Bagaimana prospek bisnis emiten BUMN PT Telkom Indonesia (TLKM) di tengah era digitalisasi? Yuk, kita bahas!
Business Profile PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. merupakan Market Leader di industrinya. Emiten Big Capitalization pelat merah ini bersama anak usahanya Telkomsel memiliki jumlah pengguna terbesar di antara operator lainnya yang ada di Indonesia.
Pesaing bisnis dalam lini bisnis telekomunikasi seperti XL Axiata, memiliki 32% pelanggan dari jumlah pengguna Telkomsel
Mengutip hasil interview Mirae Assets dengan Research Analyst Lee Young Jun, Telkom Indonesia merupakan produk yang bermanfaat dengan harga bersaing.
Cakupan akses jaringannya luas, memiliki BTS terbanyak, mencapai 212.000 BTS, di mana sebagian besar di antaranya adalah jaringan 4G.
Telekomunikasi Indonesia masih menjadi primadona bagi penggunanya. Diketahui dari data portal ada 171 Juta orang dari 264 Juta penduduk yang menjadi pengguna internet.
Pasar potensial untuk bisnis online, pembelajaran jarak jauh, kerja dengan remote control dan kegiatan digital lainnya sangat menjanjikan.
Telkomsel diketahui memiliki subscribe base dengan high value subscriber yang lebih bersaing dan infrastruktur yang kuat, menjadikannya primadona di sektor ini.
Pesatnya transformasi digital yang terjadi di dunia saat ini, membuat kebutuhan big data semakin tinggi. Tidak hanya korporasi swasta, instansi pemerintah pun sudah beralih ke era digitalisasi dalam operasional bisnisnya.
Kesempatan inilah yang dilirik PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM). Perseroan tengah mendorong pengembangan lini bisnis big data demi menguasai pasar big data di Tanah Air.
[Baca Juga: Penjualan Tembus 99%, UNTR Beri Sinyal Cuan Buat Investor?]
Mengutip dari website Telkom, Direktur Digital Business TLKM Muhamad Fajrin Rasyid, seperti dikutip Bisnis Indonesia, mengatakan operator telekomunikasi pelat merah itu memiliki platform BigBox yang menawarkan layanan solusi big data.
Layanan ini sudah digunakan oleh sejumlah pihak termasuk korporasi swasta, lembaga pemerintah, bahkan lembaga pendidikan.
Teknologi big data analytics untuk PT Pertamina, lanjutnya, digunakan dalam transformasi digital SPBU demi meningkatkan akurasi.
Sementara, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menggunakan big data analytics untuk meningkatkan kinerja operasional dan menyusun strategi pengembangan perusahaan.
Potensi pasar big data diproyeksikan sebesar US$ 468 juta pada 2019. Nilai tersebut diperkirakan terus tumbuh 8% per tahun sehingga berpeluang mencapai US$ 725 juta pada 2025.
Kinerja Keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Berdasarkan data rilis Laporan Keuangan Kuartal III-2021, kinerja keuangan Telkom menunjukkan nilai yang baik atas revenue dan net profit nya terus bertumbuh sejak 2011.
Jika dirinci lagi sumber pendapatan Telkom, pendapatan telepon pada Q3 2021 mengalami penurunan 15,74% jika dibandingkan periode sebelumnya.
Pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informatika mengalami peningkatan 6,71%. Pendapatan jaringan mengalami peningkatan 29,46%
Bisnis yang memiliki prospek cerah yakni Indihome mengalami kenaikan sebesar 21,87% (Q3 2021).
Jika selama pandemi beberapa bisnis mengalami hambatan, Telkom justru memandang pandemi ini sebagai peluang untuk mempercepat akselerasi digital, dengan memberikan layanan dan solusi di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Kebutuhan masyarakat akan akses internet, menjadikan layanan Indihome semakin tinggi permintaannya di berbagai daerah, terlebih saat work from home dan sekolah daring.
Dari sisi Ekuitas perusahaan juga bertumbuh selama 10 tahun ini. Selain itu Telkom juga berhasil mencetak Laba bersih.
Telkom merupakan salah satu perusahaan yang terdaftar dalam index LQ45 dan Index IDX High Dividen 20. Dengan rasio pembagian dividen yang lumayan besar, diketahui ROE (Return on Equity) Telkom mengalami pertumbuhan selama 3 tahun terakhir ini.
Pada 2021, Telkom membagikan dividen senilai 168/lembar saham, 4.290 saat tulisan ini dibuat, dividend yield Telkom berada pada 3,91%.
Dari sisi kesehatan keuangan, utang Telkom memang mengalami peningkatan selama 10 tahun ini, liabilitas jangka pendek emiten juga lebih tinggi daripada Aset Lancarnya.
Sekilas memang rasio solvabilitas emiten tidak terlihat baik, namun ternyata utang yang dimiliki oleh perusahaan merupakan utang usaha untuk operasional perusahaan.
Sedangkan liabilitas bunga bank, pinjaman dan sewa jatuh tempo yang mencapai Rp 25.903 miliar lebih kecil jika dibandingkan dengan Jumlah Aset Lancar senilai Rp 40.866 miliar. Telkom memiliki risiko yang lebih kecil untuk gagal bayar.
Outlook PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) berkomitmen terus berkontribusi mewujudkan terciptanya transformasi digital pada segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Sebagai bentuk komitmen perusahaan mengakselerasi transformasi digital Indonesia, kini Telkom memiliki sebuah brand baru bernama Leap-Telkom Digital.
Fokus perusahaan saat ini adalah pengembangan di bisnis broadband dan bisnis digital, yang menjadi tulang punggung pendapatan.
Telkom juga melakukan suntikan modal pada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek).
Secara keseluruhan, Telkomsel menyuntikkan dana setara Rp 6,3 triliun kepada Gojek. Investasi tersebut dilakukan secara bertahap, yaitu USD 150 juta pada November 2020 dan Mei 2021 sebesar USD 300 juta.
[Baca Juga: Penghuni Baru di BEI, AVIA Layakkah Diborong?]
Dari investasi ini, Telkom Indonesia Tbk (TLKM) membukukan keuntungan dari capital gain senilai Rp 350 miliar.
Di samping untuk meningkatkan kapabilitas digital perusahaan, Telkom melalui perusahaan ventura MDI juga konsisten menambah nilai dan jumlah investasi pada perusahaan-perusahaan rintisan potensial dari dalam dan luar negeri.
Strategi investasi pada startup ini, dilakukan perseroan tidak semata fokus pada peningkatan nilai investasi (capital gain) saja, namun juga dari peluang kolaborasi yang mungkin dilakukan para perusahaan rintisan terhadap berbagai lini bisnis di TelkomGroup untuk membangun sinergi dalam meningkatkan bisnis dan profitabilitas perusahaan.
Valuasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Pergerakan saham TLKM sejak Desember 2021 bergerak sideways. Hingga penutupan market pada 25 Januari 2022, saham PT Telekomunikasi Indonesia terlihat mengalami rally selama 2 bulan terakhir.
Saat tulisan ini dibuat (25/01/22), TLKM diperdagangkan pada closing price 4,290/lembar. Indikator MACD, berada di atas garis nol yang menandakan sinyal buy dengan tekanan sell dari Investor asing pada sesi II (25/1/22).
Target rata-rata untuk emiten ini ada di kisaran 4,700/lembar, dengan estimasi tertinggi mencapai 6,000-7,450/lembar.
Jika melihat valuasi dan harga wajar Telkom, kita bisa membandingkannya dengan perusahaan lini bisnis yang sama seperti Indosat dan XL Axiata.
PER Telkom saat ini sebesar 16,90x dan PBV 3,44x. dari sisi PER telkom tergolong lebih murah daripada emiten pesaingnya yakni XL Axiata dengan PER 23,21x. Namun jika dinilai dari sisi PBV XL Axiata lebih murah dengan PBV 1,57x.
Jika dilihat dari PBV rata-rata saham TLKM selama 10 tahun, PBV 10 tahun sebesar 3,95. Sedangkan saat ini Telkom diperdagangkan pada 4.290, Telkom sedang berada pada harga wajarnya.
Kesimpulan
Pergerakan saham bluechip ini memang tidak terlalu volatile jika dibandingkan saham second liner yang cenderung lebih fluktuatif. Namun dengan kekuatan fundamental dan prospek pasca pandemi di tengah era digital dan prospek bisnis data center, Telkom masih menarik.
Jika Sobat Finansialku ingin mengetahui informasi lebih mengenai investasi saham, Sobat Finansialku bisa mengikuti online course Value Investing Fundamental. Untuk info lengkapnya, klik gambar di bawah ini!
Disclaimer-on: Tulisan ini untuk EDUKASI, bukan SARAN INVESTASI. Penulis memegang saham terkait. Penulis tidak terafliasi dengan perusahaan yang disebutkan atau anak usaha. Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buys/sell atau pun rekomendasi untuk saham tertentu. Artikel menunjukkan fakta dan analisa dari penulis. Berdasar laporan keuangan dan diambil dari sumber dianggap terpercaya. Data dapat berubah tergantung kondisi. Seluruh tulisan dan tanggapan adalah opini pribadi.
Bagaimana pendapat Sobat Finansialku mengenai informasi di atas? Yuk, tulis opini Anda di kolom komentar dan jangan lupa share informasi ini pada Sobat Finansialku lainnya. Semoga bermanfaat.
Editor: Ratna SH
Sumber: Kontan.co.id, Market.bisnis.com, CNN Indonesia, RTI , Stockbit, IDX.co.id
dilema besar