Berdiri sejak tahun 70-an, bagaimana prospek dan kinerja PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ) saat ini?
Rubrik Finansialku
Analisis Fundamental
ULTJ berdiri pada tahun 1970 an, 1975 Perseroan mulai memproduksi secara komersial produk minuman susu cair UHT dengan merk dagang “Ultra Milk”, tahun 1978 memproduksi minuman sari buah UHT dengan merk dagang “Buavita”, dan tahun 1981 memproduksi minuman teh UHT dengan merk dagang “Teh Kotak”.
Sampai saat ini Perseroan telah memproduksi lebih dari 60 macam jenis produk minuman UHT dan terus berusaha untuk senantiasa memenuhi kebutuhan dan selera konsumennya.
Bidang industri makanan dan minuman, dan bidang perdagangan. Di kelompok minuman, Perseroan memproduksi rupa- rupa jenis minuman seperti minuman susu cair, minuman teh, minuman untuk kesehatan dan minuman tradisional. Perseroan memiliki mesin-mesin pengolahan untuk masing- masing jenis produk minuman tersebut.
[Baca Juga: Kisah Sukses Sabana Prawirawidjaja, Pendiri Ultramilk]
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia, serta semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, menjadi peluang yang sangat besar bagi Perseroan untuk lebih mengembangkan usahanya.
Perseroan memiliki fasilitas produksi yang dapat meningkatkan efisiensi dan dapat mempertahankan kualitas produk-produk Perseroan.
Perseroan juga memiliki jaringan distribusi yang tersebar di seluruh peloksok Indonesia dan armada penjualan yang telah sangat berpengalaman sehingga dapat menjamin ketersediaan produk Perseroan di pasaran.
Banyaknya mini market di seluruh Indonesia semakin memudahkan para konsumen akhir untuk mendapatkan produk-produk Perseroan.
Faktor lain yang kami yakini dapat menunjang untuk lebih mengembangkan usaha adalah masih rendahnya tingkat konsumsi susu cair di kalangan masyarakat Indonesia, dan adanya kebiasaan di masyarakat Indonesia untuk minuman teh.
Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA
Kinerja Keuangan PT Ultra Jaya Tbk. (ULTJ)
Untuk kinerja keuangan ULTJ selama 9 bulan 2020, mengalami pertumbuhan yang cukup baik di tengah pandemi.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi per 30 September 2020, ULTJ sebagai perusahaan produsen susu dan minuman ringan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 986 miliar, naik 19,5% dari Rp 820 miliar secara year-on-year (yoy).
Namun, di balik catatan positif tersebut, perusahaan mencatatkan Pendapatan yang merosot 2,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tepatnya dari Rp 4,58 triliun menjadi Rp 4,45 triliun.
Kondisi itu lantas bikin perusahaan ketar-ketir. Terlebih, catatan tersebut kontras dibandingkan kinerja penjualan ULTJ pada semester I/2020, yang masih tercatat mengalami pertumbuhan pendapatan di kisaran 1,58 persen
Kenaikan laba itu terjadi pada saat pendapatan perseroan merosot maka GPM mengalami koreksi tipis sepanjang tahun lalu.
ULTJ mencatatkan koreksi atas aset sebesar 15,5% menjadi Rp 5,5 triliun per Q3 2020, dengan cadangan kas selama Q3 2020 mengalami koreksi cukup dalam 65% menjadi Rp 72 triliun.
Untuk kondisi Liabilitas, mengalami penurunan tipis 1,15% dari tahun sebelumnya, menjadi Rp 942 miliar penurunan ini berasal dari Utang Bank jangka pendek.
Selain beban pokok yang dapat diminimalkan tipis, ULTJ ternyata mengalami peningkat beban administrasi dan umum, pengelolaan biaya dan arus kas dengan ketat dan disiplin menjadi tugas ULTJ selama pandemi hingga pasca pandemi.
Untuk Ekuitas Rp 4,6 triliun sedangkan hutang Rp 942 miliar, DER berada pada 0,04x. maka ini mengindikasi bahwa ULTJ memiliki kondisi keuangan yang sehat.
Dari laporan keuangan konsolidasi per kuartal III-2020 ULTJ (idx.co.id), manajemen ULTJ beroperasi dalam segmen makanan dan minuman yang makanan menyumbang hingga Rp 75 miliar dan minuman mencatatkan kontribusi terbesar sebagai emiten susu kemasan yakni mencapai Rp 4,7 triliun, mengalami penurunan tipis dari periode sama di 2019.
Ini artinya penjualan di segmen minuman tidak terlalu berdampak dimasa pandemi, konsumsi minuman dan makanan secara delivery hingga bisnis UMKM yang masih aktif menjadi pendorong kinerja perseroan.
Pelemahan penjualan terjadi di segmen teh kemasan karton. Penjualan hingga kuartal ketiga tahun ini hanya Rp 864 miliar atau turun 15,4% secara tahunan. Beruntung segmen bisnis lain-lain yang terdiri dari berbagai produk seperti krimer dan jus buah tercatat tumbuh 2,6% secara tahunan menjadi Rp 328 miliar.
Untuk melihat apakah saham ini tergolong mahal/murah, kita bisa melihat valuasi Price Book Value (PBV)-nya yang ada di 3,84x, yang tergolong masih wajar dalam industri ini, memang diketahui saat ini ULTJ berada diharga yang premium.
Untuk Price to Earning Ratio ULTJ yang meningkat menjadi 17,2x yang menandakan tidak lebih baik daripada tahun lalu.
Untuk Return on Equity ULTJ pada 2020 ada di 18%, koreksi tipis dari 2019, yang artinya di tahun ini ULTJ kurang efisien dibanding tahun lalu, penurunan permintaan dan PSBB membuat ULTJ tertekan dalam mengelola asset dan liabilities-nya untuk mendapatkan profit di tengah kondisi pandemi saat ini.
ULTJ membagikan dividen sebanyak Rp 124,78 miliar atas kinerja laba tahun buku 2019. Jumlah itu setara 12,04 persen dari total laba bersih pada 2019.
Pembagian dividen tersebut merupakan keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan yang berlangsung di Bandung, 24 Agustus 2020 lalu. Pembayaran dividen dijadwalkan pada 24 September 2020.
Berdasarkan risalah hasil RUPS yang dilansir perseroan, dividen yang dibagikan Ultrajaya setara Rp 12 per saham. Total jumlah saham yang ditempatkan dan berhak atas dividen mencapai 10,39 miliar lembar.
Analisis Teknikal PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ)
Hingga perdagangan market Sesi II – 5 Januari 2021 tren IHSG mengalami penguatan tipis setelah koreksi di 0,26%. ULTJ diperdagangkan pada harga 1625/lembar bergerak sideways.
Pergerakan harga Selama 2020 mengalami bullish tipis 1,6%. Bullish yang terjadi pada emiten sektor makanan dan minuman ini adalah sentimen positif yang datang dari prospek positif terhadap konsumsi masyarakat selama pandemi dan pasca pandemic.
Gaya Hidup yang terjadi selama Pandemi Covid19 menjadi sentimen positif. Diketahui melalui bahwa bahan pokok dan konsumsi dasar tidak terlalu terganggu disaat-saat ekonomi global berpengaruh, namun kegiatan operasional dan distribusi yang cukup terhambat karena adanya PSBB.
Jika melihat histori pergerakan saham ULTJ secara yoy bullish tipis 1,9% sedangkan 3 bulan terakhir sudah koreksi 5,2%.
Indikator MACD berada di bawah garis nol dengan sinyal sell yang tipis hingga penghujung 2020, ada kemungkinan bullish namun terbatas untuk potential gain seiring dengan kabar perkembangan vaksin, kemungkinan koreksi akan ada sebelum naik menguji resistance 1671.
ULTJ saat ini berada dibawah Moving Average. Untuk indikator EMA (20), EMA (50) dan EMA (100) membentuk pola bearish.
Peluang kenaikan harga saham hingga 2900, ULTJ saat ini berada pada resistance-nya pada tahun 1720. Jika bertahan di posisi saat ini maka ada peluang menuju 1800. Jika berbalik arah maka bisa take profit di kisaran harga 1579.
Outlook PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ)
Perseroan menguasai sebagian besar pangsa pasar dalam negeri untuk susu kemasan.
Kinerja perseroan pada 2021 pun diperkirakan bisa lebih cerah nantinya, terlebih konsumsi produk minuman susu cair dan teh yang merupakan produk-produk Perseroan, khususnya yang diproses secara UHT, masih sangat baik dan menjanjikan.
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ) berusaha mempertahankan diri sebagai pemimpin pangsa pasar di produk susu UHT.
Produsen susu Ultra ini melihat prospek bisnis susu masih tetap menguat di Indonesia dalam masa mendatang. Segmen susu UHT, Ultrajaya mampu menguasai pangsa pasar 39,3% di Indonesia.
Sedangkan untuk produk teh kemasan karton, ULTJ juga memimpin pangsa pasar hingga 77,3% dari seluruh pasar kategori tersebut di tingkat domestik.
Konsumsi susu per kapita di Indonesia masih berkisar 14,6 liter per tahun. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan negara-negara Asean lainnya yang sudah di atas 20 liter per liter per kapita.
[Baca Juga: Analisis Saham: Prospek Saham BRISyariah (BRIS) Setelah Merger]
Sementara itu saat ini pemain yang memasuki segmen ini ditingkat nasional semakin banyak. Seperti Cimory yang tengah viral 2020 lalu dan pesaing sejenisnya, serta tantangan dari pesaing Greenfields sebagai produk dengan kualitas tinggi yang memenuhi standar batasan mikrobiologi dunia yang sering dikonsumsi para coffee shop dan minuman viral untuk kalangan menengah ke atas.
Dari permintaan yang beragam tersebut, jika 2021 ULTJ melakukan pengembangan produk dengan produk dengan standar international maka ini bisa semakin menarik.
Semakin banyaknya investor yang masuk ke bidang ini, maka kue dari bisnis ini juga akan turut membesar, diberitakan pula pada 13 Agustus 2020 lalu, PT Indolife Pensiontama, melepas seluruh saham miliknya di PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 13 Agustus 2020, pembeli saham ULTJ dari Grup Salim adalah Sabana Prawirawidjaja.
Emiten konsumer PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk., merancang sejumlah ekspansi bisnis sebagai salah satu upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan kinerja perseroan.
Dilansir kontan.co.id, Manager Keuangan Ultrajaya Pahala Sihotang mengatakan bahwa untuk mempertahankan posisi perseroan sebagai pemimpin pasar dan menjaga kinerja keuangan, perseroan berencana untuk memperluas jaringan distribusi terutama di luar Pulau Jawa, yaitu di Sumatra dan Kalimantan.
Sementara itu untuk distribusi di Pulau Jawa, perseroan akan meningkatkan penetrasi pedagang eceran modern dan tradisional sehingga dapat menjangkau pasar lebih agresif.
Untuk diketahui, berdasarkan data Nielsen, pangsa pasar untuk produk susu UHT milik perseroan hingga September 2020 adalah sebesar 39,3 persen yang merupakan terbesar di Indonesia, sedangkan pangsa pasar untuk produk teh siap minum (ready to drink/RTD) dalam kemasan karton sebesar 77,3 persen, juga terbesar di pasar domestik.
Perseroan juga akan meningkatkan kapasitas produksi dengan membangun fasilitas baru baik dari sarana produksi maupun pergudangan,
Adapun, ULTJ merencanakan operasional fasilitas produksi baru itu paling lambat pada 2022. Di sisi lain, ULTJ berencana ekspansi di operasional peternakan produk susu baru untuk menjamin sumber pasokan bahan baku.
ULTJ akan berinvestasi untuk budidaya pakan peternakan, rumput dan jagung, untuk memastikan pakan berkualitas dengan harga terjangkau, melalui pembangunan pabrik makanan milik sendiri yang direncanakan dibangun di Pulau Jawa.
Kemudian, Pahala menjelaskan bahwa perseroan akan tetap mengembangkan peternakan yang berada di Sumatra dan merupakan joint venture dengan PT Karya Putrajaya Persada.
[Baca Juga: Weekly Update 28-30 Desember 2020 IHSG, Emas, Reksa Dana, Saham, Kurs]
ULTJ menargetkan memiliki 6.000 sapi perah dan dengan 2 tempat pemerahan berputar. Saat ini, total populasi ternak perseroan baru mencapai sekitar 3.000 ekor.
Adapun, perseroan juga mengaku sedang mencari waktu yang tepat untuk meluncurkan produk baru dalam segmen susu, seperti minuman yoghurt dan susu pasteurisasi.
Untuk memudahkan merealisasikan rencana ekspansi tersebut, ULTJ pun telah menerbitkan Medium Term Notes (MTN) Ultrajaya Tahun 2020 senilai Rp 3 triliun dengan tujuan membiayai dan melakukan pengembangan usaha.
MTN tersebut nantinya akan terbitkan dalam 3 seri, yaitu seri A dengan tenor 370 hari kalender, seri B dengan tenor 2 tahun, dan seri C dengan tenor 3 tahun. Latar belakang penerbitan sebenarnya untuk mem-back up likuiditas perseroan, karena perseroan ada beberapa rencana investasi seperti pembuatan pabrik dan distribution center, pengembangan peternakan, dan pengembangan sumber pakan peternakan.
Kesimpulan
Pandemi telah menekan beberapa sektor yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat, turunnya daya beli masyarakat berakibat beberapa sektor mengalami penurunan kinerja, ini berdampak pada operasional dan produksi perseroan saat PSBB berlangsung namun kinerja ULTJ cukup baik tahun ini.
Dengan berupaya memiliki sumber pakan peternakan sendiri dapat membantu perseroan menghemat beban biaya bahan baku melalui impor substitusi dari rumput dan hay.
Penerbitan MTN itu juga sebagai salah satu strategi perseroan untuk menjaga negatif spread, agar tidak lebih dari level 2 persen.
Pesaing dari dalam dan luar negeri, ini menjadi tantangan bagi ULTJ ke depannya. Perseroan harus melakukan integrasi, konsolidasi, mengeluarkan produk lebih beragam dan tersebar ke segala kalangan serta menjaga kinerja keuangan.
Hal tersebut menjadi fondasi yang kokoh untuk terus meningkatkan kinerja agar mampu menjadi perusahaan penyedia susu kemasan terbesar di Indonesia.
Disclaimer on: Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buy/sell atau pun rekomendasi untuk saham tertentu. Artikel menunjukkan fakta dan analisa dari penulis berdasarkan laporan keuangan dan diambil dari sumber dianggap terpercaya. Data dapat berubah tergantung kondisi. Seluruh tulisan dan tanggapan adalah opini pribadi.
Itulah analisa saham ULTJ dan prospeknya ke depan yang bisa membantu pertimbangan investasi Anda. Punya pertanyaan? Anda bisa tanyakan dalam kolom komentar.
Anda juga bisa bergabung dalam grup komunitas belajar saham Finansialku untuk info terbaru dan diskusi mengenai saham dengan praktisi dan pakarnya.
Sumber Referensi:
- Aplikasi IPOTGO
- Annual Report PT ULTJ (ULTJ) (www.idx.co.id)
- Bisnis.com
- Kontan.co.id
Sumber Gambar:
- Aplikasi ChartNexus
- Consolidated Financial Statements PT ULTJ (ULTJ), September 2020
- http://bit.ly/3hLxjVe
- http://bit.ly/3rV562M
- http://bit.ly/3q2IxYn
- http://bit.ly/3hGOMOu
dilema besar