Mungkin kalian pernah dengar istilah active investing atau passive investing. Tapi pernahkah bertanya mana yang cocok dengan kalian?
Bisa jadi Sobat Finansialku sudah mengadopsi satu gaya berinvestasi dalam portofolio investasi kalian.
Tapi sebelum lebih lanjut, ayo kita coba pelajari dulu sebenarnya lebih bagus yang mana ya untuk portofolio kita?
Tentu saja saya berharap para Sobat Finansialku bisa lebih cepat mencapai tujuan-tujuan keuangan jika memahami ini semua 😊
Â
Investing Style/Gaya Berinvestasi
Berinvestasi itu bisa dalam berbagai instrumen, bukan hanya bicara saham saja, tetapi bisa berinvestasi di obligasi, valuta asing, logam mulia, dan sebagainya.
Nah… saat ini kalian sudah berinvestasi di apa saja?
Dalam artikel ini, kita akan melihat dari sisi instrumen saham, tetapi konsepnya bisa dipakai di instrumen yang lain ya.
Ayo kita coba jawab beberapa pertanyaan berikut sebelum berlanjut.
- Kapan biasanya kalian membeli saham? Saat pergantian tahun sekaligus jadi New Year’s Resolution? Setiap bulan setelah dapat gajian? Tunggu dapat uang kaget? Atau sampai hari ini belum pernah membeli saham ataupun reksa dana saham?
- Kalau hari ini beli saham atau reksa dana saham, lalu dalam waktu 1 minggu naik 5%, apakah akan kalian jual? Atau akan disimpan hingga nanti saat mau pensiun?
- Bagaimana kalau habis beli saham ternyata harganya turun tajam? Apakah kalian langsung panik dan menjualnya karena takut harganya akan turun lebih banyak lagi? Atau kalian tetap tenang dan biarkan saja saham yang turun tersebut karena kalian memang mau menyimpan sampai saat mau pensiun?
Â
Active Investing
Intinya, jika kalian gampang melakukan transaksi beli dan jual, artinya kalian termasuk tipe aktif.
Gaya berinvestasi aktif memang memberikan sensasi tersendiri, apalagi saat apa yang kita beli menghasilkan keuntungan, langsung kita merasa happy, tetapi saat salah prediksi dan rugi kita juga bisa menjadi stres.
Nah, yang penting adalah jangan sampai aktivitas sehari-hari terganggu. Jika kalian masih bekerja di perusahaan, maka tugas dan tanggung jawab harus tetap dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
Gak boleh bilang sama bos bahwa kalian sedang rugi saham jadi gak mood bekerja atau sebaliknya karena barusan dapat profit lalu lebih fokus ke trading dan pekerjaan tidak diselesaikan dengan baik.
Demikian pula jika sudah berkeluarga, tetap harus bisa jaga keharmonisan keluarga meskipun mengalami keuntungan maupun kerugian.
Jadi active investing memerlukan keterlibatan kita dalam setiap tindakan investasi, dan jika kalian merasa tidak memiliki kemampuan tersebut, maka coba pelajari gaya investasi pasif.
Â
Passive Investing
Passive investing berarti kita tidak perlu terlalu aktif/sering melakukan tindakan investasi, biasanya dilakukan dengan cara Buy and Hold (membeli saham dan disimpan untuk jangka waktu yang lama, biasanya beberapa tahun).
Jika kalian menggunakan cara ini tentu saja kalian berpikir bahwa suatu bisnis memang memerlukan waktu yang cukup panjang untuk bertumbuh, sehingga tidak perlu dipantau setiap hari atau setiap minggu.
Dan jika kalian mau menggunakan Buy and Hold tentu saja kalian harus yakin bahwa saham yang dibeli ini adalah perusahaan yang sehat dan memang memiliki prospek yang bagus.
Pertanyaannya adalah apakah kita memiliki kemampuan untuk menganalisa dan memilih perusahaan yang bagus untuk jangka panjang?
Jika kita merasa tidak memiliki kemampuan tersebut, maka sebaiknya kita titipkan dana kita untuk dikelola oleh mereka yang memang memiliki keahlian di bidang tersebut, yaitu menggunakan reksa dana.
Apa itu investasi reksa dana? Bagi Sobat Finansialku yang belum memahami insturmen investasi ini, kalian bisa segera dengarkan penjelasannya melalui audiobook investasi reksa dana pemula berikut.
Â
Ketika kita berinvestasi melalui reksa dana maka kita menjadi pasif dan manajer investasi yang akan aktif mengelola dana kita. Tetapi reksa dana pun saat ini juga ada yang dikelola secara aktif dan pasif, mari kita pelajari beda keduanya.
Â
Reksa Dana Aktif
Reksa dana yang dikelola secara aktif, adalah reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi dengan tujuan bisa mengalahkan kinerja benchmark. Jika bicara reksa dana saham, benchmark yang dipakai biasanya index saham.
Jadi manajer investasi akan mempekerjakan para analis yang pandai, melakukan riset-riset terhadap industri dengan tujuan mencari saham yang akan memiliki kinerja melebihi rata-rata industri dan diharapkan sahamnya menghasilkan keuntungan yang luar biasa.
Jika saham-saham pilihannya bisa booming semua, maka kinerja reksa dana tersebut akan mengalahkan benchmark dan tentu saja ini yang diharapkan oleh manajer investasi dan investor-investor yang membeli reksa dana tersebut.
Juga, jika kinerjanya bisa melebihi benchmark tentu saja akan menarik dana dari investor baru yang ingin ikut mendapatkan keuntungan tinggi.
Semakin besar dana kelolaan manajer investasi maka semakin besar fee yang diperoleh dan manajer investasi bisa menghasilkan profit.
[Baca Juga: Mengenal Reksa Dana Saham, Investasi Dengan Return Tertinggi]
Â
Ingat…. saat kalian membeli reksa dana ada beberapa macam fee yang mungkin dibebankan yaitu fee pembelian (subscription fee), fee pengelolaan dana (annual management fee) dan fee penjualan (redemption fee).
Ada manajer investasi yang membebaskan fee pembelian tetapi mengenakan fee penjualan jika kalian menjual reksa dana dalam waktu tertentu, tetapi annual management fee tidak ada yang gratis.
Nilai annual management fee bisa cukup tinggi, untuk reksadana saham bisa mencapai 2% per tahun, dan fee ini tetap kita bayarkan meskipun reksadana tersebut mengalami kerugian atau kinerjanya di bawah benchmark.
Segala bentuk fee ini yang digunakan oleh manajer investasi untuk membayar biaya operasional mereka termasuk membayar gaji analis, dan lain-lain. Jika bisa surplus, itu yang menjadi keuntungan dari manajer investasi.
Sampai di sini semua kelihatan bagus kan?
Tetapi ada satu fakta yang cukup mengagetkan yaitu mayoritas reksa dana yang dikelola secara aktif ini ternyata tidak bisa menghasilkan keuntungan melebihi benchmark index saham dalam jangka panjang.
Â
Reksa Dana Pasif
Berbagai riset yang dilakukan menunjukkan bahwa fee yang cukup tinggi tersebut akan menjadi beban yang besar dalam jangka panjang sehingga lahirlah produk reksa dana yang hanya ingin mengikuti kinerja index saham saja, tidak bertujuan mengalahkan kinerja index tetapi annual management fee-nya sangat rendah.
Mengapa bisa rendah?
Karena manajer investasi tidak perlu membayar gaji para analis yang mahal, tidak perlu melakukan berbagai macam riset, dll.
Lalu cara investasinya bagaimana jika tidak ada analis yang memilihkan saham yang bagus?
Reksa dana index selalu berinvestasi sesuai komposisi index saham yang dijadikan benchmark.
Jadi tidak perlu analis yang canggih dan pandai, mereka hanya memerlukan tenaga administrasi atau bahkan bisa diotomasi dengan program komputer, yang penting dana yang diinvestasikan mengikuti komposisi index sahamnya.
Akibatnya, biaya menjadi jauh lebih rendah, bahkan annual total expense ratio untuk reksa dana index bisa di bawah 0,1% per tahun (bandingkan dengan reksa dana aktif yang bisa lebih dari 2% per tahun).
Kalian bisa baca penjelasan lengkapnya di artikel Reksa Dana Index.
Â
Nah… sekarang Sobat Finansialku mengenal reksa dana index, dan jika kalian berinvestasi pada instrumen ini berarti kalian pasif dan manajer investasinya juga pasif.
Begitu kalian menyetorkan uang untuk membeli reksa dana index, uang langsung dialokasikan untuk membeli saham sesuai komposisi index yang diikuti.
Saat ini, kebanyakan reksa dana index ditawarkan dalam bentuk ETF.
Apalagi nih ETF?
Â
ETF
ETF adalah Exchange Traded Fund, artinya reksa dana yang diperjualbelikan di bursa seperti saham.
Mungkin jika kalian pernah membeli reksa dana melalui agen penjual, pagi hari kalian sudah menyetorkan dana tetapi baru tahu jumlah yang didapat saat sore hari atau keesokan harinya, setelah Nilai Aktiva Bersih (NAB atau disebut NAV reksa dana) diumumkan.
Jadi ada kemungkinan saat pagi hari pasar lagi jatuh, dan kalian berpikir mau membeli reksa dana karena harga sedang murah, lalu kalian menyetorkan dana, tetapi ternyata pasar kembali naik dan nilai NAV hari itu tidak mengalami penurunan yang berarti sehingga jumlah unit yang kalian peroleh tidak sebanyak yang kalian bayangkan di pagi hari.
Nah, problem semacam ini bisa dihilangkan saat kita bertransaksi ETF.
Nilai ETF yang diperdagangkan di bursa merefleksikan NAV yang berjalan, sehingga ketika pagi hari pasar mengalami penurunan, harga ETF juga jatuh, dan ketika kalian membeli ETF tersebut saat harga di bawah, kemudian pasar kembali naik di siang hari otomatis harga ETF juga ikut naik, maka di sore hari kalian sudah mendapatkan keuntungan (bandingkan dengan membeli reksadana tadi).
Jadi kelebihan semacam ini membuat ETF mendapat sambutan yang luar biasa dan menjadi produk yang sangat berkembang secara global.
Sayangnya di Indonesia masih kurang banyak yang paham tentang ETF dan ETF yang tersedia masih kurang likuid.
Â
Yang Mana Gayamu?
Sampai di sini Sobat Finansialku sudah paham tentang saham, reksa dana saham dan ETF index saham serta investing style aktif vs pasif.
Cara mana yang mau Sobat Finansialku pakai?
Kalau kalian masih bingung tentang investasi apa dan gaya mana yang sesuai dengan diri kalian, tim CFP Finansialku bisa membantu kalian menemukan jawabannya.
Hubungi CFP Finansialku melalui fitur chat Konsultasi Keuangan di aplikasi Finansialku atau buat janji konsultasi langsung ke whatsapp Finansialku.
Â
Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa untuk bagikan artikel ini ke teman-teman agar mereka semua juga ikut paham. Sampai ketemu di artikel berikutnya.
Â
Editor: Eunice
dilema besar