Analisis Rasio Laporan Keuangan BCA (Q32021)

Analisis Rasio Laporan Keuangan BCA (Q32021)

Bagaimana analisis rasio laporan keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang baru saja diterbitkan untuk Q3 2021?

Simak ulasannya berikut ini.

 

Summary

  • BBCA menunjukkan kinerja yang solid dengan mencatat laba bersih sebesar Rp 23,212 miliar, naik 15.8% jika dibandingkan dengan kinerjanya pada kuartal 3 2020 (Q32020).
  • Pada Q32021, BBCA sukses mencetak laba sebesar Rp 23 triliun, yang berimbas pada peningkatan Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing sebesar 3.5% dan 18.7%.

 

Sekilas Tentang PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

Sobat Finansialku, siapa yang tidak tahu Bank BCA. Dilansir dari laman resmi PT Bank Central Asia Tbk, Bank yang mulai beroperasi sejak tahun 1957 ini memiliki 1.237 kantor cabang, 17.913 mesin ATM, dan melayani lebih dari 26 juta nasabah.

Dari segi permodalan, BBCA masuk ke dalam KBMI 4, yaitu kelompok Bank dengan modal inti lebih dari Rp 70 triliun.

Sebagai informasi, Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) adalah klasifikasi penggolongan Bank oleh OJK berdasarkan modal inti Bank, dengan KBMI 4 sebagai level tertingginya. Turut masuk ke dalam KBMI 4 adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk.

Tak hanya berperan sebagai top player dalam industri perbankan, per Oktober 2021 BBCA masih memegang peringkat 1 dalam hal kapitalisasi pasar dengan pangsa pasar sebesar 11.23% atau Rp903,1triliun.

Sebagai tambahan, kapitalisasi pasar (market capitalization atau biasa disingkat market cap) adalah nilai suatu perusahaan berdasarkan harga pasar. Sederhananya, nilai tersebutlah yang Sobat Finansialku perlu gelontorkan untuk membeli 100% saham perusahaan tersebut.

[Baca Juga: Definisi Kapitalisasi Pasar Adalah]

 

Kinerja Q32021 BBCA

BBCA menunjukkan kinerja yang solid dengan mencatat laba bersih sebesar Rp 23,212 miliar, naik 15.8% jika dibandingkan dengan kinerjanya pada kuartal 3 2020 (Q32020).

Serupa dengan kinerja pada 2020, perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh pembatasan aktivitas akibat pandemi masih menghambat pertumbuhan kredit.

Pasalnya, sepanjang tahun 2021 masyarakat dan korporasi masih menahan pembelanjaan, pengambilan kredit, dan memilih mengendapkan lebih banyak dana pada perbankan.

Hal ini dapat dilihat pada tingkat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang jauh melampaui pertumbuhan kredit.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga pada Q32021 tercatat sebesar Rp 917 triliun, naik 10% jika dibandingkan total Dana Pihak Ketiga pada Desember 2020 yang berada di level Rp 834 triliun.

Capaian tersebut melampaui target manajemen untuk tahun 2021 yang menargetkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan kredit di kisaran 4-6% YoY.

Sementara, pertumbuhan penyaluran kredit bertumbuh 2% sejak akhir 2020 menjadi sebesar Rp 559 triliun. Performa penyaluran kredit tersebut masih dibawah target manajemen untuk FY2021.

 

Rasio Keuangan

Dalam menilai kondisi kesehatan keuangan Bank, rasio-rasio keuangan yang digunakan pada industri perbankan agak berbeda dengan rasio keuangan yang biasa digunakan pada industri lainnya.

Hal ini disebabkan oleh bisnis model Bank yang tergolong berbeda dengan industri pada umumnya di mana bisnis model Bank yang utama adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali sebagai kredit.

Contohnya saja utang/loan yang pada industri lain umumnya dijaga agar tidak terlalu tinggi, justru pada industri perbankan menjadi salah satu sumber penghasilan Bank.

[Baca Juga: Analisis Rasio Keuangan: Pengertian, Tujuan, dan Caranya]

 

Lebih lanjut lagi, “Kas pada Bank” yang pada perusahaan umum menjadi salah satu komponen penting untuk mengukur likuiditas perusahaan, dari sudut pandang Bank adalah liabilitas yang harus dikembalikan kepada nasabah jika nasabah melakukan penarikan dana.

Karena keunikan tersebut dan pengaruh Bank yang besar pada industri-industri lain, maka demi memastikan kesehatan dan ketahanan Bank, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerapkan berbagai persyaratan minimum rasio keuangan yang harus ditaati oleh pelaku industri perbankan.

Oleh karena itu, penting bagi kita investor untuk turut menganalisis rasio-rasio tambahan tersebut agar dapat mengukur kinerja Bank dengan lebih tepat dan relevan sesuai dengan karakteristik bisnis model perbankan.

 

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas yang umum digunakan pada industri perbankan adalah Rasio Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (LDR), Rasio CASA terhadap Dana Pihak Ketiga, Rasio Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio-NSFR), dan Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity Coverage Ratio-LCR).

Berikut ringkasan kinerja BBCA di 9 bulan pertama di tahun 2021

Rasio 30 Sep 21 30 Sep 20 YoY
Rasio Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ration-NSFR)

181.7%

165.97% 15.73%
Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity Coverage Ratio-LCR) 395.8% 359.70% 36.10%
Rasio CASA terhadap Dana Pihak Ketiga 78.46% 76.42% 2.05%
Rasio Kredit terhadap Sana Pihak Ketiga (Loan to Deposit Ratio-LDR) 62.00% 69.50% -7.50%

 

Dari keempat rasio di atas, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan kewajiban pemenuhan batas minimum untuk NSFR dan LCR paling rendah sebesar 100% untuk keduanya, sementara untuk LDR dan CASA terhadap Pihak Ketiga tidak diatur pemenuhan batas minimumnya.

Rasio Pendanaan Stabil Bersih (NSFR) adalah rasio yang membandingkan pendanaan stabil yang tersedia (available stable funding) dengan pendanaan stabil yang diperlukan (required stable funding).

Semakin tinggi nilai NSFR maka tingkat ketahanan suatu Bank terhadap risiko likuiditas dinilai lebih baik.

Sementara Rasio Kecukupan Likuiditas (LCR) adalah rasio yang membandingkan high quality liquid aset (HQLA) dengan total arus kas keluar bersih (net cash outflow).

Jika NSFR mengukur kesiapan pendanaan dalam setahun, LCR mengukur ketahanan likuiditas bank dalam jangka waktu yang lebih pendek. Senada dengan NSFR, umumnya nilai LCR yang tinggi dianggap lebih aman.

[Baca Juga: Rasio Likuiditas Dalam Laporan Keuangan dan Implementasinya]

 

Untuk menghitungnya, Sobat Finansialku tidak perlu khawatir. Karena, kedua rasio tersebut wajib dilaporkan secara berkala oleh Bank dalam laporan publikasi eksposur risiko dan permodalan yang dapat teman-teman akses pada laman resmi Bank.

Pada 9 bulan pertama di tahun 2021, BBCA mencatatkan peningkatan rasio NSFR  sebesar 15.8%YoY menjadi 182% dan 36.1% YoY untuk LCR menjadi 396%. Kinerja kedua rasio tersebut jauh melampaui batas minimum yang ditetapkan oleh regulator pada level 100%.

Rasio CASA (Current Account Saving Account – Giro&Tabungan) terhadap Dana Pihak Ketiga pun mengalami trend peningkatan sebesar 2.05% berkat peningkatan CASA yang cukup signifikan pada level 21%yoy.

Dari ketiga rasio di atas dapat kita simpulkan bahwa BBCA memiliki likuiditas yang cukup baik, bahkan lebih dari cukup.

Sementara Rasio Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga mengalami penurunan sebesar 7.5%yoy akibat pertumbuhan kredit yang tidak sebesar peningkatan Dana Pihak Ketiga.

 

Rasio Permodalan dan Kualitas Aset

Dalam rangka menjaga stabilitas dan ketahanan industri perbankan, OJK juga mengatur pelaporan rasio kecukupan modal (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum-KPMM) dan Rasio Kredit Bermasalah.

Rasio 30 Sep 21 30 Sep 20 YoY
Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio-CAR) 26.20% 24.70% 1.50%
Rasio Kredit Bermasalah (Non Performing Loans-NPL) – Bruto 2.36% 1.93% 0.43%

 

Dari segi CAR, BBCA mencatat peningkatan sebesar 1.5%yoy menjadi 26.2%, melebihi kategori sehat dan aman menurut OJK yaitu >14%. Dari segi rasio kredit bermasalah (NPL), BBCA mencatat kenaikan tipis pada NPL bruto sebesar 0.43% menjadi 2.36% atau setara dengan Rp 14,3 triliun.

Meskipun masih jauh dari batas maksimal yang ditetapkan OJK pada level 5%, namun peningkatan NPL bruto bukanlah hal yang disukai oleh kreditur. Pasalnya, kenaikan NPL menandakan peningkatan porsi outstanding loan yang terancam gagal bayar.

Mengacu pada public exposure BBCA terkait performa Q32021, peningkatan rasio NPL juga diiringi dengan perubahan trend pada komposisi NPL Q32021.

Kredit bermasalah kepada korporasi yang semula memakan “hanya” 24.6% dari NPL Q32020, kini naik hingga 49.6% dari NPLQ32021.

Namun demikian, jika dibandingkan dengan Bank besar lainnya seperti Bank BNI (NPL 3.81%), BRI (NPL3.28%), Mandiri (NPL 3.06%), dan CIMB Niaga (NPPL 3.35%), NPL bruto BBCA masih tergolong paling rendah di level 2.36%.

[Baca Juga: Analisis Laporan Keuangan: Rasio Solvabilitas dan Rasio Aktivitas]

 

Rasio Rentabilitas (Earnings Ratio)

Sama halnya dengan industri lain, rasio ROA dan ROE pun masih digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Namun sebagai tambahan, industri perbankan juga menggunakan rasio Marjin Bunga Bersih yang dapat dihitung dengan membandingkan pendapatan bunga bersih dengan aset produktif.

Rasio 30 Sep 21 30 Sep 20 YoY
Tingkat Pengembalian atas Aset (Retun on Asset-ROA) 3.5% 3.4% 0.1%
Tingkat Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity-ROE) 18.7% 16.9% 1.8%
Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin-NIM) 5.2% 5.8% -0.60%

 

Pada Q32021, BBCA sukses mencetak laba sebesar Rp 23 triliun, yang berimbas pada peningkatan Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing sebesar 3.5% dan 18.7%.

[Baca juga: Rasio Profitabilitas dan Rasio Investasi Dalam Laporan Keuangan]

 

Meskipun secara bottomline, BBCA mencatat laba, namun Margin Bunga Bersih (Net Interest Margin-NIM) sebenarnya mengalami penurunan sebesar 0.6%yoy ke level 5.2%. Hal ini merupakan imbas dari stimulus penurunan suku bunga serta restrukturisasi kredit.

Adapun trend penurunan NIM diperkirakan masih berlanjut seiring dengan keputusan pemerintah memperpanjang masa relaksasi restrukturisasi kredit hingga Maret 2023.

Jika Sobat Finansialku tertarik untuk mengupas lebih dalam serba-serbi analisis saham, kamu dapat bergabung ke grup belajar saham Finansialku yang dipandu langsung oleh pakar Value Investing, Rivan Kurniawan, dan Melvin Mumpuni, CFP®, CEO dan Founder Finansialku.com.

Selain bisa mengakses materinya seumur hidup, kamu juga akan mendapat update ilmu setiap bulannya melalui webinar setiap bulannya.

Gabung Sekarang! Komunitas BELAJAR SAHAM Finansialku

komunitas saham

 

Demikian analisis laporan keuangan Q32021 BBCA. Semoga membantu Sobat Finansialku dalam mengevaluasi kinerja emiten BBCA. Bagikan artikel ini ke temanmu yang sedang mengevaluasi saham BBCA juga.

 

Editor: Ratna SH

Sumber Referensi:

  • Tentang BCA. Bca.co.id – https://bit.ly/31KnMcN
  • POJK NOMOR 50 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) BAGI BANK UMUM POJK NOMOR 42 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) BAGI BANK UMUM
  • Laporan Tahunan FY 2020 PT Bank Central Asia Tbk
  • Laporan Keuangan BCA September 2021
  • Laporan Publikasi Eksposur Risiko dan Permodalan BBCA September 2021
  • Rully R. Ramli. 2 September 2021. Restrukturisasi Kredit Perbankan Diperpanjang hingga Maret 2023.  Money.kompas.com – https://bit.ly/31VrXCZ
  • Aldo Fernando. 29 Oktober 2021. Laba 5 Bank Kakap Q3 Melesat, duh Angka NPL Bikin Waswas nih? Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/3H8WBsz

dilema besar