerja, ada email marketing, ada digital marketing, dan masing-masing mampu menjual 100 juta per bulan, misal ada 10 orang, maka penjualan bisnis kamu menjadi 1 M, tambah punya kamu jadi 1,1M.
#3 Mengatur Keuangan
Seorang entrepreneur harus mampu mengelola keuangannya dengan baik, kalau nggak akan boncos.
Kalau kamu gak bisa mengatur keuangan kamu dari sekarang, bagaimana bisa mengatur keuangan dalam jumlah besar di kemudian hari?
Jadi, itulah tiga skill yang harus dimiliki seorang entrepreneur. Tapi, sebagai seorang karyawan, jika permasalahannya adalah untuk menambah pemasukan, saran saya adalah:
Pertama, kejar bonus-bonus di perusahaan tempat kamu bekerja. Caranya? Upgrade diri kamu, upgrade skill kamu terus dan terus sehingga kamu bisa menghasilkan dan dapat bonus.
Lalu, investasikan bobus-bonus tersebut ke dalam investasi yang bersifat capital gain. Contohnya; investasi saham dengan metode value investing. Di episode sebelumnya saya membahas mengenai multibagger yang berkaitan dengan investasi capital gain ini.
Ketika uang yang kamu miliki sudah cukup besar, coba kamu investasikan ke investasi yang sifatnya cash flow, seperti; SBN (Surat Berharga Negara), ada ORI, SBR, obligasi syariah ada sukuk, atau ke P2P lending.
Kalau kamu sudah memiliki keuntungan yang lebih besar lagi, kamu bisa coba investasi properti yang menghasilkan cash flow, seperti kos-kosan, mini pom bensin, atau waralaba seperti laundry atau air mineral.
Menurut saya, menjadi kaya tidak harus menciptakan bisnis sendiri. Kamu bisa membeli waralaba salah satunya.
Jika kamu belum punya modalnya, langkah yang harus kamu lakukan adalah; pertama, kejar bonus-bonus yang diberikan perusahaan, lalu investasikan ke investasi capital gain, lalu ulangi langkah pertama dan kedua, begitu seterusnya.
Karyawan Memulai Bisnis
Eka Satiadharma atau yang lebih akrab dipanggil Bang Eka adalah pendiri dari salah satu coffee shop ternama di Kota Bandung, yaitu Kopi Anjis. Kedai kopi tradisional yang terletak di Jl, Bengawan dan Jl. Gatot Subroto ini dirintis Bang Eka di tahun 2013, saat Bang Eka memutuskan keluar dari pekerjaan bergengsinya.
Cari tahu, yuk, bagimana Bang Eka yang merupakan seorang karyawan namun beralih jadi pebisnis lewat wawancara Melvin dengan Bang Eka.
Kopi Anjis
Nama kedai yang cukup mengagetkan, Kopi Anjis. Kira-kira, mengapa nama ini dipilih sebagai nama coffee shop?
Menurut Bang Eka, kata ‘anjis’ adalah sebuah ungkapan yang sangat familiar dan relate buat orang-orang Bandung. Memang nama ini dipilih untuk memberikan kesan familiar sekaligus daya tarik masyarakat.
Lantas, apa alasan Bang Eka mau ‘membanting setir’ dari seorang karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan konsultan marketing terbaik di Indonesia menjadi seorang pebisnis kedai kopi?
Ada dua hal yang mendasari Bang Eka dalam keputusannya ini. Pertama, karena ia sering ditugaskan ke luar kota, maka ia ingin menghabiskan waktu lebih dengan keluarga.
Alasan kedua adalah, ia melihat bahwa menjadi seorang profesional pada suatu bidang pekerjaan dibandingkan dengan membuka bisnis, ke depannya bisnis lebih memiliki prospek.
Karena memang dalam bisnis kita bisa ambil peluang lebih dari satu. Misalnya, sementara kita bangun satu bisnis; café atau restaurant, kita bisa membangun bisnis yang lain. Kenapa?
Karena kita sendiri yang atur waktu, sehingga ketika ada kesempatan datang bisa langsung kita tindaklajuti.
Sementara kalau kita masih profesional membuka bisnis, pastinya ada salah satu yang dirugikan, entah itu bisnis yang kita jalankan, atau tanggung jawab kita sebagai professional yang dirugikan.
Bagimana Dengan Keuangan?
Satu hal yang juga menjadi pertimbangan seorang karyawan keluar dari pekerjaan untuk membuka bisnis adalah kenyataan bahwa pemasukan yang diterima akan berubah, yang tadinya stabil menjadi tidak menentu.
Bang Eka bercerita bahwa ketika keluar dari perusahaan, ia memberikan peraturan sendiri terkait hal ini.
Ia mengatur bahwa gaji yang ia peroleh dalam membangun bisnisnya ini akan berkurang 50%. Tentu pada awal berdirinya kedai kopi ini, ia tidak mendapatkan gaji.
Perusahaan yang ia dirikan sendiri berutang gaji padanya. Namun gaji ini berhasil dibayarkan di bulan ke-empat.
Sementara di tahun kedua setelah berdirinya Kopi Anjis, gaji Bang Eka sudah sama seperti pekerjaannya dulu, malah mendapatkan bonus dari hasil tahun sebelumnya.
Why Coffee?
Yang pasti kenapa Bang Eka memilih kopi adalah karena kopi merupakan prospek yang bagus di Indonesia. Waktu Kopi Anjis pertama buka, kedai kopi belum menjamur seperti saat ini, sehingga waktu itu pesaingnya belum terlalu banyak.
Namun, seiring dengan maraknya edukasi tentang kopi dan munculnya kedai kopi di mana-mana, Kopi Anjis tetap bertahan karena segmen produk yang berbeda.
Kopi Anjis dan kedai-kedai kopi lainnya sama-sama menjual kopi, namun kedai milik Bang Eka menyuguhkan kopi dengan cara tradisional, yakni dari Aceh.
Menurut Bang Eka, maraknya kedai kopi yang bermunculan justru tidak membuatnya terancam, malah menjadi sesuatu yang bagus, karena orang-orang menjadi lebih teredukasi mengenai kopi dan lebih familiar dengan kopi.
Terkait dengan hal ini, Melvin justru lebih tertarik menjadi petani kopi daripada membuka kedai kopi. Hal ini didukung oleh Bang Eka, karena menurutnya memang saat ini permintaan kopi banyak namun produsennya masih kurang.
Lebih dari itu, Bang Eka juga mengungkapkan bahwa saat ini pebisnis kopi menyuguhkan storytelling dalam marketing mereka sehingga menegak secangkir kopi memiliki nilai tersendiri bagi penikmatnya.
Ini juga menjadi salah satu factor mengapa biji kopi harganya terus naik semakin hari.
Sebelum podcast diakhiri, Bang Eka berpesan;
Teruntuk millennials, kalau mau pindah haluan ke bisnis harus punya dua tujuan; satu tujuan finansial, satu lagi untuk tujuan pribadi yang kuat, yang bisa drive kita untuk bisa jalanin bisnisnya. Ke depannya ini bakal berubah, karena aka nada visi-visi baru sejalan dengan bisnis kita, tapi at least ketika kita berpindah, kita harus punya dua hal ini.
Semoga bahasan kali ini dapat memberikan manfaat bagi Sobat Finansialku, dan akhir kata Make A Plan and Get Your Financial Dreams Come True!
Finansialku Talk Podcast juga dapat kamu dengarkan di:
dilema besar