Mengatur cashflow bulanan rumah tangga itu penting tapi mudah lho bun. Cari tahu caranya dalam artikel Finansialku satu ini yuk!
Secara berkala perlu juga dilakukan evaluasi untuk me-review apakah cashflow yang sudah dibuat dalam kondisi sehat atau belum. Simple kok bund, mari dicoba..
Cashflow Rumah Tangga
Tita: “Mas, minta uang belanja, yang kemarin udah habis.”
Aldi: “Lho kok cepet banget sih habisnya, kamu pakai belanja apa aja sih.”
Tita: (mencoba mengingat semua pengeluaran rumah tangga dalam sebulan ini)
Apakah Sobat Finansialku merasa familiar dengan percakapan semacam ini? Atau jangan-jangan baru mengalaminya sendiri dengan pasangan belum lama ini.
Bisa jadi ini adalah salah satu permasalahan yang kerap terjadi dalam rumah tangga berkaitan dengan keuangan.
Bukan karena penghasilan yang kurang, tapi karena belum bisa mengelolanya dengan baik, sehingga berapapun besarnya penghasilan terasa kurang karena menguap entah ke mana.
Pada jaman moderen saat ini, tugas mencari nafkah bukan hanya menjadi kewajiban Ayah atau suami. Seorang Ibu atau istri juga kerap bekerja baik untuk membantu keuangan keluarga atau untuk berkarier di masyarakat.
Namun demikian tugas mengelola keuangan keluarga selalu diindetikan menjadi tugas seorang ibu atau istri sebagai Menteri Keuangan keluarga.
Dianggap lebih mumpuni mengelola keuangan, seorang ibu modern bukan hanya harus pandai mencari uang tapi juga mengatur cashflow rumah tangganya.
Mengelola cashflow keluarga bukan hal yang sulit, tapi tidak sedikit ibu yang kesulitan dalam mengatur cashflow rumah tangga. Ibu bisa melihat pada diagram berikut ini:
Arus kas atau cashflow rumah tangga umumnya seperti pada diagram di atas.
Pada saat kita mendapatkan penghasilan, baik berupa gaji dari perusahaan, keuntungan dari usaha, bonus atau tunjangan, yang pertama kita bayarkan adalah pajak penghasilan ke pemerintah.
Kemudian bagi karyawan biasanya juga akan dikenakan potongan seperti jaminan kesehatan, jaminan hari tua atau pensiun sesuai dengan kebijakan dari perusahaan tempat bekerja.
Setelah penghasilan bersih kita terima atau biasa disebut dengan istilah take home pay, yang perlu kita lakukan adalah membayarkan donasi atau sumbangan.
Bagi umat muslim ada istilah zakat penghasilan atau sebesar 2,5% dan bagi umat kristiani adalah persepuluhan, di luar dari donasi lainnya yang kita keluarkan.
Dalam cashflow yang sehat, pengeluaran ketiga diprioritaskan untuk tabungan, berinvestasi, dan membayar premi asuransi.
Banyak orang yang keliru dan baru menabung dari sisa uang yang tersisa setelah digunakan untuk segala kebutuhan, sehingga merasa sulit sekali dalam menabung karena tidak ada uang tersisa saat ingin menabung.
Dalam cashflow yang sehat perlu memprioritaskan pos tabungan serta investasi, bukannya malah menyisakan dana untuk mengisi pos tersebut.
[Baca Juga: 9 Kunci Sukses Mengatur Keuangan Keluarga yang Harus Diketahui!]
Tentu saja sebelum masuk ke dalam pos tabungan dan investasi, Sobat Finansialku sudah menyelesaikan kewajiban seperti utang konsumtif atau cicilan.
Setelah pos di atas terpenuhi, baru bisa masuk ke dalam pengeluaran terakhir yaitu pengeluaran untuk rumah tangga, mulai dari belanja bulanan, biaya listrik dan air, biaya sekolah anak, biaya kendaraan, sampai dengan biaya hiburan dan liburan.
Langkah dalam membuat perencanaan keuangan rumah tangga itu sederhana, berikut langkahnya:
- Membuat anggaran keuangan keluarga
- Mencatat pemasukan dan pengeluaran (cashflow keluarga)
- Merencanakan keuangan
- Berinvestasi
- Melakukan review secara berkala
Cara Menjaga Agar Cashflow Tetap Sehat
Langkah yang tersulit dalam membangun keuangan rumah tangga adalah mulai membuat rencana keuangan.
Jika rencana sudah dibuat, maka tugas selanjutnya adalah menjalankan rencana tersebut termasuk tujuan keuangan seperti tabungan dana darurat, serta investasi untuk berbagai tujuan keuangan lainnya.
Secara berkala perlu juga dilakukan review terhadap rencana keuangan yang ada apakah masih sesuai dengan kondisi atau butuh penyesuaian.
Termasuk juga untuk cashflow management atau manajemen arus kas keuangan rumah tangga. Tidak sesederhana uang masuk dan uang keluar saja.
Perlu juga dilakukan pengecekan apakah uang yang dikeluarkan sudah sesuai dengan tujuan dan bermanfaat bagi keluarga.
Sebagai Menteri Keuangan dalam keluarga, tentu ibu menginginkan keuangan rumah tangga yang sehat.
Nah, sebelum tahu bagaimana cara menjaga keuangan tetap sehat, Sobat Finansialku perlu tahu nih tentang bagaimana ciri-ciri keuangan yang sehat tersebut.
Simak video satu ini untuk tahu ciri-cirinya.
Selain itu, tujuan keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang seperti persiapan dana pensiun maupun dana pendidikan tinggi anak menjadi target yang harus mendapatkan perhatian khusus ya bund..
Jangan sampai karena terpaku pada target tersebut, ibu malah menjadi pelit sehingga membuat anggota keluarga yang lain menjadi tidak nyaman.
Demikian juga kalau ibu ingin memanjakan anak dan keluarga, tidak memikirkan pengeluaran sehingga malah menjadi boros bukanlah hal bijaksana dalam menunjukan kasih sayang pada keluarga.
Berikut beberapa hal tentang management cashflow yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan keuangan rumah tangga.
Setelah Menerima Pemasukan, Segera Alokasikan Ke Dalam Pos-Pos Primer
Melihat kembali diagram cashflow yang sudah kita bahas sebelumnya, bahwa setelah alokasi ke dalam pos donasi dana yang ada bisa kita gunakan untuk pengeluaran rumah tangga.
Namun perlu dilihat lagi untuk pos alokasinya ya bund.
Setiap pos pengeluaran perlu kita bagi menjadi pos-pos pengeluaran besar, yaitu pengeluaran primer, pengeluaran kewajiban, dan pengeluaran sekunder atau hiburan. Bisa kita lihat contohnya di bawah ini:
Pos Pengeluaran | Contoh |
---|---|
Pos Pengeluaran Primer |
Belanja bulanan Listrik & Air Bensin & Tol Kendaraan Iuran Keaman Rumah Bantuan Keluarga |
Pos Pengeluaran Kewajiban |
Biaya SPP Anak Premi Asuransi Cicilan Utang PBB Rumah Pajak Kendaraan |
Pos Pengeluaran Sekunder |
Belanja Pakaian Makan di luar Hiburan dan Hobi Liburan Keluarga |
Saat mendapatkan penghasilan, pos yang perlu kita penuhi terlebih dahulu adalah pos kewajiban dan selanjutnya pos pegeluaran primer.
Pada pos kewajiban, di dalamnya melibatkan pihak lain misalnya seperti biaya SPP Anak maka dana dibayarkan ke sekolah anak sehingga kita tidak bisa seenak hati merubah atau menundanya jika kondisi keuangan sedang kurang baik.
Begitu juga dengan cicilan utang.
Sedangkan pos primer adalah pengeluaran yang berpengaruh pada kehidupan keluarga, sehingga tanpa pengeluaran tersebut tentu kebutuhan keluarga tidak bisa terpenuhi secara seutuhnya, seperti belanja bulanan, bensin dan tol kendaraan untuk menunjang aktivitas, biaya listrik dan air rumah, dan pengeluaran lainnya yang vital dalam rumah tangga.
Pastikan Tidak Menunda Dalam Mengalokasikan Pendapatan Ke Dalam Pos-Pos yang Sudah Ditentukan
Menunda alokasi ke dalam pos pengeluaran bisa berakibat bercampurnya antara alokasi satu pos dengan pos yang lainnya.
Memang jumlah uang yang ada jadi terlihat besar, namun sebenarnya uang tersebut sudah ada kegunaannya masing-masing. Jika tidak segera dibagi ke dalam pos yang benar, kuatir malah terpakai dan sulit ke depannya.
Agar tidak terlewat, selalu lakukan pencatatan baik untuk pendapatan maupun untuk pengeluaran, beserta pos pengeluaran rumah tangga.
Sobat Finansialku bisa menggunakan berbagai metode pencatatan, salah satunya adalah menggunakan aplikasi Finansialku yang bisa membantu dalam memudahkan pencatatan keuangan.
Perhatikan Pos Mana yang Memiliki Pengeluaran Terbesar
Setelah membagi ke dalam tiga pos yaitu pengeluaran primer, pengeluaran kewajiban dan pengeluaran sekunder yang perlu dilakukan untuk review adalah melihat uang kita banyak keluar pada pos pengeluaran yang mana.
Dengan begitu kita bisa membuat rencana lanjutan atau strategi terhadap keuangan rumah tangga. Beda pos maka beda berbeda pula strategi yang bisa dilakukan.
Misalnya pegeluaran terbesar Sobat Finansialku adalah pada pos pengeluaran primer, karena pos pengeluaran primer adalah pos yang vital dalam keuangan rumah tangga, maka treatment yang dilakukan tentu tidak mudah.
Kita tidak bisa menghilangkan pengeluaran ini karena bisa mengganggu keberlangsungan kegiatan rumah tangga maupun anggota keluarga.
Maka cara yang bisa dilakukan adalah melakukan penghematan terhadap pengeluaran dan memanfaatkan diskon maupun promo sehingga bisa memperkecil pengeluaran.
Jika yang terbesar adalah pos pengeluaran kewajiban, terutama terkait dengan cicilan utang, maka Sobat Finansialku bisa melakukan pengajuan kepada bank maupun lembaga pinjaman untuk dilakukan restrukturisasi terhadap utang yang dimiliki, misalnya dengan keringanan cicilan, pengajuan perpanjangan jangka waktu pinjaman, dan cara lainnya.
Kalau cara-cara tersebut tidak memperkecil pengeluaran, maka diperlukan untuk menambah pemasukan.
[Baca Juga: Solusi Ampuh Jika Anda Terjerat Utang dan Cicilan]
Sedangkan jika yang terbesar justru pada pos pengeluaran sekunder, maka ini bisa menjadi lampu kuning terhadap kesehatan keuangan rumah tangga.
Lebih banyak menghabiskan waktu untuk hiburan, belanja pakaian, atau hobi tentu jika dilakukan dalam jangka waktu panjang bisa berdampak pada kesehatan keuangan.
Padahal pengeluaran tersebut bukan kebutuhan yang penting serta dapat ditunda demi tercapainya tujuan keuangan jangka panjang.
Waspadai Pengeluaran yang Sifatnya Tunai
Dengan perkembangan teknologi, aktivitas belanja dipermudah dengan berbagai metode pembayaran non-tunai. Mulai dari transfer antar rekening bank, hingga penggunaan e-wallet dan berbagai pilihan aplikasi pembayaran lainnya.
Bukan hanya lebih praktis dalam pembayaran, Sobat Finansialku juga bisa dengan lebih mudah menelusuri segala transaksi pengeluaran yang sudah dilakukan.
Pada beberapa aplikasi bahkan menyediakan fitur pencatatan keuangan yang langsung memasukan ke dalam pos kategori, sehingga memudahkan pengguna dalam melakukan review terhadap pengeluaran.
Namun tidak semua transaksi bisa dilakukan secara non-tunai, masih ada juga transaksi yang membutuhkan uang tunai, misalnya saat berbelanja di tukang sayur langganan di lingkungan rumah atau saat membeli ketoprak gerobakan untuk makan siang di kantor.
Seringkali untuk kepraktisan, kita mengambil uang tunai dari ATM secara sekaligus atau bahkan ada juga yang mengambil langsung untuk kebutuhan sebulan supaya tidak perlu bolak balik ke ATM. Memang lebih praktis, namun perlu diperhatikan penggunaannya.
[Baca Juga: Lebih Baik Mana? Selalu Pegang Uang Cash atau Cashless?]
Tetap gunakan rencana keuangan yang sudah dibuat sebagai acuan pembukuan keuangan rumah tangga. Agar tidak boros, sebaiknya ambil berkala seminggu sekali dan gunakan secukupnya sesuai dengan kebutuhan.
Misalnya Sobat Finansialku membutuhkan uang cash itu untuk membeli makan siang di kantor, sebaiknya anggarkan berapa yang dibutuhkan per hari lalu kalikan menjadi seminggu.
Dengan demikian walaupun transaksi menggunakan tunai bisa tetap terlacak karena sesuai dengan anggaran yang telah dibuat sebelumnya.
Tinjau Ulang Target Tujuan Keuangan Dengan Kondisi Cashflow Saat Ini
Pada awal membuat perencanaan keuangan, tentu Sobat Finansialku sudah menyusun juga tujuan keuangan beserta target yang ingin dicapai.
Tujuan keuangan jangka pendek, seperti liburan keluarga, renovasi rumah, membeli kendaraan, serta tujuan jangka panjang seperti persiapan dana pensiun serta persiapan pendidikan tingkat tinggi bagi anak, merupakan alasan mengapa kita melakukan investasi dalam perencanaan keuangan keluarga.
Seiring waktu mungkin satu demi satu tujuan keuangan jangka pendek dan menengah bisa kita capai dan terealisasi.
Sehingga menyisakan tujuan keuangan jangka panjang yang perlu dicapai, atau bisa jadi akan muncul tujuan keuangan yang baru karena adanya kebutuhan serta keingan baru dalam keluarga.
Dengan melakukan review secara berkala, Sobat Finansialku bisa melihat kemampuan cashflow saat ini seperti apa kondisinya.
Apakah sudah memungkinkan untuk membuat tujuan keuangan baru atau sebaiknya ditunda dulu sampai kondisi keuangan lebih stabil.
Lakukan pengecekan cashflow setidaknya per tiga sampai enam bulan untuk melihat apakah pengeluaran sesuai dengan anggaran.
Perlu menjadi diperhatikan adalah jika terjadi kondisi khusus sehingga pendapatan kita bertambah seperti kenaikan gaji, promosi, pindah ke perusahaan lain.
Serta kondisi yang mengurangi penghasilan atau menambah pengeluaran seperti PHK, pengurangan gaji dari perusahaan, memiliki kewajiban pinjaman dan cicilan baru dan kondisi eksternal lainnya.
Baik kondisi yang bisa menambah penghasilan maupun yang bisa mengurangi dan menambah pengeluaran, merupakan situasi yang memerlukan review cashflow segera tanpa harus menunggu jadwal review selanjutnya.
Lakukan sesegera mungkin agar kesehatan keuangan tetap terjaga.
Jika Sobat Finansialku di sini membutuhkan bantuan Financial Planner dalam memperbaiki cashflow atau dalam merencanakan tujuan keuangan, Sobat Finansialku bisa menghubungi Planner kami melalui aplikasi Finansialku atau buat janji konsultasi langsung melalui whatsapp Finansialku.
Lakukan Pengecekan Berkala Supaya Tidak Menyesal Kemudian
Para ibu sebagai Menteri Keuangan rumah tangga, bukan hanya bertugas mengatur serta mengelola keuangan keluarga.
Melakukan pengecekan dan review berkala juga perlu dilakukan untuk memastikan apakah anggaran yang dibuat sudah sesuai dengan rencana yang sudah dibuat.
Jangan sampai menyesal kemudian dan malah mengorbankan tujuan keuangan lainnya karena kondisi cashflow yang tidak terpantau dengan baik.
Untuk mengetahui pengelolaan keuangan keluarga secara menyeluruh, Sobat Finansialku bisa dengarkan audiobook yang dirancang khusus oleh Finansialku berikut ini.
Terima kasih sudah membaca Artikel Finansialku kali ini. Semoga bisa menambah informasi dan membantu Sobat Finansialku dalam merencanakan keuangan.
Editor: Eunice
Sumber:
- Dahniar Syarifuddin. 1 Februari 2017. 10 Tips Manajemen Cash Flow untuk Ibu Rumah Tangga. Linkedin.com – https://bit.ly/3uHcWib
dilema besar