Orang bisa kaya bukan tanpa alasan, ternyata mereka punya strategi. Intip cara mengatur keuangan ala orang kaya ini!
Selengkapnya, bisa diketahui di artikel video Finansialku di bawah ini.
Apa kabar? Masih di rumah aja, ‘kan? Masih patuh protokol kesehatan saat berada di luar rumah, ‘kan?
Sekedar mengingatkan, pandemi belum selesai, corona masih ada di sekitar kita. Lebih baik diam di rumah kalau tidak ada keperluan mendesak, ditemani dengan ratusan video dari kanal youtube Finansialku yang dijamin nggak bakal bikin bosen.
Jangan lupa juga untuk tekan tombol subscribe di bawah ini dan nyalakan lonceng agar Sobat Finansialku tidak ketinggalan video-video terbaru dari Finansialku, ya!
Cara Mengatur Keuangan Ala Orang Kaya
Li Ka Shing, salah satu orang terkaya di Hong Kong dengan kekayaan mencapai Rp 426 Triliun, pernah membagikan resep sederhana cara mengatur keuangan keluarga.
Ternyata, cara yang dia gunakan sama persis dengan apa yang digunakan oleh Ayah Kaya Robert T. Kiyosaki dalam buku Rich Dad Poor Dad.
Nah, di artikel kali ini, bersama dengan Melvin Mumpuni, perencana keuangan sekaligus founder dan CEO dari Finansialku, akan membahas resep rahasia yang dilakukan oleh orang-orang kaya ini dalam mengatur keuangan mereka.
Tapi sebelum mencari tahu cara mengatur keuangan ala Li Ka Shing, ada satu yang harus Sobat Finansialku ketahui, kalau bertambahnya income tidak serta merta membuat kita jadi kaya.
Kenapa? Karena sebenarnya, sebanyak apa pun penghasilan kita per bulannya, kalau tidak diatur, semuanya akan sia-sia.
Ibarat ember bocor yang terus menerus diisi air. Sebesar apa pun volume air yang diisikan, ember tersebut tidak akan penuh biar diisi seumur hidup sekalipun.
Begitu pun dengan Li Ka-Shing, meski kekayaannya sudah bisa mencukupi kehidupan seumur hidup, tetap membuat anggaran keuangan.
Begini gambaran Li Ka-Shing mengatur keuangan keluarga:
- 30 persen untuk biaya hidup, mulai dari kebutuhan sandang, pangan, listrik, air, telepon, bensin, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
- 20 persen untuk biaya pengembangan diri, seperti buku, online course, berlangganan aplikasi, webinar, seminar, dan lain sebagainya.
- 10 persen untuk hiburan, seperti liburan, pergi ke bioskop, fine dining, dan hiburan lainnya.
- 25 persen untuk investasi, seperti beli emas, reksa dana, saham, P2P Lending, Surat Berharga Pemerintah, dan lain sebagainya.
Tidak Ada yang Absolut
Mengatur keuangan adalah seni yang tidak punya hukum absolut. Semuanya bersifat subjektif dan tidak berpatokan pada satu hukum saja.
Oleh karena itu, kalau Sobat Finansialku merasa kalau cara mengatur keuangan ini tidak sesuai dengan keuangan atau kebiasaan Sobat Finansialku, tidak perlu dipaksakan.
Karena yang terpenting adalah bagaimana Sobat Finansialku punya kesadaran untuk mengelola keuangan dengan baik sejak dini.
Sobat Finansialku tidak perlu mengatur anggaran keuangan secara tradisional menggunakan amplop, yang tentunya akan menghabiskan banyak waktu, ‘kan?
Sobat Finansialku hanya perlu memanfaatkan fitur Anggaran di aplikasi Finansialku yang bisa diunduh lewat Google Play Store atau Apple Apps Store.
Selain fitur Anggaran, di aplikasi Finansialku juga ada fitur-fitur lainnya yang bisa membantu Sobat Finansialku untuk mencapai tujuan keuangan, seperti perencanaan keuangan, pencatatan keuangan, bahkan sampai diskusi bersama perencana keuangan GRATIS kapan pun dan di mana pun!
Bahkan, Sobat Finansialku juga bisa mendapatkan pembelajaran-pembelajaran penting terkait keuangan yang bisa diakses kapan saja, lho!
Sobat Finansialku cukup berlangganan akun premium sebesar Rp 350 ribu untuk 365 hari alias SATU TAHUN PENUH!
Ini sama saja dengan Sobat Finansialku cuma mengeluarkan dana KURANG DARI Rp 1000 per harinya. Tunggu apa lagi? Yuk, instal aplikasinya sekarang!
Download Aplikasi Finansialku Sekarang!!
Apakah Sobat Finansialku punya cara sendiri dalam mengatur keuangan? Tuliskan di kolom komentar, yuk!
Jangan lupa untuk bagikan informasi ini sebanyak-banyaknya lewat pilihan platform yang tersedia agar semakin banyak yang mendapatkan pencerahan untuk mengatur keuangan sedini mungkin, ya!
dilema besar