Apa itu middle income trap? Dan, apa yang harus dilakukan agar terlepas dari jebakan ini? Yuk, simak ulasannya di bawah ini.
Salah satu ciri negara maju yaitu negara tersebut masuk dalam kategori berpendapatan tinggi. Namun, sepertinya hal itu masih menjadi PR untuk Indonesia. Kabarnya, Indonesia akan terjebak sebagai negara berpendapatan menengah alias middle income trap.
Rubrik Finansialku
Apa Itu Middle Income Trap?
Middle Income Trap adalah suatu keadaan ketika suatu negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.
Kondisi ini banyak terjadi pada negara yang tak mampu berpindah dari berpendapatan menengah ke pendapatan tinggi.
Hal ini disebabkan karena negara tak mampu bersaing dengan negara berpenghasilan lebih rendah yang bergantung pada sumber daya alam dan murahnya tenaga kerja. Selain itu, tetap tak juga mampu bersaing dengan negara maju yang mengandalkan kualitas manusia dan teknologi.
Apa yang Harus Dilakukan Agar Lepas Dari Jebakan Ini?
Saat ini, Indonesia disebut-sebut ada dalam kategori negara yang terjebak dalam Middle Income Trap. Jika ingin keluar dari jebakan tersebut, Indonesia harus sangat bekerja keras.
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 6% per tahun jika ingin lepas dari jebakan ini. Namun kenyataannya, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya ada pada kisaran 5 – 5,5% saja.
[Baca Juga: Dinyatakan Negara Maju, Ini Dampaknya Pada Ekspor Indonesia]
Hal tersebut membutuhkan usaha keras dari Indonesia. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah seperti berikut ini:
#1 Perbaiki SDM
Indonesia perlu mengembangkan sumber daya manusia (SDM). Hal yang paling utama adalah meningkatkan kapabilitas teknologi dalam rangka meningkatkan produktivitas.
Sumber produktivitas ada pada tenaga kerjanya. Oleh karena itu, perbaikan di dalam kualitas SDM harus signifikan. Namun faktanya, kualitas SDM serta pasar tenaga kerja di Indonesia masih tergolong kurang baik.
Pasalnya, sebagian besar pekerja memiliki latar belakang pendidikan yang rendah dan banyak yang bekerja di sektor informal. Hal ini mengakibatkan produktivitas tenaga kerja menjadi rendah.
Sebagai referensi bagi Anda yang ingin kuliah sambil kerja, simak video rekomendasi ini
#2 Mengoptimalkan Pembangunan
Bank Dunia menilai bahwa dengan mengoptimalkan pembangunan di perkotaan, Indonesia dapat keluar dari jebakan pendapatan menengah ini. Itulah mengapa Presiden Joko Widodo fokus akan infrastuktur.
Namun, manfaat urbanisasi pun sepertinya belum dirasakan. Padahal, mayoritas penduduk Indonesia tinggal di perkotaan.
Memang, struktur pekerjaan, pendapatan, dan juga perekonomian di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Hanya saja, potensi tersebut tidak diiringi dengan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat kota. Apalagi, kehidupan perkotaan di Indonesia banyak tantangannya seperti polusi udara, kemacetan, ketimpangan pendapatan, dsb.
Maka dari itu, Indonesia seharusnya dapat memastikan setiap perkotaan layak huni bagi setiap orang. Salah satunya dengan cara mengoptimalkan pembangunan yang menunjang kesejahteraan masyarakat.
[Baca Juga: Mengenal Sistem Pendidikan Indonesia, Lebih Dari Negara Maju?]
#3 Meningkatkan Indeks Kebahagian
Indeks kebahagian penduduk juga perlu jadi acuan. Pasalnya, indeks kebahagian menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sejahtera akan membantu untuk mempermudah pembangunan.
Indeks ini dinilai dari beberapa indikator seperti halnya konsep Gross National of Happiness (GNH). Indikator tersebut antara lain ketenangan psikologis, kesehatan, pendidikan, penggunaan waktu, ketahanan dan keragaman budaya, standar hidup, dsb.
Jika pemerintah bekerja seoptimal mungkin dengan menempatkan kesejahteraan masyarakat di atas segalanya, indeks kebahagiaan akan berpengaruh pada pendapatan masyarakat.
Masyarakat akan cinta pada pemerintah karena merasa bahwa pemerintah ada dan bekerja untuk mereka. Masyarakat akan dengan senang hati dan melakukan apapun yang dikerjakan untuk meningkatkan pendapatan.
[Baca Juga: Sri Mulyani: Di Negara Maju Kaya Sebelum Tua, Negara Berkembang Sebaliknya]
‘Harta Karun’ SDM Indonesia
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomor empat di dunia, Indonesia seharusnya memiliki SDM yang bisa bersaing. Kita sebagai masyarakat Indonesia harus berkontribusi juga. Salah satunya dengan meningkatkan skill, sehingga dapat dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja.
Salah satu skill yang tak kalah harus dikuasai adalah kemampuan mengelola finansial. Ini dibutuhkan dalam lingkup pribadi, perusahaan, atau bisnis. Nah, untuk Anda yang ingin berkonsultasi dengan penasehat keuangan Finansialku, Anda dapat mengunduh aplikasi Finansialku.
Selain fitur mengelola keuangan harian, aplikasi ini memiliki fitur konsultasi secara online. Penasaran? Yuk, unduh aplikasinya di Google Play Store atau dengan klik link di bawah ini.
Pada tahun 2036, Indonesia diprediksi akan terbebas dari middle income trap dengan berkembangnya teknologi digital. Walaupun begitu, tidak lantas membuat masyarakat santai akan situasi ini.
Untuk keluar dari jebakan ini butuh bertahun-tahun sebelum akhirnya merasakan dampaknya. Semua butuh proses. Namun, proses tersebut harus dilakukan sedini mungkin.
Itu dia penjelasan mengenai middle income trap yang kemungkinan dialami Indonesia. Tidak mau kan kalau negeri ini terjebak? Maka dari itu, lakukan sesuatu agar lepas dari jebakan ini minimal dimulai dari diri sendiri dan lingkaran pertemanan kita.
Oleh karena itu, akan lebih baik jika Anda dapat membagi artikel ini pada teman atau kerabat Anda. Yuk, bantu Indonesia keluar dari jebakan ini.
Sumber Referensi:
- Muhammad Wildan. 5 Desember 2019. Mau Lepas dari Middle Income Trap? Perbaiki SDM. Bisnis.com – https://bit.ly/2UmQMBm
- Dwi Hadya Jayani. 25 Oktober 2019. Solusi Bank Dunia Agar Indonesia Lolos dari Middle Income Trap. Katadata.co.id – https://bit.ly/2WLyN9p
Sumber Gambar:
- Middle 1 – https://bit.ly/3dzCvZy
- Middle 2 – https://bit.ly/3dzGfuj
- Middle 3 – https://bit.ly/2wuuVip
dilema besar
