Wow! Laba Bank Mega melambung 50% hingga Rp 3,01 triliun dalam laporan tahunan 2020! Simak informasinya berikut!
Rubrik Finansialku
Laba Bank Mega Tumbuh Di Tengah Pandemi
Situasi pandemi Covid-19 membuat dunia perbankan ikut kena imbasnya, laba alami kontraksi. Hal tersebut justru tidak dialami oleh PT Bank Mega Tbk. (MEGA).
Laba Bank Mega, milik Chairul Tanjung ini dilaporkan tumbuh sebesar 50% menjadi Rp 3,01 triliun pada akhir tahun 2020 dibandingkan posisi Rp 2,0 triliun pada tahun sebelumnya.
Bank Mega di bawah naungan CT Coprora ini juga mencatat kenaikan aset 11,3%, atau melampaui industri yang hanya naik 7,2% (per Desember 2020).
Kenaikan aset ini sejalan dengan pengembalian dari aset (return on asset/ROA) tumbuh sebesar 3,64% atau di atas industri yang sebesar 1,59%.
Artinya, perseroan bisa memutar setiap rupiah aset yang ada untuk menghasilkan laba positif, meski kondisi sedang tak menentu akibat pandemi.
[Baca Juga: Transformasi Jadi Bank Digital, Harga Saham-saham ini Melonjak]
Tingginya ROA Bank Mega terjadi bukan karena aset perseroan yang flat atau bahkan menurun ketika laba meningkat.
Secara matematis, ROA memang bisa terdongkrak jika aset-sebagai pembaginya-mengecil sementara laba tetap/tumbuh.
Artinya, kenaikan profitabilitas Bank Mega sejalan dengan kenaikan aset, yang menunjukkan kinerja mereka memang prima secara riil dan tak cuma hitungan di atas kertas, sebagaimana melansir dari cnbcindonesia.com, Senin (22/02).
Dalam perbankan, kenaikan aset terjadi terutama karena pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) alias dana simpanan masyarakat di perbankan.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan, pertumbuhan laba tersebut berasal dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan komisi.
MEGA mencatat pendapatan bunga bersih tumbuh 9% menjadi Rp 3,9 triliun, dan pendapatan komisi atau fee based income tumbuh 26% menjadi Rp 2,9 triliun.
Jika dilihat perolehan laba Bank Mega tersebut karena perusahaan mencatatkan penurunan biaya operasional dan pembiayaan bermasalah alias non-performing loan (NPL).
Misalnya, Bank Mega mencatatkan rasio BOPO turun menjadi 65,94% dan rasio NPL turun menjadi 1,39%. Kostaman menyampaikan, langkah efisiensi membuat biaya operasional lebih hemat.
Di tahun 2021 ini masih menjadi tantangan yang berat bagi perbankan, namun, Kostaman menjanjikan Bank Mega tetap akan mencetak pertumbuhan laba.
“Kami menargetkan penghimpunan laba bersih akan mencapai Rp 3,5 triliun pada akhir tahun nanti,” kata Kostaman, mengutip kontan.co.id.
Tentu saja, pertumbuhan laba ini salah satunya akan ditopang dari pertumbuhan kredit. Di tahun kerbau logam ini, Bank Mega membidik pertumbuhan kredit 6% atau menjadi Rp 51 triliun pada akhir tahun nanti.
Adapun, pada tahun lalu, kredit MEGA mengalami tekanan dengan pertumbuhan negatif atau minus 6% menjadi Rp 48,5 triliun.
Bagaimana menurutmu, Sobat Finansialku tentang artikel di atas? Kamu bisa berbagi pendapat lewat kolom komentar di bawah ini.
Sebarkan informasi ini seluas-luasnya lewat berbagai platform yang tersedia, agar kawan atau sanak-saudaramu tahu apa yang kamu ketahui. Semoga bermanfaat, ya.
Sumber Referensi:
- Nina Dwiantika. 18 Febuari 2021. BankMega (MEGA) meraup laba Rp 3,01 triliun pada akhir tahun 2020. Investasi.kontan.co.id – https://bit.ly/3keXFjp
- Rahajeng Kusumo Hastuti. 18 Febuari 2021. Lampaui Industri, Begini Kinerja BankMega di 2020. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/2OVRwNv
- Rahajeng Kusumo Hastuti. 19 Febuari 2021. Laba Melesat 50,2%, BankMega Bagikan Dividen Rp 2,1 Triliun. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/3dAwQ8c
Sumber Gambar:
- 01 – https://bit.ly/3aEFn7Z
- 02 – https://bit.ly/3k96POz
dilema besar