Ekspektasi tak sesuai realita mungkin semakin relate ketika kita beranjak dewasa. Hal ini berlaku untuk setiap aspek kehidupan, salah satunya keuangan.
Bagaimana cara menyiasati perasaan sedih atau kecewa yang muncul akibat kondisi ini? Mari kita berdiskusi lewat artikel berikut!
Summary:
- Setiap orang memiliki ekspektasi dalam hidup, namun tidak selalu berjalan sesuai kenyataan dan kerap menimbulkan kekecewaan.
- Ketika kita fokus pada eskpektasi, sebaiknya sesuaikan dengan kapasitas diri dan cari solusi sebagai opsi, bukan sebatas meratapi.
Definisi Hidup: Ekspektasi Tak Sesuai Realita
Berhasil menjadi pemenang dan terlahir ke dunia adalah sebuah anugerah untuk kita, katanya.
Hanya saja, narasi ini nggak berlaku untuk semua orang di muka bumi.
Karena tidak pernah terbayangkan bahwa dengan terlahir ke dunia, kita harus kembali bertanding dengan hidup.
Dengan ekspektasi yang tiada habisnya, dan realita yang sakitnya tak terhingga.
Kita memang nggak begitu naif untuk mempercayai bahwa apa yang terjadi di dunia, sesuai ekspektasi kita.
Pun, tidak terbesit dalam kepala bahwa realita ternyata bisa menghancurkan segala harapan yang kita panjatkan pada Tuhan.
Belajar Menyadari Realita
Semakin dewasa, kondisi ini seolah menjadi rutinitas, sebuah pola yang mungkin bisa kita tebak gimana akhirnya.
Kemudian, ini memberikan efek lebih dalam, hingga membuat kita mengubah sifat dan sikap pada semesta.
Menutup erat semua pintu dalam hati, menjadi orang yang defensif, dan tidak membiarkan satu celah terbuka pada hal-hal eskternal lainnya.
Akhirnya, tidak ada habisnya kita mengeluh dan menyalahkan keadaan.
Mulai berubah menjadi orang skeptis dan secara tidak sadar memblokir akses masuk hal-hal positif yang akan datang ke hidup kita di masa depan.
Hal ini tentu berlaku pada hampir semua aspek kehidupan, termasuk keuangan.
Tidak bisa kita menampik, ada ekspektasi yang terbentuk dalam diri soal keadaan keuangan saat ini.
Ada harapan-harapan kecil yang tumbuh saat kita beranjak dewasa, mulai dari yang sederhana, sampai sesuatu yang tak terhingga.
Seperti, perjalanan karir yang mulus, di mana mudah rasanya untuk menggapai gaji dua digit di usia muda.
Atau, berhasil membeli hal-hal tersier tanpa bantuan orang tua di usia yang masih terbilang belia.
Sayangnya, ekspektasi dan realita nggak selalu berjalan beriringan. Nyatanya, kita sering berhadapan dengan kondisi yang dinamis.
Misalnya, karir yang nggak memuaskan karena gaji yang segitu-segitu saja. Atau pengeluaran tidak sebanding dengan pemasukan yang kita dapatkan.
Lalu, harus bagaimana? Sebagai referensi seputar pengelolaan keuangan, Sobat Finansialku bisa baca artikel berikut ini Cara Mengatur Keuangan Pribadi Yang Mudah dan Efektif
Terlalu Dalam Terpuruk, Padahal Solusi di Depan Mata!
Bertubi-tubi ditempa dengan hal serupa, membuat kita mati rasa, jadi manusia yang hidup seperti robot, bergerak secara auto-pilot.
Tidak mau menetapkan tujuan, tidak berani bermimpi, dan tidak ingin punya pandangan positif terhadap hidup.
Ini akhirnya menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. Bagaimana mungkin manusia bisa hidup seperti seorang robot?
Tidak mengindahkan emosi yang kita rasakan, hanya karena takut pada keadaan buruk yang mungkin terjadi di masa depan.
Padahal, keadaan bukan sesuatu yang bisa kita salahkan. Justru sebaiknya kita terima dengan perasaan terbuka.
Lebih dari itu, menyalahkan keadaan seperti marah pada Tuhan, protes pada Sang Pemberi Kehidupan.
Sama halnya dengan berekspektasi. Tidak salah untuk punya ekspektasi, malah kadang kita dianjurkan untuk membuatnya, menjadikannya sebagai satu tolok ukur.
Tapi, menjadi sebuah kesahalan jika kita terlalu fokus pada ekspektasi dan menutup diri pada berbagai opsi.
Akhirnya, ketika ekspektasi tidak berubah menjadi kenyataan, maka munculah kekecewaan.
Padahal dengan kondisi ini, Tuhan memberitahu kita untuk terbuka pada opsi lain. Termasuk dalam aspek keuangan.
Kadang, ketika tujuan keuangan tidak sesuai ekspektasi, kita cenderung berpikir bahwa itu adalah akhir dari segalanya.
Apalagi kalau keadaan tersebut membuat kondisi keuangan memburuk.
Alih-alih mencari pilihan lain, kita malah terlalu lama terpuruk dalam berbagai pikiran negatif.
Padahal, jika kita bangkit dan fokus mencari solusi, otak kita tidak akan punya waktu untuk memproses pikiran negatif yang bisa memperburuk keadaan.
Kamu bisa memulainya dengan membuka obrolan bersama perencana keuangan Finansialku, untuk mendiskusikan permasalahan keuanganmu.
Bukankah prosesnya akan jauh lebih cepat, kan?
Selain itu, perencana keuangan Finansialku juga hadir untuk menyadarkan bahwa kamu tidak pernah sendiri, bahkan di kondisi terburukmu sekalipun.
Jika kamu memiliki permasalahan keuangan dan ingin mewujudkan kondisi keuangan yang lebih baik.
Yuk, hubungi mereka melalui Customer Advisory Finansialku melalui WhatsApp: +62851 5866 2940 atau dengan menekan banner di bawah ini.
Saat Ekspektasi Tak Sesuai Realita, Tidak Perlu Salahkan Keadaan!
Tidak ada yang salah dengan sebuah ekspektasi, juga dengan realita yang kerap menyakiti hati.
Tapi jangan sampai ekspektasi tersebut, terlalu melebihi kapasitas diri. Kita hanya perlu melepas segala ekspektasi dan menyerahkannya pada Tuhan.
Sambil menjalaninya, fokuslah pada hidupmu, pada apa yang bisa kamu maksimalkan.
Jangan takut punya ekspektasi, tapi ingat bahwa ekspektasi bukan menjadi hal mutlak yang harus terjadi.
Jadi tetaplah terbuka pada berbagai opsi. Lalu, mulai rencanakan segala sesuatunya secara lebih terarah.
Kamu bisa perbanyak insight mengenai hal ini lewat ebook Finansialku berikut, klik banner di bawah untuk download ebook-nya, ya!
Ebook GRATIS, Cara Wujudkan Mimpi kamu dengan Perencanaan Keuangan
Apakah kamu punya pandangan lain terkait hal ini? Mari kita diskusikan melalui kolom komentar, ya.
Jangan lupa bagikan juga artikel ini kepada teman dan kerabat lainnya agar semakin banyak pandangan mengenai ekspektasi dan kehidupan. Terima kasih.
Editor: Ismyuli Tri Retno
dilema besar