Setiap orang seharusnya memiliki semangat baru dan pantang menyerah akan tujuan hidup maupun tujuan keuangannya.
Dalam episode kali ini, kita akan membahas tentang kiat-kiat membangun optimisme. So simak sampai selesai ya, karena akan ada banyak pesan penting yang perlu kamu tau.
Semangat Baru!!!
Tahun 2020 bukan lah waktu yang mudah untuk sebagian besar dari kita, karena ada masalah keuangan, kehilangan pekerjaan, sakit, dan bahkan ada juga yang kehilangan orang-orang terdekatnya, keluarganya, sahabatnya, pasangannya dan lain sebagainya.
Episode kali ini sengaja dibuat agar kita tetap optimis dan berani untuk memiliki harapan yang baru.
Dan seperti biasa, saya akan jawab salah satu curhat dari sobat Finansialku yang ada di tiket Aplikasi Finansialku.
Tetapi sebelum bahas lebih detail, sobat Finansialku juga dapat mengirimkan pertanyaan atau curhat keuangan melalui fitur Konsultasi Keuangan di Aplikasi Finansialku, dan jangan lupa memberi hashtag #curhatkeuangan.
Kali ini curhatannya adalah,
Hallo mas Melvin, selamat ya atas 100 episode podcastnya. Mau curhat keuangan dong, saya membuat kesalahan pengambilan keputusan finansial terbesar dan semoga tidak ada lagi yang lebih besar dari ini, yaitu membeli Unit Link dengan tujuan investasi.
“Pada waktu itu saya tidak menghitung berapa persisnya biaya yang harus dikeluarkan, saya hanya melihat bahwa produk ini tidak membebankan biaya akuisisi dan top-up yang biasanya ada pada produk Unit Link.
Tetapi saya baru sadar sekarang ternyata ada biaya pemeliharaan polish sebesar 0.4% per bulan terhadap seluruh nilai investasi.
Saya merasa rugi karena dikenakan biaya berkali-kali untuk investasi yang sama, tidak hanya sekali pada saat top-up. Padahal sebelumnya saya sudah menggunakan reksa dana instrument investasi untuk mencapai tujuan, dalam hal ini adalah persiapan pensiun.
Tetapi dahulu saya menganggap investasi di reksa dana itu seperti menabung, saya juga tidak pernah melakukan review, alhasil progresnya jauh dari tujuan yang diinginkan.
Sehingga ketika di-approach oleh AM Unit Link, saya merasa dia menawarkan solusi tanpa benar-benar mengerti produknya itu apa. Sekarang saya mau stop produk ini karena saya pikir potensi return yang didapat tidak sebanding dengan biaya pasti yang berulang-ulang tadi.
Tetapi penutupan polis sebelum 7 tahun akan dikenakan biaya yang besar. Setelah 15 Desember saya akan masuk tahun ke-3 polis, jadi kenak biaya 45% dari seluruh nilai investasi artinya saya akan merealisasikan kerugian sekitar Rp60 juta.
Menurut perhitungan saya, kerugian paling minimal terjadi ketika penutupan polis dilakukan pada bulan pertama awal tahun polis yang baru. Sudah tepatkah keputusan saya untuk menutup produk ini? Kalau iya, apakah antara 16 Desember 2020 sampai dengan 18 Januari 2021 merupakan waktu yang tepat?
Sebenarnya minggu lalu saya baru konsultasi dengan mbak Rista mengenai hal yang lain, sehingga tidak secara khusus menghitung kerugian yang paling minimal, selain itu semoga pengalaman saya bisa di share podcast mas Melvin supaya pendengar yang lain hati-hati banget dalam membeli produk keuangan, terutama Unit Link yang complicated itu. Terima kasih ya sudah diijinkan curhat, sukses terus Finansialku”
Jawaban Melvin,
#LetMeShareMyView
Sebenarnya tidak ada yang salah loh dengan yang namanya Unit Link, terlebih kalau kamu tahu cara pakainya. Aku pribadi juga beli Unit Link untuk kebutuhan proteksi, contoh ya Unit Link pertamaku itu isinya perlindungan asuransi kesehatan, semalamnya Rp 1 juta, terus kemudian penyakit kritisnya Rp 1 miliar, asuransi jiwanya Rp 200 juta, itu dibeli sekitar tahun 2015. Total biayanya cuma Rp 950 ribu per bulan, worth it bukan?
Kedua aku juga punya lagi asuransi jiwa yang isinya Unit Link, itu up jiwanya Rp 1 miliar dan biayanya paling Rp 5 jutaan setahunnya, menurutku sih ga ada masalah ya. Memang sih kalau tau cara pakai Unit Link itu seharusnya Unit Link itu menyelesaikan masalah.
Permasalahannya yang sering terjadi adalah jika ekspektasinya ketika beli Unit Link itu investasi. Kenapa? Ya benar saja karena biaya-biaya yang di Unit Link itu emang banyak dan cukup besar.
Misalnya nih untuk kasus kakak, aku punya beberapa opsi yang bisa kamu pertimbangkan, yang penting itung aja nih cost and benefit-nya, kita jangan pakai emosi ya tetapi kita pakai logika saja nih.
Opsi pertama, ubah manfaatnya. Misal nih kalau up jiwanya ditambah, kemudia biaya top-up investasinya itu bisa dikurangi dan kamu benar-benar pakai Unit Link itu untuk proteksi, sama seperti yang sudah aku lakuin, mungkin proteksi Unit Linkmu itu akan menjadi lebih bagus loh.
Kalau mengenai benefit apa yang cocok, aku yakin financial planner di Finansialku seperti Rista atau Robby bisa bantu kamu deh, aku yakin itu karena aku juga dibantu oleh mereka.
Opsi ke-2, solusi tutup polis itu ya, merealisasikan kerugian Rp 60 juta itu besar atau kecil? Itu memang tergantung kondisi dan tidak bisa disamain, cuma satu hal, sebelum menutup polisnya coba lihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan, aku yakin pasti ada solusi lain sih sebelum ditutup.
Jadi teman-teman, kalau kamu punya Unit Link ya jangan buru-buru tutup. Beberapa kali kejadian, sebenarnya Unit Link itu bisa dirubah dalamnya atau komposisinya itu bisa dirubah-ubah sehingga kamu mendapatkan proteksi yang maksimal, serius bisa!
Biasanya orang-orang itu, yang teriak “Unit Link itu jelek” itu ada dua orang, biasanya adalah satu orang-orang yang jual asuransi tradisional, dan yang kedua adalah orang-orang belum tahu produk itu dan isinya apa, jadi dia lihat jeleknya saja.
Tetapi ketika kita seorang perencana keuangan melihat sebuah produk keuangan, apa pun itu produknya, kita akan lihat dari dua sudut pandang karena kita punya satu value yaitu projectivity, yaitu melihat segala sesuatunya dari sudut pro dan cons-nya atau positif dan negatifnya.
Kenapa?
Karena menurutku tidak ada satu pun produk keuangan yang 100% bagus dan tidak ada juga yang 100% jelek, tidak ada!!! Dan pasti ada cara pakainya.
Nah kamu coba aja konsultasikan atau review polis asuransimu bersama Finansialku.com, itu klik saja di website konsultasi.finansialku.com dan disitu ada pilihan buat review polis asuransimu.
Dan buat sobat Finansialku, jika kalian mengalami kegalauan mengenai keuangan, investasi, asuransi atau apa pun itu, langsung saja curhat ke podcastnya Finansialku.
Caranya GAMPANG bangeeet!!!
Kamu cukup perlu download Aplikasi Finansialku di Google Play Store buat pengguna Android ataupun melalui Apps Store buat kamu yang menggunakan iOS.
Download Aplikasi Finansialku Sekarang!!
Baru setelahnya, kamu langsung saja buka dan masuk ke menu yang namanya menu Konsultasi Keuangan, trus baru deh kamu bisa langsung curhat dengan perencana keuangan dari Finansialku.
Eits, jangan lupa juga buat ngasih hastag #curhatkeuangan ya…
Oh iya, teman-teman juga bisa mendapatkan informasi, motivasi dan inspirasi seputar keuangan lebih banyak lagi di akun Instagram @finansialku_com dan juga di akun Instagram pribadi saya @melvin_mumpuni, serta di program Melek Finansial Bersama Melvin Mumpuni di YouTube channel Finansialku.com yang tayang setiap hari rabu.
Mulai Membentuk Optimisme
Tahun 2020 adalah tahun yang sangat menantang karena adanya Covid-19, masalah keuangan dan bisa jadi kehilangan seseorang yang kita cintai.
Apakah itu artinya akhir dari segalanya?
Aku rasa tidak, aku pun pernah merasakan hal yang sama, bagaimana menjaga kewarasan kita dimasa-masa sulit. Jadi bulan Maret 2020 aku sudah bertanya-tanya “Bagaimana ya cara melewati tahun 2020? Bagaimana ya memenangkan tahun 2020? Dan bagaimana ya balancing antara bisnis, keluarga, pasangan, pertemanan, dan lain sebagainya?”
Kalau digambar dengan grafik, ada juga masa-masa aku bisa ketawa selama satu tahun ini, ada juga masa-masa aku beneran ketakutan, dan ada juga masa-masa sedih.
Suatu ketika aku berfikir dan mencoba berkontemplasi, “bagaimana sih seharusnya kita beradaptasi dengan kondisi baru?”
Salah satu hasil dari kontemplasi tersebut, aku keingatan pengalaman saat berpindah dari Kota Batik ke Kota Kembang untuk kuliah.
Dan ini cerita pengalamanku.
[Baca Juga: Melvin Mumpuni, CFP dan Kisah Sukses Finansialku]
My Story
Tahun 2007 adalah tahun yang sangat menantang buat Melvin muda dan teman-temannya, karena awal tahun tersebut kami bersiap untuk Ujian Akhir Nasional SMA. Hari-hari digembleng dengan latihan, try-out dan persiapan-persiapan ujian, dan sampai suatu ketika masa-masa ujian datang.
Teringat rasa cemas ketika membahas pilihan jawaban setelah keluar dari ruang ujian. Puji Tuhan, aku dan teman-tema semua lulus ujian, tidak ada tuh yang ketinggalan kelas, kita semua bersukacita, bersyukur dan memiliki harapan baru.
Dari situ lah aku belajar “setiap rintangan pasti ada jalan”, Tuhan kasih kita ujian yang pasti bisa diselesaikan asalkan kita mau bekerja, berdoa dan tetap memiliki harapan.
Selesai masa itu, sebagian temanku mulai bersiap untuk ujian masuk kuliah, kalau aku sih sudah merasa senang karena sudah keterima kuliah dengan jalur tanpa ujian atau PMBK.
Kota Kembang adalah kota baru buatku karena tidak ada teman, saudara atau kenalan di sana, jadi semuanya mulai dari nol.
Masuk di bulan Agustus, mulai dari acara agustusan, ospek kampus, ospek jurusan, dan kemudian mulai dilalui tahun ajaran semester 1.
Aku yang biasanya berprestasi di SD, SMP dan SMA, sekarang ini merasa berat di kampus. IP atau Indeks Prestasiku semester satu itu di bawah 3, dan ada mata kuliah yang gagal.
Di situ aku sempat menyerah, “Apa salah jurusan ya? Apa aku yang bego gitu ya ga bisa ngikutin mata kuliahnya atau pelajarannya? Atau aku yang masih belum bisa beradaptasi?”
Aku merasa bersalah sekali kalau sampai gagal di kuliahan, aku tahu papi dan mami sudah bekerja keras untuk aku bisa kuliah di Bandung.
Buat orang tuaku dulu, menguliahkan aku di Bandung bukan sesuatu yang mudah, mereka pun sebenarnya berjuang, aku takut aja kalau aku mengecewakan orang tuaku.
Kemudian aku mulai cari cara lain, coba mulai curhat ke orang tua, mulai cari dukungan dari teman-teman, berdoa, mengubah kenalan, dan mencoba membentuk support system yang baru, dan kemudian membaca beberapa referensi.
Harapan yang baru lahir ketika aku mulai mempelajari manajemen, mulai dari yang namanya proses plan, do, check dan act, atau orang-orang sebutnya PDCA. Kamu bisa cari PDCA di google kalau kamu mau tau tentang manajemen.
Aku mulai susun strategi untuk melewati masa-masa ini, believe or not pada waktu itu aku mulai bikin file Excel dan aku tulis tuh semua mata kuliahnya, aku buat simulasinya dari semester satu sampai semester delapan, setiap semester aku lalui dengan strategi.
Contoh nih ya, semester 3 kalau tidak salah ingat itu ada katakanlah 8 mata kuliah dan kemudian dari hasil ngobrol-ngobrol sama kakak kelas, sama teman-teman, ternyata diketahui nih 4 diantaranya gampang, 3 diantaranya agak susah sih tapi masih bisa dilewatin dengan “ya kalau mau usaha bisa lah”, dan yang satu ini agak-agak sulit dan jarang ada yang sukses.
Kemudian aku pasang target, untuk mata kuliah yang harusnya mudah aku pasang target A, kalau mata kuliah yang butuh usaha minimal aku dapat B tetapi masih aku usahakan supaya dapat A.
Nah kalau mata kuliah yang jarang ada yang sukses atau mata kuliah yang susah itu, yaudah minimal C lah, yang penting jangan sampai gagal, tetapi usahain B.
Dengan adanya manajemen seperti itu, mulai dengan perencanaan, kita ternyata membagi fokus kita, membagi waktu kita, membagi tenaga kita untuk mendapat hasil yang lebih maksimal.
Itulah strategiku hingga akhirnya lulus dengan IP 3,51 dalam 7 semester, bukan lulusan yang terbaik sih, tetapi ya udah cukup lah untuk membanggakan orang tua.
Dari situ aku belajar ada sebuah pola yang bisa aku ulangi untuk melalui tahun 2020.
Kita butuh satu kemampuan untuk bisa beradaptasi, dan menurutku kemampuan itu yang bisa membangun cara-cara kita untuk menjadi lebih optimis. Seperti apa? Ini dia 5 cara untuk membangun Optimisme.
5 Cara Membangun Optimisme
Berikut ini, 5 hal yang dapat kamu lakukan untuk membangun optimisme.
#1 Berhenti Menyalahkan
Terkadang menyalahkan atau blaming membuat kita itu menjadi lebih nyaman. Bener gak sih? Kalau kamu punya pengalaman yang seperti itu, kamu bisa certain pengalaman kamu di Instagram, atau mungkin juga di kolom komentar di bawah.
Misalnya nih kamu lagi gagal menggapai sebuah target, paling gampang seperti telat datat ke meeting. Terus kamu bilangnya apa? “sorry ya gua telah gara-gara jalanan macet” or “sorry ya, gua telat nih gara-gara tadi anak gua rewel” atau “sorry ya gua telat gara-gara…”
Meskipun kamu tahu menyalahkan atau blaming itu tidak menyelesaikan masalah, tetapi membuat kita merasa happy kayak “it’s oke kok, tenang saja, it’s not big problem, it’s not big deal” dan lain sebagainya.
Nah menurutku lawan kata dari menyalahkan atau blaming itu adalah berani ambil tanggung jawab atau take responsibility.
Hmm terkadang aku juga merasa tidak nyaman ketika bilang aku salah atau sorry, aku lepas kontrol. Ketika kita tidak sadar apa kesalahannya, sulit sih untuk jadi lebih baik.
Menurutku manusia itu tidak akan bisa sempurna, dan manusia itu memang diciptakan untuk belajar, belajar dari kesalahan dirinya sendiri dan juga orang lain.
Misal nih dalam hal keuangan, ada orang yang terkena investasi bodong, dirinya percaya karena waktu itu lihat di Instagram atau di media sosial itu followers-nya banyak, keren banget kalau waktu ngobrol, masuk tv, banyak testimony dan dibicarain sama teman-teman orang terdekat.
Lah tetapi setelah beberapa waktu kok kerugiannya makin besar ya investasinya, dan ternyata ketahuan dong kalau itu investasi bodong.
Kira-kira apa reaksi kamu ketika tahu ternyata investasi kamu selama ini atau yang kamu ikutin itu investasi bodong?
Mungkin,
Pertama bisa jadi menyalahkan diri sendiri, “lah kok gua bego banget ya… bisa ketipu gitu looh”.
Yang ke-2 menyalahkan orang lain, misalnya yang jualan, contoh “jahat banget sih itu si X atau si Y, nipu gua lagi”.
Nah yang ke-3 adalah menyalahkan kondisi. “oh kondisinya memang lagi jelek sih, sekarang ini banyak investasi bodong, ya wajar ya karena banyak orang yang pengen cepat kaya. Ya ga ada salahnya juga sih kalau kita kenak tipu, lagian yang kenak tipu ga cuma aku doang kan? Banyak orang kan?”
Bagaimana reaksi kamu kalau ternyata kamu kenak investasi bodong? Apa yang akan kamu lakukan?
#2 Lihat dari Sudut Pandang yang Berbeda
Biasanya masalah itu kalau datang, datangnya itu numpuk, jadi gak heran kalau ada peribahasa yang bilang “sudah jatuh, tertimpa tangga”.
Saking banyaknya masalah yang dihadapi biasanya kita tuh malah stres duluan, bukan stres untuk menyelesaikan masalah tetapi stres dengan jumlah masalah yang datang.
Contoh,
Kamu dihadapkan dengan dua kondisi, masing-masing masalah punya tingkat kesulitan. Contoh kalau kita bobot atau kasih nilai, itu masalahnya kalau gampang banget kita kasih nilai 1, tetapi kalau masalahnya itu sulit banget kita kasih nilainya itu 10.
Kondisi pertama kamu dihadapkan 5 masalah yang tingkat kesulitannya beragam, ada yang 3, ada yang 4, ada yang 5, ada yang 6 dan ada yang 7. Itu kalau dirata-rata tingkat kesulitannya adalah 5.
Kondisi ke-2, kamu diperhadapkan dengan satu permasalahan yang tingkat kesulitannya 8.
Mana yang paling stres? Kondisi 1 atau kondisi 2?
Kalau aku lebih stres dengan kondisi 1. Ada 5 masalah yang datang sekaligus, meskipun dirata-rata tingkat kesulitannya cuman 5.
Lalu gimana nih solusinya?
[Baca Juga: Finansialku Podcast Eps 100 – Mulai Saja, Titik]
Kalau aku terinspirasi dengan film Make Ever, aku suka nonton film jadi aku banyak memberikan solusi dari film. Kalau kamu pernah nonton Make Ever, kamu pasti kebayang ya cara Make Ever itu untuk melakukan atau mencari solusi.
Biasanya caranya begini,
Satu terima dulu kondisi yang terjadi sekarang ini, yang terjadi sudah lah yang terjadi, kamu juga gak bisa rubah kan yang sudah berlalu?
Yang ke-2 coba list dulu masalah-masalah yang ada, fokus pada masalah utamanya, bukan pada gejalanya.
Contoh, misal ternyata setiap bulan kita tidak bisa nabung, itu masalahnya bukan di kita tidak bisa nabung, tetapi masalahnya di apa? Tidak bisa menabung itu adalah gejalanya, tetapi masalahnya apakah income-nya yang terlalu kecil, atau apakah pengeluarannya yang kebesaran, atau ada cicilan yang hutangnya gede banget.
Nah itu lah yang namanya masalah, dan masalah itu lah yang harus di devine.
Kemudian, biasanya aku urutin satu per satu dari masalah yang paling gampang ke masalah yang paling rumit, kemudian cari solusi yang paling gampang dulu.
Misalnya, setelah diurutin ternyata masalah nomor 1 ini gampang, masalah ke-2 ini agak sulit, nah kita selesaiin dulu nih yang gampang-gampang, cari solusi dulu buat yang gampang-gampang.
Kalau saat ini kamu merasa punya banyak masalah, coba deh cara yang seperti ini:
Pertama tulis semua permasalahanmu, ketakutanmu, kemudian kasih bobotnya masing-masing, langkah selanjutnya kamu urutin dari yang skala 1 sampai 10 dan biasanya disitu kamu akan menemukan sebuah blind spot, blind spot itu yang akan membuat kamu melihat dari sudut pandang yang berbeda.
Contoh dalam hal keuangan, tiba-tiba terjadi covid-19 dan perusahaan kerja bilang akan ada pemotongan gaji, jadi setiap karyawan akan mendapatkan pemotongan gaji sebesar 30%, ternyata uang ditabungan kamu saat ini sudah tinggal dikit karena kamu invest-invest terus di saham, supaya cepat kaya, taunya market lagi drop gara-gara Covid, trus masih ada cicilan KPR, kredit belum dibayar
Nah trus gimana tuh solusinya? Coba dicatat dulu ya…
#3 Cari Alternatif Solusi
Langkah ini adalah lanjutan dari langkah ke-2. Ketika aku sudah menulis semua masalah yang ada dan kemudian diberi bobot dan diurutkan, selanjutnya adalah aku tulis apa saja solusi-solusi yang mungkin, tetapi ini biasanya agak menantang ya, apalagi kalau wawasan kita agak terbatas.
Ada beberapa cara yang biasanya aku lakuin, pertama aku cari orang-orang yang kira-kira bisa bantu aku, bisa kasih clue, yang ke-2 aku research informasinya melalui internet atau buku atau apa pun itu, ke-3 aku coba cari dukungan dari teman atau kenalan dan lain sebagainya.
Misal masalah yang nomor 2 ternyata ada kesimpulan seandainya di saat Covid-19 ini aku bisa menambah pemasukan maka masalah-masalah lain seperti tabungan cekak, bayar cicilan KPR, cicilan kartu kredit dan tagihan lainnya itu tidak akan jadi masalah.
So kita cari cara menambah pemasukan ditengah-tengah Covid-19, “gimana caranya nih menambah pemasukannya?”.
Kemudian kita coba research, dan ternyata ketemu, “oh ternyata saat covid-19 ini banyak orang yang lebih konsen ke kesahatan, mereka cari tau suplemen untuk menjaga dirinya supaya tetap fit” ya udah kita coba jualan suplemen herbal seperti madu alami.
Nah itu lah cara untuk menemukan solusi dari masalah-masalah yang terjadi, coba deh kamu lakuin juga.
#4 Lakukan Manajemen
Semua solusi yang datang itu menurutku bentuk nyata dari ide, punya ide bagus itu ya keren sih, tetapi lebih bagus lagi kalau tau cara mengeksekusinya.
Kalau aku adalah orang yang terbiasa melakukan manajemen, ya bagian dari manajemen itu seperti yang tadi aku bilang istilahnya PDCA.
Pertama kita melakukan perencanaan yang matang dulu, kemudian kita lakukan sesuai rencana atau kita eksekusi.
Kemudian setelah dieksekusi itu kita review, mau bagus atau jelek semuanya kita review. Kalau hasilnya jelek ya diperbaiki, tetapi kalau hasilnya sudah bagus ya cari tau kok hasilnya sudah bagus, pertahankan dan malah ditingkatkan hasilnya.
Misal, kita sudah tau nih ternyata rencana kita adalah jualan madu, kita cari tau dong gimana sih caranya untuk meningkatkan penjualan madu itu, ya udah kita lakukan planning dulu misal kita lakukan penjualan lewat sosial media, boleh dibilang Instagram, Facebook atau mungkin YouTube malah.
Kemudian kita cari di internet dan lain sebagainya informasinya, ternyata target pembelinya itu setiap bulan paling tidak ya 20 orang deh.
Untuk mendapatkan 20 orang yang mau beli, kita perlukan 200 orang yang nanya-nanya produk kita, karena kalau gak ada yang nanya gak ada yang beli kan? Sepi pembeli.
Nah supaya ada 200 orang yang nanya, setidaknya iklannya itu harus dilihat 20 ribu orang.
Ya udah nih baru kita susun strategi dari langkah pertama, langkah ke-2, langkah ke-3, bagaimana caranya mendapatan 20 ribu orang yang lihat iklannya kita, gimana caranya supaya 20 ribu orang yang lihat itu mau nanya 200 orang, dan dari 200 orang itu mau beli 20 orang.
Ya kita bisa pakai sosial media seperti Instagram, Facebook, atau pasang iklan, pakai endorse dan lain sebagainya. Tetapi yang paling penting adalah strategi untuk melakukan manajemen itu.
#5 Berdoa dan Bersyukur
Sehebat-hebatnya yang dilakukan oleh manusia, tetap tidak akan sempurna. Di Finansialku kita punya value “manusia kuat”, dan salah satu bagiannya adalah berdoa, pray. Pray karena tidak ada kuasa yang lebih besar dari pada doa.
Doa memberikan pengharapan, doa memberikan penghiburan, doa memberikan kekuatan, kekuatan untuk terus bekerja dan berkarya.
Aku percaya bahwa kekuatan manusia itu pasti ada batasnya, aku percaya ada kekuatan dari pada kekuatan manusia, aku percaya Tuhan ada dan masih mau membantu kita, jangan pernah lelah untuk berdoa dan bersyukur.
Semoga lima hal ini bisa membantu kamu, keluargamu, kawan-kawanmu untuk melewati tahun-tahun yang susah. Kalau kata Ari Laso, “Badai Pasti Berlalu”, kalau kata Tulus “Manusia-manusia Kuat itu Kita”, kalau kata Almarhum Glenn Fredly “Harapan Ada Bila Kau Mengerti”.
Be strong sobatku, sobat Finansialku.
Be Strong! Harapan Masih Ada!
Di awal aku bilang 2020 bukan hal yang mudah untuk kita semua, ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang kehilangan orang kesayangan, ada yang kehilangan harapan.
Saya, kamu, kita, boleh bersedih tetapi tidak kehilangan harapan. Yakinlah setiap rintangan pasti ada jalan, Tuhan kasih kita ujian yang pasti bisa diselesaikan asal kita mau bekerja, berdoa dan tetap memiliki harapan.
Pertama mulai dari berhenti menyalahkan diri sendiri, orang lain dan keadaan.
Kedua lihat dari sudut pandang yang berbeda, tulis masalah-masalah yang dihadapi.
Ketiga cari alternatif solusi yang bisa kamu lakukan.
Keempat jangan berekspektasi tinggi-tinggi, lakukan saja management: plan, do check and act.
Ke-5 berdoa dan bersyukur.
Harapan masih ada, dan kita masih bersama!
Akhir kata Make a Plan and Get Your Financial Dreams Come True!!!
Sumber Gambar:
- 01 – https://bit.ly/3uGjAUC
- 02 – https://bit.ly/3mIrlXt
Finansialku Talk Podcast juga dapat kamu dengarkan di:
dilema besar