Apa penyebab reksadana pendapatan tetap selalu turun? Yuk, ketahui penyebabnya dalam artikel Finansialku berikut ini.
Rubrik Finansialku
Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana adalah wadah kumpulan dana investor yang dikelola oleh Manajer Investasi ke berbagai instrumen investasi seperti pasar uang, obligasi, ataupun saham. Salah satu jenis reksadana adalah reksadana pendapatan tetap.
Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang portofolionya berisi minimal 80% dalam bentuk obligasi/surat utang dan sisanya pasar uang. Reksadana pendapatan tetap lebih dikenal dengan nama fixed income fund.
Reksadana ini disebut reksadana pendapatan tetap karena diinvestasikan ke instrument obligasi/surat utang yang memberikan pendapatan tetap dalam bentuk kupon secara berkala.
Tingkat risiko reksadana pendapatan tetap termasuk dalam kategori moderat atau sedang.
Pada umumnya, obligasi memberikan kupon (bunga obligasi) secara berkala. Namun, besaran kupon untuk masing-masing obligasi berbeda-beda. Ada kupon yang besar, ada juga yang kecil.
Perhitungan Harga Obligasi
Berikut formula perhitungan harga obligasi.
Keterangan:
- Kupon: bunga yang dibayar secara periodik
- Harga Par: jumlah pokok yang akan dikembalikan ketika jatuh tempo
- r: suku bunga acuan
- T: jumlah periode pembayaran bunga yang tersisa
Berdasarkan formula di atas, maka harga suatu obligasi merupakan nilai saat ini dari jumlah kupon dan pokok yang akan diberikan di masa datang.
Karena suku bunga acuan ( r ) menjadi komponen penyebut maka kalau r naik, maka harga obligasi akan turun. Begitu juga sebaliknya, kalau r turun, maka harga obligasi akan naik. Selain itu, semakin besar kuponnya maka semakin tinggi harga obligasinya.
[Baca Juga: Mau Maksimalkan Pendapatan? Pahami Apa Income Mastery Framework!]
Namun, harga yang sebenarnya terjadi di market belum tentu sama dengan harga teoritis. Hal ini dikarenakan setiap investor memiliki pertimbangan tentang harapan suku bunga acuan ke depan.
Selain itu, juga ada pertimbangan tentang kemungkinan sebuah perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut bangkrut.
Nilai saat ini dari kupon dan pokok di masa datang akan didiskon oleh suku bunga acuan. Jadi, apabila pokok yang akan dikembalikan pada saat jatuh tempo adalah 100 pada 3 tahun mendatang maka, nilai saat ini dari pokok tersebut bukan 100, tetapi dibawah itu.
Nilainya bisa 90, 80, atau nilai lainnya, tergantung dari besarnya suku bunga acuan. Nilai saat ini lebih kecil dari nilai di masa datang karena kita selalu memiliki pilihan untuk menaruh uang kita di SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan bukan di Obligasi.
[Baca Juga: Investasi Reksadana Syariah: Investasi Bebas Riba dan Halal untuk Wujudkan Tujuan Keuangan Anda]
Walaupun harga reksadana pendapatan tetap bisa fluktuatif atau naik turun, Anda bisa memaksimalkan keuntungan reksadana pendapatan tetap.
Salah satu strateginya adalah dengan aktif memantau pergerakan harga obligasi dan tren suku bunga. Dengan begitu, Anda dapat memperkirakan apakah nilai reksadana pendapatan tetap akan naik atau turun.
Namun, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan juga jika ingin berinvestasi pada reksadana pendapatan tetap secara maksimal, simak pembahasan berikut, ya.
3 Faktor Ekonomi yang Memengaruhi Reksadana Pendapatan Tetap
Kali ini rubrik Finansialku akan membahas 3 faktor ekonomi yang mempengaruhi harga reksadana pendapatan turun. Berikut 3 faktor ekonomi tersebut.
#1 Tingkat Suku Bunga
Naik turunnya suku bunga menjadi faktor yang mempengaruhi obligasi. Secara prinsip, harga obligasi akan naik jika suku bunga turun. Begitu juga sebaliknya harga obligasi akan turun jika suku bunga naik.
Mengapa demikian? Karena jika suku bunga naik, maka selisih bunga obligasi dengan suku bunga acuan akan semakin kecil, sehingga harganya turun.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat suku bunga adalah besarnya inflasi. Biasanya, BI (Bank Indonesia) akan menetapkan tingkat suku bunga acuan yaitu BI 7 Day Repo Rate diatas tingkat inflasi.
Tujuannya adalah untuk menjaga daya beli masyarakat serta stabilitas kurs nilai tukar.
[Baca Juga: Tips Memilih Produk Reksadana Terbaik Buat Mahasiswa Zaman Now]
Sehingga, ketika inflasi rendah dan terkendali, serta suku bunga turun atau stabil di level rendah maka harga obligasi positif. Namun, jika inflasi naik diluar kendali, sehingga suku bunga juga naik, maka harga obligasi menjadi negatif.
Hal ini akan menyebabkan adanya jual efek bersifat utang. Dengan begitu, harga efek utang tersebut menjadi turun. Oleh karena itu, investor reksadana pendapatan tetap perlu jeli memperkirakan tingkat suku bunga untuk membantu mengambil keputusan investasi.
#2 Durasi
Ada 2 pengertian dari durasi. Yang pertama, durasi sebagai rata-rata tertimbang dari arus kas yang diterima investor
atau berapa lama uang investor kembali atas investasi pada obligasi tersebut.
Dalam kata lain, durasinya merupakan periode pengembalian dana investor. Biasanya, investor berharap periode ini lebih pendek dari periode jatuh tempo.
Yang kedua, durasi menyatakan sensitivitas obligasi terhadap tingkat bunga. Apabila ada perubahan baik kenaikan atau penurunan tingkat bunga yang berlaku, berapa perubahan harga dari obligasi tersebut.
Manajer investasi tentunya akan mengambil langkah strategis untuk menanggapi pergerakan suku bunga dan inflasi.
Pada umumnya, kalau suku bunga dan inflasi turun maka manajer investasi akan menginvestasikan dananya pada obligasi yang memiliki jatuh tempo sekitar 3-5 tahun.
[Baca Juga: Tips Mudah Investasi Untuk Mahasiswa: Belajar Berinvestasi Dari Sekarang!]
Mengapa demikian? Karena, obligasi dengan jatuh tempo yang panjang akan mengalami perubahan harga yang lebih besar sehingga bisa memaksimalkan keuntungan.
Namun, jika kondisi ekonomi kurang baik dan berpotensi berdampak negatif terhadap tingkat suku bunga dan inflasi, maka manajer investasi akan menginvestasikan dananya pada obligasi jangka pendek sekitar 1-3 tahun.
Hal ini dikarenakan, dalam kondisi tersebut memiliki tingkat risiko perubahan harga yang lebih rendah.
Ebook GRATIS, Panduan Praktis INVESTASI REKSA DANA PERTAMA Kamu!
#3 Kupon
Kupon adalah bunga obligasi yang diberikan secara berkala. Kupon akan menjadi salah satu pertimbangan dari manajer investasi dalam memilih obligasi. Selain itu, tentunya kemungkinan perolehan keuntungannya juga diperhitungkan.
Namun, manajer investasi tidak selalu memilih obligasi dengan kupon yang tinggi ya, apalagi jika harga obligasinya sangat mahal, karena bisa memiliki potensi untuk menurunkan imbal hasil secara keseluruhan.
Di sisi lain, manajer investasi juga tidak akan memilih obligasi dengan harga yang murah tapi kuponnya kecil. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan bahwa target keuntungan tidak akan terpenuhi.
[Baca Juga: Persiapan Dana Pernikahan Di Tengah Pandemi Corona Dengan Reksa Dana Pendapatan Tetap]
Berinvestasi di Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana pendapatan tetap risikonya termasuk yang menengah atau sedang. Reksadana ini tentunya juga bisa mengalami penurunan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga reksadana pendapatan tetap, seperti suku bunga, durasi, dan kupon. Reksadana pendapatan tetap ini biasanya cocok untuk tujuan keuangan jangka menengah sekitar 1-3 tahun.
Jika investasi reksadana pendapatan tetap ini cocok untuk menjadi kendaraan untuk mencapai tujuan keuangan Anda, maka Anda dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi pada reksadana pendapatan tetap ini, ya.
Jadi, apakah Anda berminat berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap? Silahkan berikan komentar dan pendapat Anda di kolom yang telah tersedia. Terima kasih.
Sumber Referensi:
- Portal Reksadana. 2007. Mengapa Return Reksadana Pendapatan Tetap tidak “Tetap”? Portalreksadana.com – https://bit.ly/3f3HH97
- Bareksa. 27 November 2019. Strategi Untung Maksimal di Reksadana Pendapatan Tetap, Simak Tiga Hal Ini. Bareksa.com – https://bit.ly/3f0aQCa
Sumber Gambar:
- Reksadana 1 – https://bit.ly/3kGhQW1
- Reksadana 2 – https://bit.ly/2KfikpC
- Reksadana 3 – https://bit.ly/2Kom1th
- Reksadana 4 – https://bit.ly/3nHUjpP
- Reksadana 5 – https://bit.ly/3pKPBJu
dilema besar